Laporan Google, Korea Utara Pimpin Serangan Siber yang Didukung Pemerintah

- Jurnalis

Senin, 5 Mei 2025 - 14:22 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam laporan terbaru Google yang dirilis pada tahun 2024, terungkap fakta mencengangkan bahwa banyak serangan siber,

Dalam laporan terbaru Google yang dirilis pada tahun 2024, terungkap fakta mencengangkan bahwa banyak serangan siber,

JAKARTA, koranmetro.com – Dalam laporan terbaru Google yang dirilis pada tahun 2024, terungkap fakta mencengangkan bahwa banyak serangan siber, terutama yang memanfaatkan celah keamanan zero-day, didanai atau didukung oleh pemerintah negara-negara tertentu. Di antara berbagai aktor negara, Korea Utara menonjol sebagai pelaku utama dengan aktivitas siber yang agresif dan canggih. Artikel ini mengulas temuan Google, fokus pada peran Korea Utara, jenis serangan yang dilakukan, serta implikasinya bagi keamanan siber global.

Temuan Utama Laporan Google

Laporan Google menyoroti eksploitasi zero-day, yaitu celah keamanan dalam perangkat lunak yang belum diketahui oleh pengembang dan belum ditambal, sehingga menjadi sasaran empuk bagi peretas. Berbeda dengan persepsi umum bahwa peretas adalah individu atau kelompok independen, laporan ini mengungkap bahwa banyak serangan siber berskala besar didukung oleh negara, dengan tujuan mulai dari spionase, sabotase, hingga pencurian dana. Korea Utara, menurut laporan, adalah aktor negara yang paling aktif dalam mengeksploitasi celah ini untuk kepentingan strategis dan finansial.

Peran Korea Utara dalam Serangan Siber

Korea Utara telah lama dikenal sebagai pelaku utama kejahatan siber global, dengan kelompok peretas seperti Lazarus Group dan Biro Umum Pengintaian menjadi dalang di balik sejumlah serangan terkenal. Menurut ahli keamanan global Mikko Hyppönen, Korea Utara adalah satu-satunya negara yang secara konsisten melakukan serangan siber untuk mencuri dana dari pemerintah lain, bank, atau perusahaan swasta guna mengatasi defisit anggaran akibat sanksi internasional.

Salah satu contoh serangan terkenal adalah serangan terhadap Sony Pictures pada 2014 oleh kelompok Guardians of Peace, yang diduga didukung Korea Utara sebagai respons terhadap film The Interview. Serangan ini menyebabkan kebocoran data sensitif, kerugian finansial, dan gangguan operasional yang signifikan. Selain itu, laporan PBB pada 2022 menyebutkan bahwa Korea Utara mencuri sekitar $50 juta dalam mata uang kripto antara 2020 dan 2021, dengan total mencapai $400 juta pada tahun sebelumnya, untuk mendanai program rudal nuklirnya.

Baca Juga :  Peluncuran Samsung Galaxy Z Flip 7 FE di Tahun Depan, Kapan dan Apa yang Baru?

Kampanye terbaru yang dikaitkan dengan Korea Utara adalah DEV#POPPER, sebuah serangan malware canggih yang menargetkan pengembang perangkat lunak di berbagai platform seperti Windows, Linux, dan macOS. Kampanye ini menggunakan teknik rekayasa sosial, seperti berpura-pura sebagai pewawancara untuk posisi pengembang, untuk menyebarkan malware seperti BeaverTail dan InvisibleFerret. Serangan ini menjangkau korban di Korea Selatan, Amerika Utara, Eropa, dan Timur Tengah, menunjukkan jangkauan global dan kompleksitas operasi siber Korea Utara.

Jenis Serangan dan Motivasinya

Serangan siber yang didukung Korea Utara memiliki beberapa karakteristik utama:

  1. Pencurian Mata Uang Kripto: Korea Utara telah mencuri miliaran dolar dalam kripto untuk membiayai program senjata dan mengatasi sanksi ekonomi. Pada 2024, lebih dari $1,5 miliar kripto dicuri dari platform Bybit, menjadikannya salah satu peretasan terbesar dalam sejarah.

  2. Spionase dan Sabotase: Serangan seperti WannaCry pada 2017, yang memengaruhi ratusan ribu komputer di 150 negara, menunjukkan kemampuan Korea Utara untuk mengganggu infrastruktur kritis seperti rumah sakit dan lembaga pemerintahan.

  3. Rekayasa Sosial: Kampanye seperti DEV#POPPER memanfaatkan manipulasi psikologis untuk menipu target, menunjukkan pendekatan yang semakin canggih dalam serangan siber.

