JAKARTA, koranmetro.com – Bayangkan Anda baru saja tertidur lelap di atas kasur pintar seharga jutaan rupiah yang dirancang untuk menjaga suhu ideal dan posisi tidur sempurna. Tapi tiba-tiba, tengah malam, kasur itu berubah menjadi “sauna pribadi” yang tak terkendali, membuat Anda terbangun dengan keringat dingin. Inilah mimpi buruk yang dialami ratusan pengguna kasur pintar Eight Sleep saat Amazon Web Services (AWS) mengalami gangguan besar pada 20 Oktober lalu.
Gangguan AWS ini bukan sekadar mematikan streaming film atau aplikasi pesan instan. Kali ini, dampaknya menyusup hingga ke kamar tidur, mengubah perangkat pintar yang seharusnya membantu istirahat justru merusaknya. Menurut laporan dari berbagai media seperti Dexerto dan PCMag, pemilik kasur Pod dari Eight Sleep – yang dijual mulai dari Rp30 juta – mendadak tak bisa mengontrol suhu atau posisi kasur mereka. Hasilnya? Suhu melonjak hingga 9 derajat Fahrenheit lebih panas dari pengaturan, dan beberapa kasur bahkan terkunci dalam posisi miring yang tak nyaman.
Kronologi Gangguan yang Mengguncang Internet
Gangguan AWS dimulai pada Senin malam waktu AS (Selasa pagi WIB), disebabkan oleh masalah resolusi DNS yang memengaruhi lebih dari 1.000 layanan web. Layanan seperti Disney+, Reddit, Snapchat, hingga bank-bank besar lumpuh sementara. Namun, cerita paling absurd datang dari Eight Sleep, perusahaan startup AS yang mengandalkan cloud AWS untuk mengelola perangkat pintar mereka.
Kasur Pod Eight Sleep adalah inovasi canggih: selimut kasur dengan sistem pendingin/pemanas aktif (rentang 13-43°C), basis adjustable untuk posisi zero-gravity, dan fitur pelacakan tidur via app. Semua itu bergantung pada koneksi internet untuk sinkronisasi. Sayangnya, saat AWS down, tidak ada “mode offline” yang memadai. Pengguna hanya bisa mengandalkan tombol fisik di perangkat, tapi penyesuaian suhu atau posisi tetap memerlukan cloud – yang saat itu hilang.
Seorang pengguna di X (sebelumnya Twitter) mengeluh, “Backend outage means I’m sleeping in a sauna,” sambil menambahkan bahwa Eight Sleep mengonfirmasi belum ada mode offline, tapi sedang dikembangkan. Di Reddit, keluhan serupa membanjiri: kasur stuck di posisi upright, suhu naik drastis, dan tak ada cara mematikannya kecuali cabut colokan secara manual. CEO Eight Sleep, Matteo Franceschetti, langsung merespons di X: “Gangguan AWS ini mengganggu tidur beberapa pengguna kami sejak malam tadi. Itu bukan pengalaman yang kami inginkan, dan saya minta maaf. Kami sedang mengembalikan semua fitur secepat AWS pulih.”
Keluhan Pengguna: Dari Tidur Nyenyak ke Malam Panjang
Dampaknya tak main-main. Seorang pengguna di AS terbangun jam 3 pagi dengan kasur yang terasa seperti “oven”, suhu stuck di 38°C meski diatur dingin. Yang lain, seperti Brandon di X, kesal karena kasurnya terkunci miring: “Would be great if my bed wasn’t stuck in an inclined position due to an AWS outage.” Di forum Reddit, thread berjudul “Eight Sleep Pod turned my bed into a hot mess during AWS outage” mendapat ratusan komentar, dengan cerita serupa dari pemilik Pod 5 Ultra seharga Rp75 juta yang dirancang untuk mengurangi dengkuran dan nyeri punggung.
Bagi pengguna di luar AS, seperti Armin Ronacher di Wina, Austria, kejadian ini terjadi saat siang hari, jadi ia lolos dari keringat malam. Tapi ia tetap kritis: “Mengapa perusahaan tech over-engineer produk begini? Dan kenapa harus ada subscription bulanan untuk kasur?” Memang, Eight Sleep tak hanya jual hardware; ada langganan Autopilot Rp250 ribu/bulan untuk fitur AI seperti penyesuaian otomatis suhu berdasarkan detak jantung.
Respons Perusahaan: Janji “Outage-Proof” untuk Masa Depan
Eight Sleep tak tinggal diam. Franceschetti berjanji bekerja “seluruh malam + 24/7” untuk membangun mode outage. Hasilnya, pada 22 Oktober, mereka rilis fitur “Outage Access” via Bluetooth. Kini, saat cloud down, app bisa langsung komunikasi dengan Pod untuk on/off, ubah suhu, atau ratakan basis – tanpa AWS. Co-founder Alexandra Zatarain bilang ke The Verge, “Selama outage, Anda tetap bisa buka app, nyalakan Pod, ubah suhu, dan ratakan base.”
Namun, kritik tetap bermunculan. Ars Technica menyebut ini “pengingat mengapa kasur internet-dependent seharga $2.449 adalah ide buruk.” Banyak yang bertanya: Kenapa baru sekarang implementasi kontrol lokal? Ini bukan outage pertama; masalah Wi-Fi pribadi juga sering terjadi. Amazon sendiri mengungkap penyebab: bug di software otomatisasi, yang memengaruhi 8,1 juta laporan masalah global menurut Downdetector.
Pelajaran dari “Kasur Panggang”: Ketergantungan Cloud di Era IoT
Kejadian ini jadi peringatan keras bagi industri IoT (Internet of Things). Saat perangkat pintar seperti kasur, kulkas, atau lampu bergantung cloud, satu gangguan bisa picu efek domino – dari streaming terhenti hingga tidur terganggu. The New York Times sebut ini “rude awakening” bagi Eight Sleep, yang kini jadi bahan olok-olok di media sosial.
Bagi konsumen Indonesia, yang mulai ramai pakai smart home via AWS (seperti Tokopedia atau Gojek), ini reminder: Pilih produk dengan fallback lokal. Eight Sleep janji perbaikan cepat, tapi bagi yang sudah kecewa, pertanyaan besar tetap: Apakah tidur ideal layak dirisikokan dengan koneksi internet?
Sementara itu, AWS telah pulih sepenuhnya, tapi cerita “kasur panggang” ini kemungkinan akan dikenang sebagai momen absurd di tahun 2025. Mungkin saatnya kembali ke kasur tradisional – setidaknya, ia tak akan overheat karena server down.









