JAKARTA, koranmetro.com – Menteri Kelautan dan Perikanan (KP), Sakti Wahyu Trenggono, menyampaikan pernyataan yang mengundang tawa saat membahas persoalan pengelolaan laut dan kebutuhan nelayan. Dalam sebuah acara resmi pada hari Rabu, Trenggono dengan santai melontarkan candaan terkait modernisasi yang kini banyak diterapkan oleh masyarakat, seperti penggunaan LPG (Liquid Petroleum Gas), namun masih muncul isu soal “pagar laut.
“Menteri Trenggono mengatakan bahwa seiring perkembangan zaman, nelayan di Indonesia sudah banyak yang beradaptasi dengan teknologi, termasuk penggunaan LPG untuk aktivitas sehari-hari. Namun, ia menyoroti bahwa beberapa isu tradisional, seperti pengelolaan pagar laut dan batas wilayah perairan, masih menjadi perdebatan.
“Kini Sudah LPG, Masa Masih Urus Pagar Laut?”
Dalam pernyataannya, Menteri Trenggono ingin menekankan pentingnya inovasi dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya laut, termasuk bagaimana teknologi dapat membantu nelayan meningkatkan hasil tangkapan dan kesejahteraan mereka.“Coba bayangkan, sekarang ini sudah canggih. Kita sudah pakai LPG, tapi masih ada yang ribut soal pagar laut. Kalau kita terus berpikir seperti itu, kapan kita majunya?” ungkap Trenggono dengan nada santai. Pernyataan ini disampaikan sebagai bentuk dorongan kepada masyarakat untuk lebih fokus pada inovasi dan efisiensi dalam memanfaatkan sumber daya laut.
Dorongan untuk Modernisasi Sektor Kelautan
Menteri Trenggono menekankan bahwa sektor kelautan dan perikanan di Indonesia harus terus berinovasi agar dapat bersaing di pasar global. Salah satu langkah yang telah ditempuh adalah mendorong penggunaan teknologi modern, baik untuk kebutuhan nelayan maupun pengelolaan sumber daya laut yang lebih berkelanjutan.Meski demikian, ia juga mengingatkan bahwa modernisasi tidak hanya berbicara soal alat atau teknologi, tetapi juga pola pikir masyarakat. Trenggono berharap masyarakat dapat meninggalkan paradigma lama yang kurang efektif dan beralih ke pendekatan yang lebih produktif dan inovatif.
Pentingnya Pagar Laut dalam Konteks Kelautan
Meski disampaikan dengan nada bercanda, isu “pagar laut” yang dimaksud Menteri Trenggono sebenarnya merujuk pada pengelolaan batas wilayah laut yang sering menjadi persoalan. Pagar laut bisa diartikan sebagai batas fisik atau konseptual yang mengatur wilayah tangkap nelayan dan pengelolaan sumber daya laut.Isu ini kerap menjadi perdebatan di beberapa daerah pesisir, terutama terkait konflik antar-nelayan atau wilayah tangkap yang tumpang tindih. Menteri Trenggono melihat bahwa fokus masyarakat seharusnya beralih ke hal yang lebih strategis, seperti meningkatkan kualitas tangkapan dan pengelolaan hasil perikanan.
Harapan untuk Masa Depan Sektor Perikanan
Pada akhir pernyataannya, Menteri Trenggono mengajak semua pihak, termasuk pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku industri, untuk bersama-sama mendorong modernisasi sektor kelautan dan perikanan. Ia optimis bahwa dengan teknologi dan pola pikir yang lebih maju, Indonesia dapat menjadi negara maritim yang kuat dan mandiri.“Sudah saatnya kita memanfaatkan teknologi untuk kebaikan bersama. Jangan lagi terjebak dalam isu-isu kecil yang tidak produktif. Laut kita luas, mari kita kelola dengan bijak,” tutupnya.
Pernyataan Menteri Trenggono dengan nada santai ini mengingatkan pentingnya perubahan pola pikir dalam menghadapi tantangan di sektor kelautan dan perikanan. Modernisasi melalui teknologi seperti penggunaan LPG hanyalah salah satu langkah awal. Indonesia, sebagai negara maritim besar, perlu terus melakukan inovasi untuk memastikan kelestarian dan keberlanjutan sumber daya lautnya, sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir.