Diplomasi Gemilang Anwar Ibrahim Redakan Konflik Thailand-Kamboja

- Jurnalis

Minggu, 3 Agustus 2025 - 14:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, berhasil mencatatkan prestasi diplomatik yang luar biasa dengan memediasi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja,

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, berhasil mencatatkan prestasi diplomatik yang luar biasa dengan memediasi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja,

JAKARTA, koranmetro.com – Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, berhasil mencatatkan prestasi diplomatik yang luar biasa dengan memediasi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja, menyelesaikan konflik bersenjata yang memanas di perbatasan kedua negara. Konflik yang dipicu oleh sengketa wilayah, khususnya di sekitar kompleks kuil Preah Vihear, telah menewaskan puluhan orang dan mengungsikan lebih dari 200.000 warga sejak pecah pada 24 Juli 2025. Keberhasilan Anwar ini bahkan mendapat perhatian khusus dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang sempat mengancam kedua negara dengan sanksi tarif jika konflik berlanjut.

Latar Belakang Konflik

Sengketa perbatasan antara Thailand dan Kamboja bukanlah hal baru. Ketegangan ini berakar pada klaim tumpang tindih atas wilayah di sekitar kuil Preah Vihear, yang diperparah oleh garis demarkasi warisan kolonial Prancis pada 1907 yang dianggap ambigu oleh kedua pihak. Bentrokan terbaru, yang merupakan yang paling mematikan sejak 2008-2011, meningkat setelah seorang tentara Kamboja tewas pada Mei 2025, diikuti oleh insiden ranjau darat yang melukai tentara Thailand. Situasi memburuk dengan penarikan duta besar dan penutupan perbatasan oleh Thailand, memicu pertempuran sengit yang melibatkan artileri berat, roket, dan bahkan serangan udara.

Peran Kunci Anwar Ibrahim

Sebagai Ketua ASEAN, Anwar Ibrahim dengan cepat mengambil inisiatif untuk meredakan ketegangan. Ia menggagas pertemuan darurat di Putrajaya, Malaysia, pada 28 Juli 2025, yang dihadiri oleh Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet. Anwar menekankan pentingnya diplomasi regional dan musyawarah, menolak spekulasi bahwa gencatan senjata terjadi akibat tekanan eksternal, termasuk dari Trump. Dalam konferensi pers pasca-pertemuan, Anwar menyatakan bahwa kedua pemimpin menunjukkan komitmen kuat untuk perdamaian, dengan kesepakatan gencatan senjata segera dan tanpa syarat yang mulai berlaku tengah malam waktu setempat.

Baca Juga :  Seorang Pria, di AS Kembali Menyelundupkan Narkoba Meski Sudah Pernah Ditangkap Polisi

Langkah konkret yang disepakati termasuk pertemuan komandan militer regional pada 29 Juli 2025, diikuti oleh pembicaraan atase pertahanan yang dimediasi Malaysia. Selain itu, Komite Perbatasan Umum (General Border Committee/GBC) dijadwalkan bertemu pada 4 Agustus di Kamboja untuk membahas solusi jangka panjang. Anwar juga memastikan jalur komunikasi langsung antara kedua negara diaktifkan kembali untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Respons Donald Trump

Presiden AS Donald Trump memainkan peran tambahan dalam mendorong negosiasi. Pada 26 Juli 2025, Trump menghubungi pemimpin Thailand dan Kamboja, memperingatkan bahwa AS tidak akan melanjutkan negosiasi tarif dagang jika konflik berlanjut. Ia bahkan mengancam tarif 36% atas ekspor kedua negara ke AS, pasar terbesar mereka. Setelah gencatan senjata tercapai, Trump memuji keberhasilan mediasi, meskipun Anwar menegaskan bahwa terobosan ini murni hasil diplomasi regional. Dalam sebuah pernyataan di Truth Social, Trump menyebut kesepakatan ini sebagai “berita positif” bagi kedua negara, meski Thailand awalnya menolak mediasi pihak ketiga.

