Apa Itu Project Kuiper Amazon yang Jadi Pesaing Starlink?

- Jurnalis

Minggu, 4 Mei 2025 - 14:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam dunia yang semakin bergantung pada konektivitas internet, Amazon meluncurkan Project Kuiper,

Dalam dunia yang semakin bergantung pada konektivitas internet, Amazon meluncurkan Project Kuiper,

JAKARTA, koranmetro.com – Dalam dunia yang semakin bergantung pada konektivitas internet, Amazon meluncurkan Project Kuiper, sebuah proyek ambisius untuk menyediakan internet broadband berkecepatan tinggi melalui satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO). Proyek ini dirancang untuk menyaingi Starlink milik SpaceX, yang telah mendominasi pasar internet satelit. Dengan investasi besar dan teknologi canggih, Project Kuiper bertujuan menjangkau wilayah terpencil di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berikut penjelasan lengkap tentang apa itu Project Kuiper, cara kerjanya, dan bagaimana ia bersaing dengan Starlink.

Mengenal Project Kuiper

Diluncurkan pada 2019, Project Kuiper adalah inisiatif Amazon untuk membangun konstelasi 3.236 satelit LEO guna menyediakan akses internet yang cepat, andal, dan terjangkau. Proyek ini dinamakan berdasarkan Sabuk Kuiper, wilayah tata surya yang luas, mencerminkan misi Amazon untuk menghubungkan daerah yang belum terjangkau internet, seperti pedesaan, komunitas terpencil, dan wilayah bencana. Amazon menggelontorkan dana lebih dari 10 miliar dolar AS (sekitar Rp167,6 triliun) untuk mengembangkan satelit, terminal pengguna, dan infrastruktur pendukung.

Tujuan utama Kuiper adalah menutup kesenjangan digital dengan menyediakan layanan untuk rumah tangga, bisnis, pemerintahan, sekolah, rumah sakit, dan organisasi. Proyek ini juga terintegrasi dengan Amazon Web Services (AWS), memberikan keunggulan dalam pengolahan data berbasis cloud.

Cara Kerja Project Kuiper

Project Kuiper memanfaatkan teknologi satelit LEO untuk menghadirkan internet dengan latensi rendah dan kecepatan tinggi. Berikut mekanisme kerjanya:

  1. Konstelasi Satelit: Satelit Kuiper ditempatkan pada ketinggian 450-600 km di atas Bumi, lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner, sehingga mengurangi latensi hingga mendekati performa internet kabel. Satelit-satelit ini menggunakan optical inter-satellite link (OISL) berbasis laser untuk mentransfer data antar satelit dengan kecepatan hingga 100 Gbps.

  2. Terminal Pengguna: Amazon merancang tiga jenis antena atau terminal pengguna yang inovatif dan terjangkau:

    • Standar: Untuk rumah tangga, berukuran kecil, menawarkan kecepatan hingga 400 Mbps.

    • Ultra-kompak: Seukuran buku, memberikan kecepatan hingga 100 Mbps, ideal untuk pengguna dengan anggaran terbatas.

    • Pro: Untuk bisnis atau pemerintahan, mendukung kecepatan hingga 1 Gbps.

  3. Stasiun Bumi: Satelit terhubung dengan stasiun Bumi (gateway stations) yang mengalirkan data ke jaringan internet global. Amazon berencana membangun enam gateway stations di Indonesia sebagai bagian dari ekspansi awal.

  4. Integrasi AWS: Data dari Kuiper dapat langsung diproses melalui AWS, memberikan keamanan dan fleksibilitas untuk pelanggan enterprise.

Baca Juga :  Dampak Pelarangan iPhone 16, Konsumen Indonesia Beralih ke Smartphone Ini

Project Kuiper vs. Starlink

Starlink, yang dioperasikan SpaceX, telah meluncurkan lebih dari 8.000 satelit dan melayani 5 juta pengguna di 125 negara, menjadikannya pemimpin pasar. Namun, Project Kuiper memiliki potensi untuk menjadi pesaing kuat dengan beberapa keunggulan:

  • Harga Kompetitif: Amazon menargetkan harga terminal di bawah 400 dolar AS, lebih murah dibandingkan terminal Starlink yang sekitar 500 dolar AS. Biaya langganan Kuiper juga diharapkan lebih rendah dari Starlink (sekitar 120 dolar AS per bulan).

  • Kecepatan Tinggi: Terminal standar Kuiper menawarkan kecepatan hingga 400 Mbps, diklaim lebih konsisten dibandingkan Starlink, meskipun Starlink terus meningkatkan kapasitasnya.

  • Ekosistem AWS: Integrasi dengan AWS memberikan nilai tambah bagi bisnis yang membutuhkan solusi cloud terpadu, sesuatu yang belum dimiliki Starlink.

  • Kemitraan Strategis: Amazon bekerja sama dengan operator global seperti Verizon dan Vodafone, serta mengamankan 83 peluncuran roket dari ULA, Arianespace, Blue Origin, dan SpaceX untuk mempercepat penyebaran satelit.

