JAKARTA, koranmetro.com – Dalam era Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan, kebutuhan akan pemrosesan data secara cepat dan efisien semakin tinggi. Salah satu solusi terbaru yang mendapat perhatian adalah Edge Computing, yaitu teknologi yang memindahkan proses komputasi lebih dekat ke sumber data, seperti sensor atau perangkat pengguna.
Berbeda dengan cloud computing yang mengandalkan server pusat, edge computing memungkinkan data dianalisis langsung di lokasi, tanpa harus dikirim terlebih dahulu ke pusat data. Hal ini sangat penting untuk aplikasi yang memerlukan respon cepat, seperti mobil otonom, perangkat medis, hingga sistem keamanan industri.
Keunggulan utama edge computing adalah latensi rendah, penghematan bandwidth, dan peningkatan privasi. Misalnya, kamera CCTV pintar yang memproses video langsung di perangkat dapat mendeteksi aktivitas mencurigakan secara real-time, tanpa tergantung koneksi internet yang stabil.
Beberapa perusahaan besar seperti NVIDIA, Cisco, dan Amazon Web Services (AWS) telah mengembangkan solusi edge untuk mendukung sektor industri, ritel, dan kota pintar (smart city). Bahkan, edge AI kini digunakan dalam mesin produksi untuk mendeteksi cacat produk seketika.
Namun, tantangan tetap ada, seperti kebutuhan perangkat keras yang mumpuni dan standar keamanan data yang ketat. Karena proses komputasi tersebar di banyak titik, sistem perlu dirancang dengan arsitektur yang tahan gangguan dan terjaga dari serangan siber.
Dengan adopsi yang terus meningkat, edge computing diprediksi akan menjadi bagian tak terpisahkan dari infrastruktur digital masa depan, membawa teknologi lebih dekat ke pengguna — secara harfiah dan fungsional.