Bisakah NATO Bertahan Tanpa Dukungan AS di Bawah Kepemimpinan Trump?

- Jurnalis

Minggu, 9 Maret 2025 - 22:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Namun, tanpa Amerika Serikat, NATO akan kehilangan sebagian besar kemampuan nuklir strategis, sistem pertahanan udara canggih, dan infrastruktur logistik yang selama ini didominasi oleh AS

Namun, tanpa Amerika Serikat, NATO akan kehilangan sebagian besar kemampuan nuklir strategis, sistem pertahanan udara canggih, dan infrastruktur logistik yang selama ini didominasi oleh AS

JAKARTA, koranmetro.com – Kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada pemilu 2025 memunculkan kekhawatiran besar mengenai masa depan NATO. Trump sebelumnya mengkritik keras NATO selama masa jabatannya (2017–2021), bahkan mengancam akan menarik Amerika Serikat dari aliansi tersebut jika negara-negara anggota Eropa tidak meningkatkan kontribusi pertahanan mereka. Dalam kampanyenya pada Februari 2025, Trump kembali menyatakan bahwa jika terpilih, AS tidak akan secara otomatis membela negara-negara NATO yang tidak memenuhi target belanja pertahanan sebesar 2% dari PDB mereka.

Baca Juga :  AS Siap Mendukung Indonesia Menjadi Anggota OECD

Pernyataan ini memunculkan pertanyaan tentang kemampuan NATO untuk bertahan tanpa dukungan penuh AS. Amerika Serikat selama ini berperan penting dalam aliansi tersebut, menyumbang sekitar 70% dari total pengeluaran pertahanan NATO. AS juga menjadi penyedia utama persenjataan canggih, intelijen, dan logistik bagi aliansi tersebut.

Tanpa dukungan penuh AS, NATO akan menghadapi tantangan besar. Kekuatan militer kolektif Eropa masih tertinggal dalam hal teknologi, persenjataan, dan proyeksi kekuatan global. Meski negara-negara seperti Jerman dan Prancis telah meningkatkan belanja pertahanan mereka, masih ada celah signifikan yang sulit ditutup dalam waktu singkat.

Baca Juga :  Perserikatan Bangsa PBB Klaim 20.000 Jenazah Disimpan di Bandara Bogota, Kolombia Membantahnya

Sejak 2017, NATO telah berupaya mengurangi ketergantungan pada AS dengan membentuk Pasukan Tanggap Cepat (NATO Response Force) yang memiliki kekuatan 40.000 tentara siap gerak. Selain itu, Uni Eropa juga meningkatkan inisiatif pertahanannya sendiri melalui European Defence Initiative.

Berita Terkait

Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​
Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas
AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan
Myanmar Kembali Diguncang Gempa
Proyek Kereta Bawah Tanah di Seoul Amblas, 1 Orang Hilang, 1 Terjebak
CEO Siemens Sekeluarga Korban Tewas Helikopter Jatuh di Sungai Hudson
Menlu RI Sugiono Tegaskan Evakuasi Warga Gaza Bukan Berarti Relokasi
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​

Kamis, 17 April 2025 - 19:30 WIB

Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Rabu, 16 April 2025 - 16:14 WIB

Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas

Senin, 14 April 2025 - 16:45 WIB

AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan

Minggu, 13 April 2025 - 13:48 WIB

Myanmar Kembali Diguncang Gempa

Berita Terbaru

Di balik dominasi Android dan Chrome OS, Google diam-diam mengembangkan sistem operasi baru bernama Fuchsia OS.

Aplikasi & OS

Fuchsia OS, Masa Depan Sistem Operasi Buatan Google

Sabtu, 19 Apr 2025 - 18:32 WIB