JAKARTA, koranmetro.com – Tahun 2025 menandai era baru dalam evolusi internet dengan munculnya integrasi antara Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT), yang dikenal sebagai AIoT. Kombinasi ini memungkinkan perangkat pintar untuk tidak hanya mengumpulkan data, tetapi juga menganalisis dan mengambil keputusan secara real-time tanpa bergantung pada cloud. Hal ini dimungkinkan berkat teknologi edge computing, di mana pemrosesan data dilakukan langsung di perangkat atau dekat dengan sumber data, mengurangi latensi dan meningkatkan efisiensi.
Dalam sektor industri, AIoT dan edge computing digunakan untuk pemeliharaan prediktif, di mana sensor pintar mendeteksi potensi kerusakan mesin sebelum terjadi, mengurangi waktu henti dan biaya perbaikan. Di bidang kesehatan, perangkat medis yang terhubung dapat memantau kondisi pasien secara real-time dan memberikan peringatan dini kepada tenaga medis jika terjadi perubahan kritis. Sementara itu, di kota pintar, teknologi ini membantu dalam pengelolaan lalu lintas, pencahayaan jalan, dan sistem keamanan, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan efisien.
Namun, adopsi AIoT dan edge computing juga menghadirkan tantangan, terutama dalam hal keamanan data dan privasi. Dengan semakin banyaknya perangkat yang terhubung, risiko kebocoran data dan serangan siber meningkat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan keamanan yang komprehensif, termasuk enkripsi data, otentikasi kuat, dan pembaruan perangkat lunak secara berkala.
Integrasi AIoT dan edge computing diharapkan akan terus berkembang, membawa transformasi signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan pemanfaatan yang tepat, teknologi ini dapat meningkatkan kualitas hidup, efisiensi operasional, dan membuka peluang baru dalam inovasi digital.