AI Diprediksi Lampaui Konsumsi Listrik Penambangan Bitcoin pada 2025

- Jurnalis

Selasa, 3 Juni 2025 - 13:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) membawa dampak signifikan pada konsumsi energi global, dengan riset terbaru memperkirakan.

Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) membawa dampak signifikan pada konsumsi energi global, dengan riset terbaru memperkirakan.

JAKARTA, koranmetro.com – Perkembangan pesat kecerdasan buatan (AI) membawa dampak signifikan pada konsumsi energi global, dengan riset terbaru memperkirakan bahwa data center AI akan mengonsumsi lebih banyak listrik dibandingkan penambangan Bitcoin pada akhir 2025. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran terkait keberlanjutan energi dan dampak lingkungan, sekaligus menyoroti tantangan dalam mendukung teknologi masa depan yang ramah lingkungan.

Riset Mengejutkan tentang Konsumsi Energi AI

Menurut penelitian oleh Alex de Vries-Gao, kandidat doktor di Institut Studi Lingkungan Universitas Vrije Amsterdam, setiap chip AI Nvidia H100, yang banyak digunakan di data center AI, mengonsumsi daya hingga 700 watt saat menjalankan model AI kompleks. Dengan jutaan chip semacam ini diproduksi dan digunakan, konsumsi listriknya sangat besar. Riset tersebut memperkirakan bahwa perangkat keras AI yang diproduksi pada 2023-2024 saja dapat mengonsumsi antara 5,3 hingga 9,4 gigawatt, setara dengan kebutuhan listrik seluruh Irlandia. Lebih jauh, jika tren ini berlanjut, konsumsi listrik sistem AI diperkirakan mencapai 23 gigawatt pada akhir 2025, melampaui kebutuhan listrik penambangan Bitcoin global dan setara dengan konsumsi listrik Inggris.

Mengapa AI Begitu “Lapar” Energi?

AI, terutama model bahasa besar (large language models) seperti yang digunakan dalam aplikasi seperti ChatGPT, membutuhkan daya komputasi besar untuk pelatihan dan pengoperasian. Proses ini melibatkan:

  • Pelatihan Model: Membutuhkan server dengan GPU canggih yang beroperasi selama ribuan jam.

  • Inferensi AI: Proses menjalankan model AI untuk menghasilkan respons, seperti saat menjawab pertanyaan atau menghasilkan konten, juga sangat intensif energi.

  • Infrastruktur Data Center: Pusat data modern untuk AI menggunakan teknologi seperti chip Nvidia H100 dan packaging CoWoS dari TSMC, yang meningkatkan efisiensi tetapi tetap membutuhkan daya besar karena skala operasinya.

Baca Juga :  iPhone 17 Air, Menjadi Model Tertipis dalam Sejarah iPhone!

Sebagai perbandingan, penambangan Bitcoin, yang terkenal boros energi, diperkirakan mengonsumsi sekitar 96 hingga 266 terawatt-hour (TWh) per tahun, tergantung pada sumber. Namun, dengan meningkatnya produksi perangkat keras AI dan permintaan komputasi yang melonjak, AI berpotensi melampaui angka ini.

Dampak Lingkungan dan Tantangan Keberlanjutan

Konsumsi energi yang tinggi berarti emisi karbon yang besar, terutama jika listrik berasal dari sumber berbahan bakar fosil. Menurut laporan, pada 2022, pusat data global (termasuk untuk AI) mengonsumsi 1-1,3% listrik dunia, dan angka ini diperkirakan meningkat menjadi 4,5% pada 2030 karena pertumbuhan AI. Selain itu, limbah elektronik dari perangkat keras AI yang usang juga menjadi masalah, dengan perkiraan mencapai 1,2-5 juta metrik ton pada 2030 jika tidak dikelola dengan baik.

Tantangan ini diperparah oleh kurangnya transparansi dari perusahaan teknologi besar tentang konsumsi energi AI mereka. Alex de Vries-Gao menyoroti bahwa sulitnya mendapatkan data akurat membuat prediksi dampak lingkungan menjadi rumit. Beberapa solusi yang diusulkan untuk mengurangi dampak ini meliputi:

  • Energi Terbarukan: Beralih ke sumber energi seperti tenaga surya atau angin untuk menggerakkan data center.

  • Efisiensi Perangkat Keras: Mengembangkan chip yang lebih hemat energi.

  • Daur Ulang: Menerapkan strategi untuk memperpanjang usia perangkat keras dan mendaur ulang komponen.

