Menteri Israel Terpecah Voting Gencatan Senjata, Netanyahu Tertekan

- Jurnalis

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada Januari 2025, ketegangan politik di Israel semakin meningkat setelah para menteri kabinet terpecah dalam voting terkait gencatan senjata dalam konflik dengan Hamas.

Pada Januari 2025, ketegangan politik di Israel semakin meningkat setelah para menteri kabinet terpecah dalam voting terkait gencatan senjata dalam konflik dengan Hamas.

JAKARTA, koranmetro.com – Pada Januari 2025, ketegangan politik di Israel semakin meningkat setelah para menteri kabinet terpecah dalam voting terkait gencatan senjata dalam konflik dengan Hamas. Keputusan tersebut memberikan tekanan besar bagi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang kini menghadapi tantangan besar baik di dalam pemerintahannya maupun di hadapan publik internasional.

Perpecahan di Pemerintahan Israel

Sebagian besar menteri kabinet, terutama dari kelompok sayap kanan dan pendukung garis keras, menentang setiap bentuk gencatan senjata dengan Hamas. Mereka berpendapat bahwa Israel harus melanjutkan serangan militer untuk melumpuhkan kelompok militan tersebut, dengan alasan keamanan nasional yang sangat mendesak.

Namun, sejumlah menteri yang berasal dari partai-partai lebih moderat dalam koalisi pemerintah Israel, mengusulkan agar diadakan pembicaraan dengan tujuan mencapai gencatan senjata. Mereka menilai bahwa pertempuran yang berlangsung telah menyebabkan banyak korban jiwa, baik dari pihak Israel maupun warga Palestina, serta menambah ketegangan regional yang sudah sangat tinggi.

Netanyahu di Bawah Tekanan

Keputusan untuk meneruskan atau menghentikan serangan militer Israel terhadap Hamas menjadi isu yang semakin mempengaruhi popularitas Netanyahu. Sebagai pemimpin yang sering mengutamakan kebijakan garis keras dalam menghadapi ancaman terorisme, Netanyahu kini dihadapkan pada dilema besar antara mempertahankan kebijakan militer atau merespons tekanan internasional yang mendesak Israel untuk segera melakukan gencatan senjata.

Baca Juga :  Ayah Pahlawan, Nekat Lompat dari Kapal Pesiar demi Selamatkan Putrinya

Pemerintahan Netanyahu merasa terjebak antara menjaga citra militerisme yang kuat di dalam negeri dan memenuhi tuntutan internasional untuk menghentikan kekerasan, yang dapat berujung pada solusi damai. Negara-negara besar, terutama Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, terus mendesak agar kedua belah pihak terlibat dalam dialog guna mencegah jatuhnya lebih banyak korban.

Respons Internasional dan Pengaruh Politik

Keputusan politik ini tidak hanya memengaruhi kondisi domestik Israel, tetapi juga dampaknya terhadap hubungan internasionalnya. Beberapa negara, seperti Mesir dan Qatar, telah mengusulkan peran mereka sebagai mediator dalam gencatan senjata. Sementara itu, suara dari masyarakat internasional terus menyerukan Israel untuk mengurangi ketegangan dengan Hamas, terutama setelah meningkatnya jumlah korban jiwa dan kerusakan infrastruktur di Gaza.

Bagi Netanyahu, keputusan ini semakin memperumit posisinya. Jika ia mendukung gencatan senjata, ia mungkin akan kehilangan dukungan dari partai-partai sayap kanan yang telah menjadi bagian penting dari koalisinya. Namun, jika ia melanjutkan serangan militer tanpa adanya resolusi diplomatik, ia juga berisiko terjebak dalam isolasi internasional yang semakin mendalam.

Baca Juga :  Rusia-China Bahas Arah Hubungan Bilateral di Tengah Pengaruh Kebijakan Era Trump

Kondisi Di Lapangan

Di lapangan, pertempuran antara pasukan Israel dan Hamas masih terus berlanjut. Serangan udara dan tembakan artileri dari kedua pihak terus berlanjut, menyebabkan banyaknya korban sipil dan kerusakan. Meskipun terdapat tekanan internasional untuk segera mengakhiri konflik, situasi di Gaza dan wilayah Palestina lainnya tetap sangat kompleks, dengan berbagai faktor politik, sosial, dan keamanan yang saling terkait.

Kesimpulan

Perpecahan dalam kabinet Israel terkait gencatan senjata mencerminkan betapa besar tantangan yang dihadapi oleh Netanyahu dalam memimpin negaranya selama masa ketegangan yang semakin meningkat ini. Keputusan yang harus diambilnya akan menentukan arah politik Israel ke depan, dan mempengaruhi stabilitas di kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Sebagai perdana menteri, Netanyahu harus menghadapi tantangan besar dalam mencari keseimbangan antara kepentingan domestik, hubungan internasional, dan kebutuhan untuk menjaga keamanan nasional Israel.

Berita Terkait

Hamas Optimis Pertukaran Tawanan dengan Israel & Akhiri Perang di Gaza
Trump Desak Israel Hentikan Pemboman Gaza, Yakin Hamas Siap Capai Perdamaian Abadi
Pasukan Israel Hentikan Flotilla Bantuan Gaza, Aktivis Greta Thunberg Ditahan di Perairan Internasional
Hamas Buka Suara soal Serangan 7 Oktober ke Israel usai Dikecam Abbas
RS Bali Klarifikasi Isu Hilangnya Jantung dari Jenazah Turis Australia
Gelombang Kemarahan Gen Z Peru, Bentrokan Brutal dengan Polisi di Lima
Rusia-Belarus Latihan Simulasi Serangan Nuklir, Negara NATO Panik
Ribuan Warga Turki Unjuk Rasa Desak Erdogan Mundur, Ada Apa?
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 20:40 WIB

Hamas Optimis Pertukaran Tawanan dengan Israel & Akhiri Perang di Gaza

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 13:16 WIB

Trump Desak Israel Hentikan Pemboman Gaza, Yakin Hamas Siap Capai Perdamaian Abadi

Kamis, 2 Oktober 2025 - 12:53 WIB

Pasukan Israel Hentikan Flotilla Bantuan Gaza, Aktivis Greta Thunberg Ditahan di Perairan Internasional

Jumat, 26 September 2025 - 17:42 WIB

Hamas Buka Suara soal Serangan 7 Oktober ke Israel usai Dikecam Abbas

Kamis, 25 September 2025 - 12:16 WIB

RS Bali Klarifikasi Isu Hilangnya Jantung dari Jenazah Turis Australia

Berita Terbaru

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Festival Jazz Pantai Selat Panjang, Kolaborasi Musik dan Alam Pesisir

Rabu, 8 Okt 2025 - 16:36 WIB