Pengamat Prediksi Masa Depan Ketegangan China-Taiwan di Era Trump, Analisis Geopolitik yang Menjanjikan Dampak Global

- Jurnalis

Kamis, 20 Februari 2025 - 19:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketegangan antara China dan Taiwan telah menjadi salah satu isu geopolitik yang paling mencolok di kawasan Asia Timur selama beberapa dekade terakhir.

Ketegangan antara China dan Taiwan telah menjadi salah satu isu geopolitik yang paling mencolok di kawasan Asia Timur selama beberapa dekade terakhir.

JAKARTA, koranmetro.com – Ketegangan antara China dan Taiwan telah menjadi salah satu isu geopolitik yang paling mencolok di kawasan Asia Timur selama beberapa dekade terakhir. Persaingan ini melibatkan pertarungan antara dua sistem politik dan ideologi yang berbeda—China yang menginginkan reunifikasi dengan Taiwan di bawah pemerintahan komunisnya, sementara Taiwan terus mempertahankan status sebagai negara yang independen, meskipun tidak diakui oleh banyak negara di dunia. Ketegangan ini semakin memanas seiring dengan dinamika politik global, terutama dengan kembalinya Donald Trump ke panggung politik Amerika Serikat, baik secara langsung maupun dalam kapasitasnya sebagai figur politik yang berpengaruh.

Dalam konteks ini, para pengamat dan ahli geopolitik berusaha memprediksi bagaimana ketegangan ini akan berkembang, terutama jika Trump kembali memimpin Amerika Serikat atau memainkan peran besar dalam kebijakan luar negeri negara tersebut. Dalam artikel ini, kita akan melihat beberapa prediksi dari pengamat terkait masa depan ketegangan China-Taiwan di era Trump, serta faktor-faktor yang akan mempengaruhi jalannya hubungan ini.

1. Pengaruh Kebijakan Luar Negeri Trump Terhadap China-Taiwan

Di masa jabatan pertamanya, Trump dikenal dengan pendekatannya yang keras terhadap China, dengan menerapkan tarif perdagangan tinggi dan meningkatkan dukungan untuk Taiwan, yang dianggap oleh Beijing sebagai pelanggaran terhadap prinsip “satu China.” Trump juga memberi sinyal bahwa Amerika Serikat siap memberikan dukungan militer kepada Taiwan jika diperlukan, yang tentu saja memperburuk ketegangan dengan China.

Namun, meskipun ada ketegangan perdagangan dan pernyataan keras terhadap China, Trump tidak mengambil langkah drastis yang dapat memicu konfrontasi militer langsung. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat di bawah Trump lebih fokus pada penguatan posisi ekonomi dan persaingan global dengan China, sementara tetap memperlihatkan dukungan terhadap Taiwan secara diplomatis.

Jika Trump kembali berkuasa, banyak pengamat yang memperkirakan bahwa dia akan melanjutkan kebijakan keras terhadap China, terutama dalam hal perdagangan, teknologi, dan geopolitik. Namun, dalam konteks Taiwan, Trump kemungkinan akan tetap memilih pendekatan yang berhati-hati, mengingat sensitivitas situasi dan potensi konsekuensi besar jika ketegangan ini berubah menjadi konflik terbuka.

Baca Juga :  Ketegangan Diplomatik, China Tuduh Kepala Intelijen Selandia Baru Sebarkan Informasi Tidak Akurat

2. Dukungan Militer Amerika Serikat untuk Taiwan

Di bawah kepemimpinan Trump sebelumnya, Amerika Serikat memberikan sejumlah besar penjualan senjata ke Taiwan, sebagai bagian dari kebijakan untuk memperkuat kemampuan pertahanan Taiwan dalam menghadapi potensi ancaman dari China. Pada tahun 2020, misalnya, pemerintahan Trump menyetujui penjualan senjata canggih ke Taiwan, yang mencakup sistem pertahanan rudal dan pesawat tempur.

Jika Trump kembali berkuasa, kemungkinan besar dia akan melanjutkan kebijakan ini. Dengan meningkatkan kemampuan militer Taiwan, Amerika Serikat bertujuan untuk memperkuat posisi tawar Taiwan dalam menghadapi ancaman dari China. Namun, ini juga bisa memicu eskalasi ketegangan di kawasan, dengan China yang melihat langkah ini sebagai bentuk intervensi dalam urusan dalam negerinya.

3. Diplomasi yang Lebih Tegar terhadap Beijing

Kebijakan luar negeri Trump terhadap China sangat dipengaruhi oleh prinsip persaingan strategis. Trump dikenal dengan sikapnya yang lebih tegas dan konfrontatif terhadap Beijing, meskipun ada upaya untuk menjaga hubungan perdagangan dan diplomatik. Trump tidak ragu untuk mengkritik China terkait berbagai masalah, mulai dari masalah perdagangan hingga isu hak asasi manusia dan kebijakan luar negeri China yang agresif.

Di era Trump, ada potensi bahwa Amerika Serikat akan mengintensifkan tekanan terhadap China terkait kebijakan Taiwan. Langkah-langkah tersebut bisa mencakup sanksi ekonomi lebih lanjut, pembatasan teknologi, dan dukungan politik lebih besar untuk Taiwan. Semua ini bisa memperburuk ketegangan, tetapi juga bisa memberikan Taiwan lebih banyak peluang untuk memperkuat posisi internasionalnya.