Namun, Kuiper masih tertinggal. Hingga April 2025, Amazon baru meluncurkan 27 satelit operasional, dibandingkan ribuan satelit aktif Starlink. Amazon juga menghadapi tantangan produksi dan jadwal peluncuran untuk memenuhi syarat FCC, yang mewajibkan setengah konstelasi (1.618 satelit) beroperasi sebelum Juli 2026.

Baca Juga :  Xiaomi Siap Luncurkan HP Flagship Terbaru di Indonesia, Beberapa Model Masih Rahasia!

Project Kuiper di Indonesia

Indonesia menjadi salah satu target utama Project Kuiper, terutama untuk wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Pada Maret 2025, Amazon bertemu dengan Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia untuk membahas investasi dan perizinan, termasuk lisensi telekomunikasi dan hak peminjaman satelit. Amazon mengalokasikan 20 juta dolar AS untuk membangun infrastruktur seperti gateway stations, dengan rencana investasi hingga 90 juta dolar AS hingga 2035.

Keberadaan Kuiper di Indonesia diharapkan mendukung transformasi digital, seperti pemberdayaan UMKM, e-government, e-health, dan e-education. Persaingan dengan Starlink, yang telah beroperasi di Indonesia sejak Mei 2024, dianggap positif untuk mendorong inovasi dan harga yang lebih terjangkau.

Tantangan dan Harapan

Project Kuiper menghadapi beberapa rintangan:

  • Keterlambatan Peluncuran: Produksi satelit dan jadwal peluncuran masih menjadi kendala, dengan risiko gagal memenuhi tenggat FCC.

  • Persaingan: Starlink memiliki keunggulan skala, sementara pemain lain seperti OneWeb juga mulai berkembang.

  • Dampak Lingkungan: Banyaknya satelit LEO meningkatkan risiko puing antariksa. Amazon telah menguji teknologi deorbiting untuk mengurangi dampak ini.

Meski begitu, dengan dukungan finansial Amazon, keahlian dalam produk konsumen, dan infrastruktur AWS, Kuiper memiliki prospek cerah. Amazon menargetkan layanan komersial pada akhir 2025, dengan uji coba beta setelah 578 satelit mengorbit. Layanan global, termasuk di Indonesia, diharapkan tersedia penuh pada Juli 2029.

Project Kuiper adalah upaya Amazon untuk merevolusi akses internet global melalui satelit LEO, menawarkan alternatif kompetitif bagi Starlink. Dengan harga terjangkau, kecepatan tinggi, dan integrasi AWS, Kuiper berpotensi mengubah lanskap konektivitas digital, terutama di daerah terpencil seperti Indonesia. Meski masih dalam tahap awal, proyek ini menjanjikan persaingan sehat yang menguntungkan konsumen. Untuk pembaruan terbaru, kunjungi situs resmi Amazon atau sumber seperti tekno.kompas.com.

Berita Terkait

Mengapa Kamera Ultra-Wide Oppo Find N5 Hanya 8 MP? Ini Penjelasan Oppo
25 Link Download Twibbon May Day 2025 untuk Upload di Medsos
Xiaomi Geser Huawei, Rebut Posisi Puncak di Pasar Smartphone China
Kenaikan Harga iPhone 16e di Indonesia, Rincian Lengkap
Sony Kerek Harga PlayStation 5 di Berbagai Negara, Berikut Detailnya
Vivo T4 5G, Baterai Jumbo 7.300 mAh dan Kamera Flagship dalam Balutan Desain Elegan
Huawei Luncurkan FreeArc, TWS Open Ear dengan Harga Rp1,399 Juta
Oppo K13 Resmi Hadir dengan Baterai Jumbo dan Performa Gahar
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 4 Mei 2025 - 14:20 WIB

Apa Itu Project Kuiper Amazon yang Jadi Pesaing Starlink?

Sabtu, 3 Mei 2025 - 13:09 WIB

Mengapa Kamera Ultra-Wide Oppo Find N5 Hanya 8 MP? Ini Penjelasan Oppo

Kamis, 1 Mei 2025 - 14:07 WIB

25 Link Download Twibbon May Day 2025 untuk Upload di Medsos

Rabu, 30 April 2025 - 12:00 WIB

Xiaomi Geser Huawei, Rebut Posisi Puncak di Pasar Smartphone China

Senin, 28 April 2025 - 12:33 WIB

Kenaikan Harga iPhone 16e di Indonesia, Rincian Lengkap

Berita Terbaru

Dalam dunia yang semakin bergantung pada konektivitas internet, Amazon meluncurkan Project Kuiper,

Internet

Apa Itu Project Kuiper Amazon yang Jadi Pesaing Starlink?

Minggu, 4 Mei 2025 - 14:20 WIB

Israel telah memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza, menghentikan semua pasokan bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.

INTERNASIONAL

Israel Blokir Pasokan Bantuan, Kelaparan Makin Meluas di Gaza

Sabtu, 3 Mei 2025 - 18:19 WIB