JAKARTA, koranmetro.com – Meta Platforms, perusahaan induk dari Facebook, baru-baru ini menjadi sorotan akibat tuduhan pelanggaran privasi data yang melibatkan aplikasi pelacak menstruasi populer, Flo Health. Kasus ini mencuat setelah sebuah gugatan kelompok (class-action lawsuit) di California, Amerika Serikat, mengungkap bahwa Meta secara ilegal mengumpulkan data kesehatan sensitif pengguna Flo tanpa izin. Skandal ini menambah daftar panjang kontroversi privasi yang dihadapi raksasa teknologi tersebut.
Latar Belakang Kasus
Flo Health, aplikasi yang diluncurkan pada 2015 di London, adalah salah satu aplikasi pelacak menstruasi dan kesuburan terpopuler di dunia dengan lebih dari 75 juta pengguna aktif. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mencatat data sensitif seperti tanggal menstruasi, panjang siklus, tujuan fertilitas, suasana hati, dan aktivitas seksual. Namun, pada 2021, sebuah laporan dari The Wall Street Journal mengungkap bahwa Flo diduga membagikan data pribadi pengguna dengan pihak ketiga, termasuk Meta, Google, dan perusahaan analitik seperti AppsFlyer dan Flurry, tanpa persetujuan eksplisit pengguna.
Laporan tersebut memicu investigasi oleh Federal Trade Commission (FTC) Amerika Serikat, yang pada 2021 mencapai kesepakatan dengan Flo. Flo diwajibkan untuk mendapatkan persetujuan tegas (affirmative consent) sebelum membagikan data pengguna di masa depan. Namun, gugatan kelompok yang diajukan oleh lima pengguna Flo pada 2021 terus berlanjut, menyeret Meta sebagai terdakwa utama. Gugatan ini menuduh Meta melanggar California Invasion of Privacy Act dengan menggunakan software development kit (SDK) untuk mengumpulkan data sensitif dari Flo tanpa izin.
Kronologi Persidangan
Persidangan dimulai pada 21 Juli 2025 di Pengadilan Distrik Federal California Utara, San Francisco. Penggugat, yang mewakili sekitar 38 juta pengguna Flo di AS yang mengunduh aplikasi antara 2016 dan 2019, menuduh bahwa Meta menggunakan SDK untuk merekam data seperti tanggal menstruasi dan tujuan fertilitas untuk iklan bertarget. Pengacara penggugat, Carol Villegas dari Labaton Keller Sucharow LLP, menyatakan bahwa data sensitif pengguna, seperti informasi ovulasi, dikumpulkan segera setelah pengguna memasukkan jawaban di aplikasi.
Meta membantah tuduhan tersebut, mengklaim bahwa mereka tidak pernah menerima data kesehatan sensitif dari Flo. Pengacara Meta, Michele Johnson dari Latham & Watkins LLP, menegaskan bahwa SDK hanya menerima informasi terkode seperti “known” atau “unknown” tanpa detail spesifik seperti nama, tanggal lahir, atau data kesehatan. Flo juga membantah tuduhan, menyatakan bahwa klaim tersebut tidak memiliki bukti kuat.
Namun, pada 1 Agustus 2025, juri federal memutuskan bahwa Meta melanggar California Invasion of Privacy Act dengan sengaja merekam data kesehatan sensitif pengguna Flo untuk tujuan iklan tanpa persetujuan. Putusan ini berpotensi membuat Meta menghadapi denda hingga miliaran dolar, mengingat jumlah pengguna yang terdampak. Sementara itu, Flo mencapai penyelesaian dengan penggugat pada 31 Juli 2025 tanpa mengakui kesalahan, dan Google juga menyelesaikan kasusnya pada Juli 2025 dengan jumlah yang tidak diungkapkan.
Dampak dan Implikasi
Putusan ini menjadi tonggak penting dalam perlindungan privasi data digital, terutama untuk aplikasi kesehatan yang menangani informasi sensitif. Michael P. Canty, pengacara penggugat, menyebutnya sebagai “momen bersejarah” dalam memastikan tanggung jawab perusahaan teknologi besar terhadap privasi pengguna. Kasus ini juga menyoroti kelemahan dalam regulasi data aplikasi kesehatan (femtech), seperti yang diungkap dalam laporan Minderoo Centre for Technology and Democracy, yang menyebut data menstruasi sebagai “tambang emas” untuk profil konsumen.
Bagi pengguna, skandal ini menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan data pribadi mereka di aplikasi kesehatan. Meskipun Flo telah memperbarui kebijakan privasinya setelah penyelesaian dengan FTC, kepercayaan pengguna terhadap aplikasi femtech mungkin tergerus. Selain itu, kasus ini menegaskan pentingnya transparansi dan persetujuan eksplisit dalam pengelolaan data oleh aplikasi dan pihak ketiga.
Tips Melindungi Privasi di Aplikasi Kesehatan
Untuk menghindari risiko pelanggaran privasi saat menggunakan aplikasi kesehatan, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
-
Baca Kebijakan Privasi: Luangkan waktu untuk memahami bagaimana data Anda akan digunakan dan apakah akan dibagikan dengan pihak ketiga.
-
Periksa Pengaturan Izin: Nonaktifkan pelacakan iklan atau data yang tidak perlu di pengaturan aplikasi atau perangkat.
-
Gunakan Aplikasi Terpercaya: Pilih aplikasi dari pengembang dengan reputasi baik dan riwayat kepatuhan terhadap regulasi privasi.
-
Perbarui Aplikasi Secara Rutin: Pembaruan sering kali mencakup perbaikan keamanan dan kepatuhan terhadap regulasi baru.
-
Batasi Data yang Dibagikan: Hanya masukkan informasi yang benar-benar diperlukan untuk fungsi aplikasi.
Skandal privasi data yang melibatkan Meta dan Flo Health menjadi pengingat akan pentingnya perlindungan data di era digital, terutama untuk informasi kesehatan yang sangat sensitif. Putusan juri terhadap Meta menegaskan bahwa perusahaan teknologi harus bertanggung jawab atas praktik pengumpulan data mereka. Bagi pengguna, kasus ini menjadi panggilan untuk lebih waspada dalam memilih aplikasi dan memahami hak privasi mereka. Dengan regulasi yang lebih ketat dan kesadaran pengguna yang meningkat, diharapkan industri femtech dapat bergerak menuju praktik yang lebih transparan dan aman di masa depan.