Pavel Durov, CEO Telegram, Ditahan oleh Otoritas Keamanan Prancis

- Jurnalis

Minggu, 25 Agustus 2024 - 21:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

JAKARTA, koranmetro.com – Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO aplikasi perpesanan Telegram dilaporkan ditangkap di bandara Bourget di luar Paris, Prancis pada Sabtu (24/8/2024) malam. Hal itu dilaporkan media Prancis TF1 TV dan BFM TV mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya, seperti diberitakan Reuters.

Durov tengah bepergian dengan jet pribadinya dan ia telah menjadi sasaran surat perintah penangkapan di Prancis sebagai bagian dari penyelidikan awal polisi. TF1 dan BFM TV sama-sama mengatakan bahwa penyelidikan difokuskan pada kurangnya moderator di Telegram, sehingga memungkinkan aktivitas kriminal terus berlanjut tanpa hambatan di aplikasi pengiriman pesan tersebut.

Telegram tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Kementerian Dalam Negeri Prancis dan polisi tidak memberikan komentar. Diketahui, Telegram, yang sangat berpengaruh di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet, menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama. Yakni setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Wechat.

Baca Juga :  Sebuah rekaman CCTV Baru-Baru Ini Yang Tersebar Ke Publik Menunjukkan Dugaan Pelecehan Seksual Pada Tahanan Palestina

Platform ini bertujuan untuk mencapai satu miliar pengguna tahun depan. Berbasis di Dubai, Telegram didirikan oleh Durov kelahiran Rusia. Ia meninggalkan Rusia pada tahun 2014 setelah menolak mematuhi tuntutan pemerintah untuk menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya. Namun platform tersebut ia jual.

Tentang penyensoran

Sepanjang sejarah Telegram, Durov secara konsisten menolak tekanan dari pemerintah di seluruh dunia untuk menyensor konten atau menyediakan akses pintu belakang, yang telah memperkuat citranya sebagai pembela kebebasan berbicara.

“Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun,” kata Durov kepada Tucker tentang kepergiannya dari Rusia dan mencari tempat untuk perusahaannya yang mencakup tugas-tugas di Berlin, London, Singapura, dan San Francisco.

Kontroversi Telegram

Dalam beberapa tahun terakhir, Telegram telah menghadapi pengawasan atas penggunaannya oleh kelompok-kelompok ekstremis dan penjahat yang mengeksploitasi fitur enkripsinya untuk melakukan aktivitas ilegal. Negara-negara Eropa, termasuk Prancis, telah mengkritik Telegram karena tidak menerapkan kebijakan moderasi yang lebih ketat.

Baca Juga :  Kehancuran Damaskus, Suriah, Usai Dibombardir Israel, Dampak dan Reaksi Internasional

Penangkapan Durov

2013: Pavel Durov meluncurkan Telegram, menekankan privasi dan perlawanan terhadap sensor pemerintah. 2014-2021: Telegram menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari pemerintah atas penggunaannya oleh berbagai kelompok untuk mengorganisir protes dan berbagi konten ekstremis. Durov secara konsisten menolak untuk menyensor konten, meningkatkan reputasinya sebagai pendukung kebebasan berbicara.

2022-2023: Tekanan terhadap Telegram meningkat, dengan pemerintah menuntut moderasi yang lebih ketat untuk memerangi konten ilegal. Agustus 2024: Durov ditangkap di Prancis pada 24 Agustus 2024, di Bandara Le Bourget. Penangkapan ini terkait dengan investigasi yang sedang berlangsung terhadap dugaan kurangnya moderasi Telegram, yang menurut pihak berwenang telah memungkinkan aktivitas kriminal terus berlanjut.

Berita Terkait

China Dianggap Untung dari Konflik India-Pakistan, Ini Analisis Pakar
Gencatan Senjata India-Pakistan Masih Rentan Pasca Serangan Terbaru
PM Sharif Ungkap India Kerahkan 80 Jet Tempur untuk Misi Serangan ke Pakistan
Turis Tiongkok Diduga Mencuri Listrik Saat Mengisi Daya di Stopkontak Umum Jepang
Israel Blokir Pasokan Bantuan, Kelaparan Makin Meluas di Gaza
Jika Menang Pemilu, Koalisi Partai Islam Bangladesh Siap Terapkan Syariat
Bentrok Sektarian Pecah di Suriah hingga Libatkan Israel, Apa yang Terjadi?
Jaringan Listrik di Spanyol-Portugal Mulai Pulih Usai Mati Total
Berita ini 12 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 21 Mei 2025 - 14:11 WIB

China Dianggap Untung dari Konflik India-Pakistan, Ini Analisis Pakar

Minggu, 11 Mei 2025 - 21:40 WIB

Gencatan Senjata India-Pakistan Masih Rentan Pasca Serangan Terbaru

Rabu, 7 Mei 2025 - 21:33 WIB

PM Sharif Ungkap India Kerahkan 80 Jet Tempur untuk Misi Serangan ke Pakistan

Selasa, 6 Mei 2025 - 21:52 WIB

Turis Tiongkok Diduga Mencuri Listrik Saat Mengisi Daya di Stopkontak Umum Jepang

Sabtu, 3 Mei 2025 - 18:19 WIB

Israel Blokir Pasokan Bantuan, Kelaparan Makin Meluas di Gaza

Berita Terbaru

Di era digital saat ini, kehidupan manusia sangat tergantung pada konektivitas internet.

Internet

Fenomena Digital Detox, Cara Sehat Mengelola Kehidupan Online

Senin, 19 Mei 2025 - 19:19 WIB