JAKARTA, koranmetro.com – Perkembangan teknologi layar OLED fleksibel membawa era baru dalam desain smartphone lipat. Teknologi ini memungkinkan layar tidak hanya bisa dilipat secara vertikal (seperti pada ponsel lipat konvensional), tetapi juga dapat “digulung” atau dibengkokkan ke berbagai sudut tanpa merusak piksel. Para produsen besar seperti Samsung dan Xiaomi sudah bereksperimen dengan panel lengkung dan layar putar, namun adopsi massalnya masih dalam tahap awal.
Keunggulan layar OLED fleksibel dibandingkan layar konvensional meliputi ketahanan terhadap benturan—karena fleksibilitasnya bisa meredam tekanan—serta kemungkinan membuat perangkat yang lebih tipis kala dilipat. Selain itu, teknologi ini juga membuka potensi desain baru, seperti layar ganda yang bisa diperlebar secara dinamis, atau perangkat modular di mana bagian layar dapat dipasang atau dilepas sesuai kebutuhan pengguna.
Dari sisi tantangan, produsen harus memastikan umur lipatan (fold durability) tetap tinggi, menjaga kualitas warna dan ketajaman saat layar dibengkokkan, serta memecahkan masalah tepian lipatan (“crease”) agar tidak terasa saat disentuh. Untuk itu, material seperti polimer pelindung dan substrat fleksibel mutakhir digunakan agar layar tetap responsif dan awet. Ditambah lagi, sistem engsel harus dirancang sedemikian rupa agar distribusi tekanan merata dan tidak merusak lapisan tipis dalam layar.
Pengguna dapat merasakan manfaat nyata ketika perangkat lipat dengan layar fleksibel ini menjadi mainstream: fleksibilitas fungsi (dari mode ponsel ke mode tablet), pengalaman visual imersif, serta bentuk yang inovatif dan berbeda dari gadget biasa. Ke depan, saat produksi skala besar semakin efisien dan harga komponennya menurun, teknologi layar OLED fleksibel diperkirakan akan menjadi fitur standar di segmen high-end—membawa generasi gadget baru yang tidak hanya pintar tetapi juga adaptif terhadap kebutuhan desain dan pengalaman pengguna.