iPhone 17 Bawa Layar 120Hz ke Semua Model, Android Sudah Nikmati 8 Tahun Lalu!

JAKARTA, koranmetro.com – Di era smartphone saat ini, layar dengan refresh rate tinggi seperti 120Hz sudah menjadi standar bagi banyak pengguna yang menginginkan pengalaman scrolling mulus, animasi halus, dan gaming yang lebih responsif. Baru-baru ini, Apple mengumumkan iPhone 17 dengan fitur menonjol: seluruh lini produknya kini dilengkapi layar 120Hz, termasuk model standar yang selama ini terjebak di 60Hz. Ini adalah langkah besar bagi Apple, yang selama bertahun-tahun hanya membatasi teknologi ProMotion (refresh rate adaptif hingga 120Hz) untuk varian Pro. Namun, di balik euforia ini, ada fakta menarik: dunia Android sudah menikmati layar 120Hz sejak delapan tahun lalu. Mari kita telusuri bagaimana perbedaan strategi ini membentuk persaingan di pasar smartphone.

Sejarah Layar 120Hz di Android: Inovasi yang Dimulai dari Gaming

Perjalanan layar 120Hz di Android dimulai jauh sebelum Apple memasukkannya ke iPhone. Tren ini dipelopori oleh perangkat gaming, di mana refresh rate tinggi krusial untuk mengurangi motion blur dan meningkatkan frame rate.

• 2017: Pelopor Razer Phone Smartphone pertama di dunia yang mengadopsi layar 120Hz adalah Razer Phone, dirilis pada November 2017. Perangkat Android ini menggunakan panel IGZO LCD 5,7 inci dengan resolusi QHD (1440×2560) dan dukungan Variable Refresh Rate (VRR) bernama UltraMotion. Ini memungkinkan layar menyesuaikan refresh rate secara dinamis, mirip ProMotion Apple nantinya. Razer Phone dirancang untuk gamer, menawarkan pengalaman visual yang superior dibanding kompetitor saat itu, yang masih bertahan di 60Hz.
• 2018-2019: Ekspansi ke Flagship dan Mid-Range Pada 2018, Razer Phone 2 melanjutkan tradisi dengan layar serupa, sementara Asus ROG Phone menjadi pionir lain di segmen gaming. Tahun 2019 menandai momen kunci ketika OnePlus 7 Pro memperkenalkan layar 90Hz OLED—bukan 120Hz, tapi ini membuka pintu bagi refresh rate tinggi di flagship mainstream. Inovasi ini cepat menyebar, dengan Nubia Red Magic 3S yang mencapai 90Hz dan mulai mendorong batas.
• 2020: 120Hz Menjadi Mainstream Tahun 2020 adalah titik balik. Oppo Find X2 dan Samsung Galaxy S20 menjadi yang pertama membawa 120Hz OLED ke flagship luas. Galaxy S20, misalnya, menggunakan panel adaptif yang bisa turun ke 60Hz untuk hemat baterai. Sejak itu, hampir semua flagship Android seperti Google Pixel 5, OnePlus 8 Pro, dan Xiaomi Mi 10T mengadopsi 120Hz. Bahkan mid-range seperti Poco X2 (2020) membuat fitur ini terjangkau.
• 2021-Sekarang: Standar Baru, Bahkan di Budget Pada 2021, Samsung Galaxy S21 dan OnePlus 9 membawa 120Hz ke lebih banyak model, sementara gaming phone seperti Red Magic 6 mencapai 165Hz. Kini, di 2025, 120Hz sudah jadi norma: dari Samsung Galaxy A54 (mid-range) hingga flagship seperti Galaxy S25. Bahkan Nokia G400 (2022) membawa fitur ini ke segmen entry-level. Hasilnya? Pengguna Android telah menikmati scrolling buttery-smooth delapan tahun penuh, jauh sebelum iPhone standar ikut bergabung.

iPhone 17: Akhirnya 120Hz untuk Semua, Tapi Terlambat?

Apple dikenal dengan pendekatan “premium eksklusif”, di mana fitur canggih seperti ProMotion (120Hz adaptif) hanya untuk model Pro. iPhone 13 Pro (2021) adalah debut 120Hz di iPhone, empat tahun setelah Razer Phone. Kini, dengan iPhone 17 (dirilis September 2025), Apple akhirnya membawa 120Hz ke seluruh lineup: iPhone 17 standar (6,3 inci Super Retina XDR), iPhone 17 Air (model tipis 6,6 inci), serta Pro dan Pro Max.

Fitur utama layar iPhone 17 meliputi:

• Refresh rate hingga 120Hz dengan adaptif 1-120Hz (ProMotion penuh di Pro, fixed 120Hz di standar menurut rumor awal).
• Kecerahan puncak 3.000 nits dan Ceramic Shield 2 untuk ketahanan gores 3x lebih baik.
• Dukungan Always-On Display yang lebih efisien berkat LTPO OLED.

Ini adalah upgrade signifikan dari iPhone 16 yang masih 60Hz di model base, membuat iPhone 17 lebih kompetitif untuk gaming dan UI mulus. Namun, rumor dari analis seperti Ross Young menunjukkan bahwa implementasi di model non-Pro mungkin tidak seadaptif ProMotion penuh, dengan opsi terbatas seperti 60/90/120Hz tanpa turun ke 1Hz.

Mengapa Apple Lambat? Strategi Bisnis vs. Inovasi Cepat

Alasan utama keterlambatan Apple adalah model bisnisnya: membedakan tier produk untuk dorong upgrade ke Pro (yang lebih mahal). Sementara Android OEM seperti Samsung dan OnePlus agresif bereksperimen untuk merebut pangsa pasar, Apple fokus pada ekosistem iOS yang stabil. Hasilnya, pengguna iPhone standar terjebak di 60Hz hingga 2025, sementara Android user sudah biasa dengan 120Hz sejak 2017.

Dari sisi baterai, kekhawatiran Apple valid—120Hz bisa boros daya. Tapi teknologi LTPO (Low-Temperature Polycrystalline Oxide) yang kini murah telah menyelesaikan itu di Android. Di 2025, hampir semua mid-range Android punya LTPO, sementara iPhone baru mengejar.

Dampak untuk Konsumen: Pilihan Lebih Banyak di Android

Bagi pengguna, iPhone 17 menutup celah, tapi Android tetap unggul dalam variasi. Bayangkan: delapan tahun lalu, Razer Phone memberi gamer Android keunggulan visual; kini, Galaxy S25 tawarkan 120Hz LTPO dengan harga kompetitif, sementara iPhone 17 mulai dari $799 (naik dari iPhone 16).

Kedatangan layar 120Hz di iPhone 17 adalah kemenangan bagi penggemar Apple yang lelah dengan 60Hz. Namun, ini juga pengingat bagaimana Android sering jadi inkubator inovasi—dari Razer Phone 2017 hingga ribuan model 120Hz hari ini. Bagi konsumen, pilihan kini lebih luas: iPhone untuk integrasi sempurna, Android untuk fitur dini dan harga fleksibel. Di 2025, pertanyaannya bukan lagi “kapan 120Hz datang”, tapi “bagaimana kita memanfaatkannya?” Jika Anda upgrade, pertimbangkan kebutuhan: mulusnya Android yang matang atau eksklusivitas Apple yang baru lahir. Apa pun pilihannya, layar halus adalah masa depan yang sudah kita rasakan sejak delapan tahun silam.