4. Risiko Eskalasi Militer dan Konsekuensinya

Salah satu isu terbesar dalam ketegangan China-Taiwan adalah potensi eskalasi menjadi konflik militer terbuka. Meskipun China telah lama mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk merebut Taiwan, Amerika Serikat, dengan kebijakan luar negeri yang mendukung Taiwan, dapat menjadi faktor penahan utama. Namun, jika ketegangan ini berlanjut di bawah pemerintahan Trump, ada risiko bahwa konfrontasi militer bisa semakin mendekat.

Baca Juga :  Harapan Baru untuk Argentina, Negara Ini Resmi Keluar dari Resesi

Trump, dengan gaya kepemimpinan yang tidak terlalu mengutamakan diplomasi dan lebih condong ke pendekatan “America First”, bisa saja memilih untuk lebih mendukung Taiwan dalam menghadapi ancaman China. Namun, ini bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya bentrokan langsung, yang tentu akan berdampak besar tidak hanya bagi Asia Timur, tetapi juga bagi kestabilan global.

5. Perspektif Ke Depan: Diplomasi dan Ketegangan yang Berkepanjangan

Meskipun ada kekhawatiran tentang eskalasi ketegangan, banyak pengamat juga percaya bahwa di bawah Trump, meskipun ada kebijakan yang lebih keras, Amerika Serikat tidak akan langsung terlibat dalam konflik militer dengan China hanya karena masalah Taiwan. Kebijakan Trump kemungkinan akan mengutamakan penguatan posisi Taiwan melalui dukungan diplomatik dan militer terbatas, sambil menghindari konfrontasi langsung yang bisa berdampak buruk bagi perekonomian dan stabilitas global.

Namun, ketegangan ini diperkirakan akan tetap berlangsung dalam bentuk “perang dingin” yang lebih terfokus pada aspek ekonomi, perdagangan, dan pengaruh politik di kawasan Asia. Amerika Serikat akan terus mendukung Taiwan, namun dengan cara yang lebih berhati-hati dan terukur untuk mencegah konflik terbuka.

Masa depan ketegangan China-Taiwan di era Trump masih penuh dengan ketidakpastian. Meskipun Trump cenderung mengambil pendekatan keras terhadap China, terutama dalam hal perdagangan dan teknologi, dalam isu Taiwan, dia kemungkinan akan tetap memilih pendekatan yang lebih berhati-hati. Namun, kebijakan luar negeri yang agresif, ditambah dengan ketegangan yang semakin meningkat, bisa memperburuk hubungan antara China dan Amerika Serikat, dengan dampak yang besar bagi stabilitas kawasan dan dunia.

Sebagai pengamat, kita harus terus memantau dinamika ini, mengingat peran strategis Taiwan dan kebijakan Amerika Serikat dalam menghadapinya. Ketegangan ini tidak hanya akan mempengaruhi hubungan China-Taiwan, tetapi juga menentukan arah geopolitik global di masa depan.

Berita Terkait

China Ungkap J-20S, Inovasi Jet Siluman Dua Kursi Pertama di Dunia
Rencana Gila Trump, Gaza Dijadikan Pusat Wisata, Warga Diimingi US$ 5.000
Turki Boikot Urusan Bisnis-Ekonomi dengan Israel, Tutup Wilayah Udara
Sorotan Global, Jet Tempur Iran dan Denda ART Rp 164 Juta di Singapura
Norwegia Akan Donasikan Keuntungan Laga Lawan Israel untuk Gaza
Lebih dari 300 Orang Tewas Imbas Hujan dan Banjir di Pakistan
Rencana Ukraina Ledakkan Jembatan Crimea Digagalkan Rusia Lewat Mobil
Diperintah Trump, 800 Pasukan Garda Nasional AS Siaga Usir Gangster
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 4 September 2025 - 13:22 WIB

China Ungkap J-20S, Inovasi Jet Siluman Dua Kursi Pertama di Dunia

Senin, 1 September 2025 - 18:29 WIB

Rencana Gila Trump, Gaza Dijadikan Pusat Wisata, Warga Diimingi US$ 5.000

Sabtu, 30 Agustus 2025 - 18:24 WIB

Turki Boikot Urusan Bisnis-Ekonomi dengan Israel, Tutup Wilayah Udara

Kamis, 28 Agustus 2025 - 13:20 WIB

Sorotan Global, Jet Tempur Iran dan Denda ART Rp 164 Juta di Singapura

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 18:28 WIB

Norwegia Akan Donasikan Keuntungan Laga Lawan Israel untuk Gaza

Berita Terbaru

Antony secara terbuka menyatakan penolakannya atas tawaran menggiurkan dari Bayern Munich demi kembali ke Real Betis, klub yang dianggapnya sebagai rumah kedua dan pilihan utama.

Liga Spanyol

Antony Tolak Tawaran Bayern Munich demi Real Betis

Kamis, 4 Sep 2025 - 18:50 WIB

INTERNASIONAL

China Ungkap J-20S, Inovasi Jet Siluman Dua Kursi Pertama di Dunia

Kamis, 4 Sep 2025 - 13:22 WIB

Tottenham Hotspur telah resmi mendapatkan jasa Randal Kolo Muani dengan status pinjaman dari Paris Saint-Germain hingga akhir musim 2025–2026, tanpa opsi atau kewajiban pembelian.

Liga Inggris

Randal Kolo Muani Jadi Penyerang Baru Tottenham

Selasa, 2 Sep 2025 - 20:11 WIB