Teheran Bangkit, Kisah Kehidupan Warga Pasca-Perang Iran-Israel

- Jurnalis

Sabtu, 28 Juni 2025 - 13:39 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perang antara Iran dan Israel yang meletus pada 13 Juni 2025 telah meninggalkan luka mendalam bagi warga Teheran.

Perang antara Iran dan Israel yang meletus pada 13 Juni 2025 telah meninggalkan luka mendalam bagi warga Teheran.

JAKARTA, koranmetro.com – Perang antara Iran dan Israel yang meletus pada 13 Juni 2025 telah meninggalkan luka mendalam bagi warga Teheran. Konflik bersenjata yang berlangsung selama 12 hari ini, ditandai dengan serangan udara Israel ke fasilitas militer dan nuklir Iran serta balasan rudal balistik dari Iran, mengubah kehidupan sehari-hari di ibu kota Iran. Meski gencatan senjata telah diumumkan pada 24 Juni 2025, potret kehidupan warga Teheran mencerminkan perjuangan untuk kembali bangkit di tengah puing-puing dan ketidakpastian. Artikel ini menggambarkan bagaimana warga Teheran beradaptasi pasca-konflik, berdasarkan laporan media dan kisah nyata dari lapangan.

Kota yang Lengang dan Antrean Panjang

Pasca-konflik, suasana Teheran berubah drastis. Jalan-jalan utama yang biasanya ramai kini tampak lengang, terutama pada hari-hari awal setelah serangan udara Israel. Video yang diunggah warga menunjukkan antrean panjang di stasiun pengisian bahan bakar, dengan kemacetan di jalur keluar kota karena banyak warga berusaha mengungsi. Evakuasi massal yang dipicu perintah Israel dan pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk meninggalkan Teheran membuat warga panik. Seorang WNI di Teheran menggambarkan situasi mencekam dengan ledakan yang terdengar hampir setiap malam, meski beberapa memilih mengungsi ke wilayah utara seperti Gilan atau Mazandaran yang lebih aman.

Namun, setelah gencatan senjata, kehidupan perlahan kembali. Laporan menunjukkan bahwa layanan dasar seperti listrik dan air tetap berfungsi di banyak bagian kota, meskipun pasokan makanan sempat menipis selama puncak konflik. Toko-toko di Grand Bazaar Teheran yang sempat tutup pada 16 Juni kini mulai beroperasi kembali, meski dengan stok terbatas. Warga mulai kembali dari pengungsian, dan kehidupan sehari-hari di beberapa sudut kota menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

Baca Juga :  Mengucapkan Selamat Jalan, Mantan Presiden Jimmy Carter Meninggal di Usia 100 Tahun!

Ketakutan dan Ketahanan Warga

Ketakutan masih menyelimuti warga Teheran, terutama mereka yang tinggal di dekat fasilitas strategis. Kekhawatiran akan kontaminasi radioaktif dari serangan terhadap fasilitas nuklir seperti Natanz dan Fordow sempat mencuat, meskipun badan pengawas nuklir internasional menyatakan tidak ada perubahan tingkat radioaktivitas. Seorang warga Teheran, saudari perempuan wartawan BBC Persia, menggambarkan kecemasan tinggal di dekat unit komersial yang diduga milik Korps Garda Revolusi, yang bisa menjadi target serangan.

Di tengah ketakutan, warga Teheran menunjukkan ketahanan. Pada 23 Juni 2025, sebuah pertunjukan musik tradisional di Lapangan Hafteh-tir menjadi simbol solidaritas. Warga berkumpul, menikmati senja sambil menyaksikan musisi memainkan alat musik tradisional, seolah menegaskan bahwa kehidupan harus berlanjut. Ribuan warga juga turun ke jalan di Lapangan Revolusi pada 24 Juni, merayakan gencatan senjata dengan membawa bendera Iran dan Palestina serta potret komandan Garda Revolusi yang gugur, seperti Hossein Salami dan Ali Hajizadeh. Aksi ini mencerminkan semangat nasionalisme dan dukungan terhadap pemerintah Iran, meski di tengah duka atas ratusan korban sipil dan militer.

Tantangan Ekonomi dan Infrastruktur

Perang telah memperburuk kondisi ekonomi di Teheran. Serangan Israel menghancurkan sejumlah infrastruktur, termasuk gedung media pemerintah (IRIB) dan depot minyak di barat laut kota, menyebabkan kebakaran besar dan gangguan pasokan bahan bakar. Akses internet juga terputus hingga 97% pada 17-18 Juni akibat upaya pemerintah memerangi serangan siber, menyulitkan warga untuk mendapatkan informasi. Selain itu, peretasan terhadap dua bank besar memicu masalah penarikan uang, memperparah kepanikan warga.