Dukungan Regional dan Internasional

Keberhasilan Anwar mendapat apresiasi luas dari negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia. Presiden Indonesia Prabowo Subianto, dalam pertemuan dengan Anwar di Jakarta pada 29 Juli 2025, memuji kepemimpinan Malaysia dalam menyelesaikan konflik secara damai. Prabowo menegaskan kesiapan Indonesia untuk mendukung upaya mediasi lebih lanjut jika diperlukan. Menteri Dalam Negeri Indonesia Tito Karnavian dan Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad juga menyambut positif inisiatif Anwar, menyebutnya sebagai terobosan penting bagi stabilitas kawasan.

Baca Juga :  Keamanan Dunia dalam Fokus, Netanyahu Tentang Strategi Israel Menghadapi Houthi

Tiongkok, yang memiliki hubungan dekat dengan Kamboja, juga menunjukkan minat untuk bergabung dalam perundingan damai, meskipun Anwar memastikan bahwa proses mediasi tetap berada di bawah payung ASEAN. Upaya ini mencerminkan semangat kerja sama regional yang menjadi ciri khas ASEAN dalam menyelesaikan konflik.

Tantangan ke Depan

Meskipun gencatan senjata telah disepakati, tantangan masih ada. Thailand menuduh Kamboja melanggar kesepakatan dengan serangan artileri pasca-gencatan senjata, sementara Kamboja membantah tuduhan tersebut dan menuding Thailand sebagai agresor. Anwar mengakui bahwa penarikan pasukan memerlukan waktu dan koordinasi ketat untuk mencegah konflik berulang. Kompleksitas sengketa perbatasan, terutama terkait kuil Preah Vihear, juga menuntut solusi jangka panjang yang melibatkan kerja sama bilateral dan dukungan ASEAN.

Keberhasilan Anwar Ibrahim dalam memediasi gencatan senjata antara Thailand dan Kamboja menegaskan peran penting diplomasi regional dalam menyelesaikan konflik. Dengan mengesampingkan tekanan eksternal dan fokus pada musyawarah, Anwar telah menunjukkan bahwa ASEAN mampu menangani krisis di kawasannya sendiri. Prestasi ini tidak hanya membawa harapan bagi perdamaian di perbatasan Thailand-Kamboja, tetapi juga memperkuat posisi Malaysia sebagai pemimpin dalam forum ASEAN. Sementara Trump dan pihak lain seperti Tiongkok memberikan dorongan, keberhasilan ini tetap menjadi kemenangan diplomasi ASEAN di bawah kepemimpinan Anwar Ibrahim.

Berita Terkait

Hamas Optimis Pertukaran Tawanan dengan Israel & Akhiri Perang di Gaza
Trump Desak Israel Hentikan Pemboman Gaza, Yakin Hamas Siap Capai Perdamaian Abadi
Pasukan Israel Hentikan Flotilla Bantuan Gaza, Aktivis Greta Thunberg Ditahan di Perairan Internasional
Hamas Buka Suara soal Serangan 7 Oktober ke Israel usai Dikecam Abbas
RS Bali Klarifikasi Isu Hilangnya Jantung dari Jenazah Turis Australia
Gelombang Kemarahan Gen Z Peru, Bentrokan Brutal dengan Polisi di Lima
Rusia-Belarus Latihan Simulasi Serangan Nuklir, Negara NATO Panik
Ribuan Warga Turki Unjuk Rasa Desak Erdogan Mundur, Ada Apa?
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 5 Oktober 2025 - 20:40 WIB

Hamas Optimis Pertukaran Tawanan dengan Israel & Akhiri Perang di Gaza

Sabtu, 4 Oktober 2025 - 13:16 WIB

Trump Desak Israel Hentikan Pemboman Gaza, Yakin Hamas Siap Capai Perdamaian Abadi

Kamis, 2 Oktober 2025 - 12:53 WIB

Pasukan Israel Hentikan Flotilla Bantuan Gaza, Aktivis Greta Thunberg Ditahan di Perairan Internasional

Jumat, 26 September 2025 - 17:42 WIB

Hamas Buka Suara soal Serangan 7 Oktober ke Israel usai Dikecam Abbas

Kamis, 25 September 2025 - 12:16 WIB

RS Bali Klarifikasi Isu Hilangnya Jantung dari Jenazah Turis Australia

Berita Terbaru

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Festival Jazz Pantai Selat Panjang, Kolaborasi Musik dan Alam Pesisir

Rabu, 8 Okt 2025 - 16:36 WIB

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Tren Slow Fashion, Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang Semakin Diminati

Senin, 6 Okt 2025 - 16:22 WIB