Baca Juga :  Apakah Rp 157 Miliar Cukup untuk Cabut Blokir iPhone 16 di Indonesia?

Motivasi utama Korea Utara meliputi pendanaan program militer, melemahkan musuh geopolitik, dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri di tengah isolasi internasional. Berbeda dengan negara lain yang mungkin fokus pada spionase atau pengaruh politik, Korea Utara secara unik menggunakan serangan siber sebagai alat ekonomi.

Implikasi bagi Keamanan Siber Global

Aktivitas siber Korea Utara menimbulkan tantangan besar bagi komunitas global:

  • Peningkatan Ancaman Lintas Platform: Dengan menargetkan berbagai sistem operasi, serangan Korea Utara menuntut solusi keamanan yang lebih komprehensif.

  • Kerjasama Internasional: Ancaman siber lintas batas memerlukan kolaborasi antarnegara untuk berbagi intelijen dan mengembangkan pertahanan bersama. Korea Selatan, misalnya, telah memperkuat pertahanan sibernya melalui National Cyber Security Center dan inisiatif seperti Digital New Deal.

  • Kesadaran Pengguna: Banyak serangan berhasil karena kurangnya kesadaran pengguna. Pendidikan siber menjadi kunci untuk mencegah rekayasa sosial dan serangan berbasis manusia.

Google merekomendasikan organisasi untuk memperbarui perangkat lunak secara rutin, menggunakan solusi keamanan terkini, dan melatih pengguna untuk mengenali tautan atau perangkat lunak yang mencurigakan.

Laporan Google menggarisbawahi bahwa serangan siber yang didukung pemerintah, khususnya oleh Korea Utara, merupakan ancaman serius di era digital. Dengan kemampuan teknis yang terus berkembang dan motivasi yang beragam, Korea Utara telah menempatkan dirinya sebagai aktor siber paling agresif di dunia. Untuk menghadapi ancaman ini, diperlukan kombinasi inovasi teknologi, regulasi yang kuat, dan kerjasama global. Tanpa langkah-langkah proaktif, dunia digital akan tetap menjadi medan perang yang rentan bagi serangan siber yang didanai negara.

Berita Terkait

India Beri Lampu Hijau untuk E-Sports dan Game Sosial dengan Larangan Ketat pada Judi Online
PixelSnap, Inovasi Magnetik Google untuk Pixel 10 yang Menyaingi MagSafe
iPhone 17e, Desain Tanpa Notch dengan Dynamic Island dan Spesifikasi Terjangkau
Samsung Galaxy S25 FE Hadir di Indonesia, Intip Harga dan Spesifikasinya
Lenovo Yoga Pro 7i Aura Edition: Elegansi dan Kecerdasan dalam Satu Paket
Nikmati Koleksi Game Xbox Anda melalui Streaming di Aplikasi PC
Meta Platforms Tersandung Skandal Data, Pelanggaran Privasi Aplikasi Flo Health
Tanpa Pajak Kripto, 5 Negara Idaman Investor Aset Digital
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 13:32 WIB

India Beri Lampu Hijau untuk E-Sports dan Game Sosial dengan Larangan Ketat pada Judi Online

Kamis, 21 Agustus 2025 - 19:54 WIB

PixelSnap, Inovasi Magnetik Google untuk Pixel 10 yang Menyaingi MagSafe

Selasa, 19 Agustus 2025 - 20:05 WIB

iPhone 17e, Desain Tanpa Notch dengan Dynamic Island dan Spesifikasi Terjangkau

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 12:53 WIB

Samsung Galaxy S25 FE Hadir di Indonesia, Intip Harga dan Spesifikasinya

Kamis, 14 Agustus 2025 - 13:19 WIB

Lenovo Yoga Pro 7i Aura Edition: Elegansi dan Kecerdasan dalam Satu Paket

Berita Terbaru

Federasi Sepak Bola Norwegia (NFF) mengumumkan langkah yang sarat nilai kemanusiaan. Mereka akan menyumbangkan seluruh keuntungan dari pertandingan kualifikasi Piala Dunia melawan Israel untuk membantu warga sipil di Gaza.

INTERNASIONAL

Norwegia Akan Donasikan Keuntungan Laga Lawan Israel untuk Gaza

Sabtu, 23 Agu 2025 - 18:28 WIB

Nottingham Forest akhirnya meresmikan kedatangan Douglas Luiz dari Juventus pada bursa transfer musim ini.

Liga Inggris

Nottingham Forest resmi datangkan Douglas Luiz dari Juventus

Jumat, 22 Agu 2025 - 16:23 WIB