Baca Juga :  Presiden Yoon Suk-yeol Didesak Mundur Usai Putusan Hakim Bebaskan Ketua Oposisi

Meski demikian, warga Teheran berupaya beradaptasi. Foto-foto di jalan-jalan utama menunjukkan papan pamflet dengan potret korban perang, termasuk keluarga sipil dan petinggi militer, sebagai bentuk penghormatan. Pasar tradisional mulai ramai kembali, dan beberapa warga bahkan menggelar pameran seni dadakan untuk mengenang korban, menunjukkan upaya mempertahankan identitas budaya di tengah krisis.

Cerita WNI dan Komunitas Minoritas

Komunitas Warga Negara Indonesia (WNI) di Teheran, yang mayoritas adalah pelajar di Kota Qom, turut merasakan dampak perang. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengevakuasi 93 WNI, tiga staf KBRI, dan satu warga Iran ke Baku, Azerbaijan, mulai 23 Juni. Seorang WNI bernama Fatimah menggambarkan kesulitan mengungsi akibat macet dan pembatasan bahan bakar, serta menyatakan bahwa warga sipil tidak seharusnya menjadi korban konflik ini.

Komunitas Yahudi di Teheran, meski kecil, tetap bertahan di tengah konflik. Meskipun Iran dikenal dengan sikap anti-Israel, warga Yahudi seperti Siamak Morsadegh, anggota parlemen beragama Yahudi, menegaskan bahwa kehidupan mereka tidak terancam oleh kebijakan pemerintah. Komunitas ini terus menjalankan aktivitas keagamaan dan sosial, menunjukkan bahwa identitas mereka sebagai warga Iran lebih kuat daripada konflik geopolitik.

Menuju Pemulihan

Meski gencatan senjata dinilai rapuh, warga Teheran mulai membangun kembali kehidupan mereka. Bangunan-bangunan yang rusak, seperti gedung Organisasi Penyiaran Iran yang terkena rudal pada 16 Juni, menjadi pengingat perlawanan Iran terhadap Israel. Namun, semangat warga untuk melanjutkan kehidupan terlihat dari aktivitas kecil seperti menonton pertunjukan musik atau berkumpul di taman. Di tengah ketidakpastian, Teheran menunjukkan bahwa ketahanan dan solidaritas warganya adalah kekuatan untuk bangkit dari puing-puing perang.

Berita Terkait

Diperintah Trump, 800 Pasukan Garda Nasional AS Siaga Usir Gangster
Kecelakaan Pesawat Kecil di AS Sebabkan Kebakaran Dahsyat
Jepang Hentikan Operasi F-2 Setelah Insiden Jatuh di Pasifik
Banjir Bandang di Uttarkashi, Bencana Alam yang Menghancurkan Desa Dharali
Diplomasi Gemilang Anwar Ibrahim Redakan Konflik Thailand-Kamboja
Gempa Rusia Memicu Tsunami Besar, Dampak Meluas ke Jepang, Hawaii, dan Indonesia
ASEAN di Persimpangan, Menyikapi Konflik Perbatasan Thailand-Kamboja
Tragedi di Sweida, Puluhan Jasad Membusuk Ditemukan di Belakang Rumah Sakit
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 15 Agustus 2025 - 18:15 WIB

Diperintah Trump, 800 Pasukan Garda Nasional AS Siaga Usir Gangster

Rabu, 13 Agustus 2025 - 13:09 WIB

Kecelakaan Pesawat Kecil di AS Sebabkan Kebakaran Dahsyat

Sabtu, 9 Agustus 2025 - 13:21 WIB

Jepang Hentikan Operasi F-2 Setelah Insiden Jatuh di Pasifik

Selasa, 5 Agustus 2025 - 20:36 WIB

Banjir Bandang di Uttarkashi, Bencana Alam yang Menghancurkan Desa Dharali

Minggu, 3 Agustus 2025 - 14:29 WIB

Diplomasi Gemilang Anwar Ibrahim Redakan Konflik Thailand-Kamboja

Berita Terbaru

Presiden Donald Trump mengumumkan pengiriman 800 pasukan Garda Nasional ke Washington, D.C., dengan alasan mengatasi gelombang kekerasan oleh “gangster dan kriminal berdarah dingin” yang konon merajalela di ibu kota AS.

INTERNASIONAL

Diperintah Trump, 800 Pasukan Garda Nasional AS Siaga Usir Gangster

Jumat, 15 Agu 2025 - 18:15 WIB