Perbandingan dengan Penambangan Bitcoin

Penambangan Bitcoin telah lama dikritik karena konsumsi listriknya yang besar, dengan laporan menyebutkan bahwa aktivitas ini menghabiskan lebih banyak listrik daripada beberapa negara, seperti Filipina atau Swedia. Proses validasi transaksi Bitcoin melalui blockchain membutuhkan komputer dengan daya komputasi tinggi, sering kali beroperasi 24/7, yang menyebabkan emisi karbon signifikan. Namun, riset menunjukkan bahwa penambangan emas konvensional bisa lebih boros energi dibandingkan Bitcoin, dengan konsumsi hingga 500 juta gigajoule per tahun dibandingkan 184 gigajoule untuk Bitcoin.

Baca Juga :  Bersihkan iPhone Anda, 3 Cara Mudah Menghapus Cache dengan Praktis

Meski begitu, AI kini menarik perhatian karena potensi konsumsinya yang lebih besar. Tidak seperti Bitcoin, yang konsumsi energinya cenderung stabil kecuali saat harga melonjak, permintaan energi AI terus meningkat seiring dengan ekspansi data center dan model AI yang semakin kompleks.

Solusi Menuju Masa Depan yang Lebih Hijau

Untuk mengatasi “dahaga” energi AI, beberapa langkah sedang diambil:

  • Transisi ke Energi Terbarukan: Perusahaan seperti DCI Indonesia telah mulai membangun panel surya untuk data center, sementara penyedia listrik seperti PLN di Indonesia mengembangkan proyek energi terbarukan.

  • Sertifikat Energi Terbarukan (REC): Memungkinkan perusahaan membuktikan bahwa listrik mereka berasal dari sumber ramah lingkungan.

  • Desain AI yang Efisien: Peneliti mendesak pengembangan model AI yang lebih hemat energi, baik dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunak.

Di Indonesia, Ketua Umum Indonesia Data Center Provider Organization, Hendra Suryakusuma, menekankan pentingnya energi terbarukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari data center AI. Dengan potensi sumber energi seperti tenaga surya dan angin, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi pusat data yang lebih hijau.

Mengapa Ini Penting?

Melonjaknya konsumsi listrik AI menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan teknologi di masa depan. Jika tidak dikelola, pertumbuhan AI dapat membebani jaringan listrik global dan menghambat upaya transisi ke energi bersih. Di sisi lain, inovasi dalam efisiensi energi dan penggunaan sumber terbarukan dapat menjadikan AI sebagai kekuatan positif tanpa mengorbankan lingkungan.

Berita Terkait

Oppo A6 Max Hadir dengan Desain Tipis dan Baterai Jumbo 7.000 mAh
Vivo V60 di Indonesia, Spesifikasi Unggulan dan Daftar Harga Terbaru
Revolusi Desain iPhone, Rencana Apple dari iPhone 17 hingga iPhone 20 (2025-2027)
Itel Zeno 20, Smartphone Terjangkau dengan Layar 90Hz yang Mulus
India Beri Lampu Hijau untuk E-Sports dan Game Sosial dengan Larangan Ketat pada Judi Online
PixelSnap, Inovasi Magnetik Google untuk Pixel 10 yang Menyaingi MagSafe
iPhone 17e, Desain Tanpa Notch dengan Dynamic Island dan Spesifikasi Terjangkau
Revolusi Digital Usaha Mikro, Peluang dan Tantangan di Era AI Lokal
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 1 September 2025 - 12:49 WIB

Oppo A6 Max Hadir dengan Desain Tipis dan Baterai Jumbo 7.000 mAh

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 13:40 WIB

Vivo V60 di Indonesia, Spesifikasi Unggulan dan Daftar Harga Terbaru

Rabu, 27 Agustus 2025 - 13:12 WIB

Revolusi Desain iPhone, Rencana Apple dari iPhone 17 hingga iPhone 20 (2025-2027)

Senin, 25 Agustus 2025 - 13:05 WIB

Itel Zeno 20, Smartphone Terjangkau dengan Layar 90Hz yang Mulus

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 13:32 WIB

India Beri Lampu Hijau untuk E-Sports dan Game Sosial dengan Larangan Ketat pada Judi Online

Berita Terbaru

Tottenham Hotspur telah resmi mendapatkan jasa Randal Kolo Muani dengan status pinjaman dari Paris Saint-Germain hingga akhir musim 2025–2026, tanpa opsi atau kewajiban pembelian.

Liga Inggris

Randal Kolo Muani Jadi Penyerang Baru Tottenham

Selasa, 2 Sep 2025 - 20:11 WIB

Transmisi CVT (Continuously Variable Transmission) semakin populer di kalangan pengemudi karena efisiensi bahan bakar dan kenyamanan berkendara yang ditawarkannya.

OTOMOTIF

Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Mengemudi Mobil CVT

Selasa, 2 Sep 2025 - 12:39 WIB

Chelsea membuat kejutan besar di bursa transfer dengan resmi mengumumkan perekrutan Alejandro Garnacho dari Manchester United.

Liga Inggris

Chelsea Resmi Gaet Alejandro Garnacho dari Manchester United

Minggu, 31 Agu 2025 - 20:57 WIB