JAKARTA, koranmetro.com – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah membuka peluang besar bagi usaha mikro di Indonesia untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan efisiensi operasional. Berdasarkan pengalaman sejumlah pelaku usaha kecil, pemanfaatan chatbot berbasis AI dalam layanan pelanggan terbukti meningkatkan respon dan kepuasan konsumen, tanpa memerlukan investasi besar. Platform AI lokal yang dikembangkan startup Indonesia terbukti lebih adaptif terhadap bahasa dan konteks pasar domestik, sehingga memberikan nilai tambah nyata.
Menurut salah satu ahli digitalisasi UMKM, faktor utama dalam adopsi AI adalah pendidikan dan pelatihan yang relevan. Banyak usaha mikro belum memahami potensi teknologi ini karena keterbatasan literasi digital. Oleh karena itu, kolaborasi pemerintah, swasta, dan akademisi dalam menyelenggarakan pelatihan singkat tentang penggunaan AI—seperti analisis data penjualan atau prediksi permintaan—merupakan strategi efektif untuk memacu adopsi teknologi.
Dari sisi otoritas, dukungan kebijakan pemerintah dalam bentuk insentif atau subsidi aplikasi AI lokal sangat penting. Hal ini tidak hanya memperkuat ekonomi digital dalam negeri tetapi juga memberi sinyal kepercayaan kepada pelaku usaha bahwa mereka tidak sendiri dalam transformasi digital. Terlebih, pelaku usaha mikro memiliki potensi besar dalam ekonomi inklusif serta penyerapan tenaga kerja lokal.
Namun, tantangan muncul dari risiko ketergantungan pada teknologi yang belum stabil serta kekhawatiran tentang keamanan data konsumen. Pengusaha perlu memilih solusi AI yang transparan, memiliki sistem keamanan jelas, dan disertai dukungan teknis memadai. Ini penting untuk membangun kepercayaan, baik bagi pemilik usaha maupun pelanggan.
Secara keseluruhan, revolusi digital melalui AI lokal menawarkan jalan transformasi yang realistis bagi usaha mikro Indonesia—asam tapi manis kombinasi teknologi, regulasi, dan edukasi membentuk masa depan yang inklusif dan berdaya saing.