JAKARTA, koranmetro.com – Iran baru-baru ini mengeluarkan pernyataan keras yang meminta Amerika Serikat, terutama di bawah kepemimpinan Donald Trump, untuk tidak lagi campur tangan secara berlebihan di kawasan Timur Tengah. Pernyataan ini muncul setelah sejumlah perkembangan geopolitik yang melibatkan ketegangan antara Iran dan AS yang terus berlanjut sejak masa pemerintahan Trump.
Pernyataan Teheran
Dalam sebuah konferensi pers yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Iran, juru bicara Nasser Kanaani mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Trump, telah membuat keputusan-keputusan yang merusak stabilitas kawasan Timur Tengah. Menurut Kanaani, kebijakan luar negeri Trump, termasuk keputusan untuk menarik diri dari Perjanjian Nuklir Iran (JCPOA) pada 2018, telah memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.
“Pemerintahan Trump, dengan kebijakan agresifnya, telah menyebabkan kerusakan besar di Timur Tengah. Kami mendesak Amerika Serikat, baik di bawah Trump maupun pemerintahan lainnya, untuk tidak lagi memainkan peran yang merusak di kawasan ini,” kata Kanaani. Ia juga menekankan bahwa Iran akan terus melawan segala bentuk intervensi asing di wilayah tersebut.
Keputusan yang Memperburuk Ketegangan
Keputusan Trump untuk menarik diri dari Perjanjian Nuklir Iran dan menerapkan serangkaian sanksi ekonomi terhadap Teheran dianggap sebagai salah satu titik balik yang mengarah pada peningkatan ketegangan di Timur Tengah. Selain itu, kebijakan militer AS di kawasan, seperti serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran di Irak, semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Sejak saat itu, ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin meningkat, dengan Iran mempercepat program nuklirnya dan memperkuat pengaruhnya di negara-negara seperti Yemen, Suriah, dan Irak.
Pernyataan Iran Mengenai Peran AS di Kawasan
Teheran menyoroti bahwa tindakan AS di Timur Tengah tidak hanya mengancam keamanan kawasan, tetapi juga melibatkan banyak negara yang terjebak dalam konflik akibat kebijakan luar negeri Washington. Salah satu contohnya adalah konflik Yemen, di mana pasukan koalisi yang dipimpin oleh Saudi dan didukung oleh AS bertempur melawan pemberontak Houthi yang didukung oleh Iran.
Iran juga menyebutkan bahwa kebijakan AS yang memprioritaskan kepentingan sekutunya, terutama Arab Saudi dan Israel, sering kali bertentangan dengan stabilitas kawasan. Menurut Kanaani, “Kami percaya bahwa keamanan yang sejati di Timur Tengah hanya dapat tercapai melalui dialog antarnegara dan menghindari campur tangan kekuatan asing.”
Respons dari AS dan Sekutunya
Pernyataan Iran tersebut langsung menarik perhatian sejumlah pihak, terutama pemerintah AS yang saat ini dipimpin oleh Joe Biden. Meskipun Biden berusaha untuk mengembalikan dialog dengan Iran terkait perjanjian nuklir, ketegangan terkait kebijakan masa lalu Trump masih terasa. Beberapa analis berpendapat bahwa pemerintahan Biden kini berada dalam posisi yang sulit, antara menghindari eskalasi lebih lanjut dengan Iran atau terus menekan Teheran untuk kembali ke meja perundingan.
Pihak Arab Saudi dan Israel, yang merupakan sekutu utama AS di Timur Tengah, telah mengkritik kebijakan Iran dan menuntut sanksi yang lebih ketat terhadap Teheran. Namun, beberapa negara di kawasan, termasuk Turki dan Qatar, mendesak agar AS lebih menekankan diplomasi dan kerja sama daripada pendekatan militer.
Pengaruh Kebijakan Trump terhadap Keamanan Regional
Kebijakan luar negeri Trump, yang sangat bergantung pada pendekatan keras dan “America First”, telah menciptakan sejumlah pergeseran besar di Timur Tengah. Langkah-langkah seperti pemindahan kedutaan besar AS ke Yerusalem, normalisasi hubungan Israel dengan beberapa negara Arab, dan dukungan militer untuk sekutu-sekutunya di kawasan, telah membuat kebijakan AS semakin tidak populer di kalangan negara-negara yang lebih cenderung mendukung stabilitas regional.
Menurut seorang ahli geopolitik Timur Tengah dari Universitas Teheran, Dr. Ali Fathollah-Nejad, kebijakan Trump di Timur Tengah telah menciptakan ruang bagi Iran untuk memperluas pengaruhnya, terutama melalui milisi-milisi pro-Iran di negara-negara yang dilanda perang seperti Irak dan Suriah.
Masa Depan Hubungan Iran-AS
Pernyataan keras dari Teheran ini juga menggarisbawahi ketidakpercayaan yang masih ada antara kedua negara setelah beberapa tahun ketegangan yang intens. Meski begitu, ada peluang untuk normalisasi hubungan, terutama jika Amerika Serikat melibatkan lebih banyak diplomasi dan mengurangi tindakan-tindakan yang memicu ketegangan.
Iran masih berusaha memperjuangkan haknya untuk mendapatkan akses ke energi nuklir sipil, meskipun dengan kebijakan yang lebih hati-hati agar tidak meningkatkan ketegangan dengan AS dan sekutunya.
Kesimpulan
Pernyataan Iran yang meminta Amerika Serikat, terutama di bawah kebijakan Trump, untuk tidak campur tangan lagi di Timur Tengah menggambarkan ketegangan yang mendalam dalam hubungan kedua negara. Sementara Teheran menegaskan komitmennya untuk mempertahankan stabilitas kawasan tanpa campur tangan asing, tantangan diplomatik tetap besar bagi semua pihak yang terlibat. Masa depan hubungan Iran-AS akan sangat bergantung pada langkah-langkah diplomatik yang akan diambil oleh kedua negara di bawah pemerintahan Joe Biden, serta sejauh mana AS dapat menyeimbangkan kepentingannya di kawasan dengan upaya untuk mengurangi ketegangan global.