JAKARTA, koranmetro.com – Dalam era globalisasi dan ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat, negara-negara di seluruh dunia sedang mencari cara untuk mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang tunggal yang dominan, yaitu dolar Amerika Serikat (AS). Di antara negara-negara yang mengambil langkah signifikan dalam hal ini adalah Indonesia dan Korea Selatan.
Latar Belakang
Dolar AS telah lama menjadi mata uang cadangan utama di dunia, digunakan secara luas dalam perdagangan internasional dan sebagai aset cadangan oleh bank-bank sentral di berbagai negara. Namun, ketergantungan pada dolar AS membawa risiko tersendiri, termasuk dampak dari fluktuasi nilai tukar dan kebijakan moneter AS yang dapat mempengaruhi ekonomi global.
Langkah-Langkah yang Diambil oleh Indonesia
Indonesia, sebagai salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah mulai mengurangi ketergantungannya pada dolar AS dengan beberapa strategi:
- Peningkatan Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Perdagangan: Indonesia telah berupaya untuk mendorong penggunaan rupiah dalam transaksi perdagangan internasional, terutama dengan mitra dagang utama seperti China dan negara-negara anggota ASEAN. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi eksposur terhadap fluktuasi nilai dolar dan meningkatkan stabilitas ekonomi domestik.
- Diversifikasi Cadangan Valuta Asing: Bank Indonesia telah melakukan diversifikasi cadangan devisa untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Dengan meningkatkan cadangan dalam mata uang lain seperti euro, yen, dan yuan, Indonesia berharap dapat memitigasi risiko terkait dengan perubahan nilai tukar dolar.
- Kerja Sama Regional: Indonesia juga aktif dalam inisiatif-inisiatif regional yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar. Sebagai contoh, Indonesia terlibat dalam pembentukan kerangka kerja mata uang lokal dalam perdagangan ASEAN, yang memungkinkan negara-negara anggota melakukan transaksi dalam mata uang lokal masing-masing.
Inisiatif Korea Selatan
Korea Selatan, yang merupakan salah satu ekonomi maju di Asia, juga mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS:
- Perjanjian Pertukaran Mata Uang (Swap): Korea Selatan telah memperluas perjanjian pertukaran mata uang dengan beberapa negara, termasuk China, Jepang, dan negara-negara ASEAN. Perjanjian ini memungkinkan Korea Selatan untuk melakukan transaksi dalam mata uang lokal dengan mitra dagang, sehingga mengurangi kebutuhan akan dolar AS dalam perdagangan internasional.
- Penggunaan Won dalam Perdagangan Internasional: Korea Selatan berusaha untuk mempromosikan penggunaan won dalam perdagangan internasional. Salah satu contohnya adalah inisiatif untuk menjalin perjanjian perdagangan bilateral di mana won dapat digunakan sebagai alat pembayaran. Ini diharapkan dapat membantu Korea Selatan mengurangi ketergantungan pada dolar dan meningkatkan stabilitas ekonomi.
- Investasi dalam Aset Non-Dolar: Sejalan dengan kebijakan diversifikasi, Korea Selatan juga meningkatkan investasi dalam aset-aset non-dolar, seperti mata uang digital dan investasi luar negeri dalam mata uang lain. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi risiko yang terkait dengan fluktuasi nilai dolar.
Dampak dan Prospek Ke Depan
Langkah-langkah yang diambil oleh Indonesia dan Korea Selatan untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS menunjukkan upaya mereka untuk menciptakan ekonomi yang lebih stabil dan kurang rentan terhadap perubahan kondisi global. Dengan diversifikasi cadangan devisa, promosi penggunaan mata uang lokal, dan perjanjian pertukaran mata uang, kedua negara ini berusaha untuk mengurangi dampak negatif dari fluktuasi nilai dolar.
Namun, meskipun langkah-langkah ini menunjukkan kemajuan, transisi dari ketergantungan pada dolar AS tidaklah mudah dan memerlukan waktu. Keterlibatan lebih lanjut dalam kerja sama internasional dan pengembangan kebijakan yang adaptif akan menjadi kunci untuk mencapai tujuan jangka panjang ini.
Dalam konteks global yang terus berkembang, langkah-langkah ini mungkin juga akan mempengaruhi dinamika mata uang internasional dan dapat menjadi contoh bagi negara-negara lain yang ingin mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang tunggal dominan.