Iran Tunda Penerapan RUU Baru Wajib Hijab

- Jurnalis

Rabu, 18 Desember 2024 - 21:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah Iran mengumumkan penundaan penerapan Rancangan Undang-Undang (RUU) baru yang mengatur kewajiban penggunaan hijab bagi perempuan.

Pemerintah Iran mengumumkan penundaan penerapan Rancangan Undang-Undang (RUU) baru yang mengatur kewajiban penggunaan hijab bagi perempuan.

JAKARTA, koranmetro.com – Pemerintah Iran mengumumkan penundaan penerapan Rancangan Undang-Undang (RUU) baru yang mengatur kewajiban penggunaan hijab bagi perempuan. Keputusan ini diambil setelah adanya tekanan besar dari berbagai lapisan masyarakat, protes yang meluas, serta kekhawatiran tentang dampak sosial dari kebijakan yang dinilai semakin keras.

RUU yang awalnya dirancang untuk memperketat peraturan mengenai penggunaan hijab ini berencana mengenakan hukuman yang lebih berat terhadap perempuan yang melanggar aturan, termasuk denda besar, penahanan sementara, dan pembatasan akses terhadap fasilitas publik. Pemerintah menyatakan bahwa penundaan ini akan memberi waktu bagi pemerintah untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait dampak sosial dan hukum dari kebijakan tersebut.

Protes dan Reaksi Masyarakat
Penundaan RUU ini terjadi di tengah gelombang protes besar yang melibatkan aktivis perempuan, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya. Demonstrasi yang digelar di berbagai kota, termasuk Teheran, Mashhad, dan Isfahan, menggambarkan penolakan terhadap kebijakan yang dinilai membatasi kebebasan pribadi perempuan. Aksi-aksi protes ini sering kali berujung pada bentrokan dengan aparat keamanan.

Baca Juga :  Lima Bank Irak Dilarang Melakukan Transaksi dalam Dollar AS, Dampak dan Implikasinya

Meski pemerintah Iran mengklaim bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi nilai-nilai moral dan budaya negara, banyak pihak yang menilai langkah tersebut sebagai upaya untuk semakin mengekang kebebasan berekspresi dan hak-hak perempuan di Iran. Selain itu, kritik juga datang dari komunitas internasional yang mendesak Iran untuk menghormati hak asasi manusia, terutama kebebasan berpakaian.

Pernyataan Pemerintah Iran
Kepala Departemen Hukum Iran, Mohammad Reza Taheri, mengonfirmasi bahwa penundaan penerapan RUU ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi evaluasi lebih mendalam terhadap penerimaan masyarakat dan efek sosial dari kebijakan tersebut. “Kami mendengarkan suara-suara dari masyarakat dan akan mengambil langkah-langkah yang lebih bijak dalam menyusun kebijakan yang lebih tepat,” ujar Taheri dalam konferensi pers hari ini.

Baca Juga :  Tentara Israel Bakar Masjid Bersejarah Al-Nasser di Tepi Barat, Serangan Terhadap Warisan Budaya Palestina

Kritik dan Harapan ke Depan
Meski penundaan ini dianggap sebagai langkah positif oleh beberapa kelompok, banyak aktivis yang menilai bahwa ini hanya merupakan upaya sementara untuk meredakan ketegangan. “Penundaan ini tidak menyelesaikan masalah mendasar, yaitu hak perempuan untuk memilih pakaian mereka sendiri tanpa takut dihukum,” kata seorang juru bicara kelompok hak perempuan di Teheran.

Sementara itu, masyarakat internasional, termasuk beberapa organisasi hak asasi manusia, terus mendesak pemerintah Iran untuk mengambil langkah nyata dalam menghormati kebebasan pribadi dan hak-hak perempuan di negara tersebut.

Kesimpulan
Penundaan penerapan RUU baru wajib hijab ini menjadi babak baru dalam perdebatan panjang mengenai kebebasan perempuan di Iran. Meskipun penundaan ini memberikan harapan bagi kelompok pro-kebebasan, tantangan besar tetap ada dalam upaya menciptakan kebijakan yang menghormati hak asasi manusia dan kebebasan pribadi.

Berita Terkait

Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​
Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas
AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan
Myanmar Kembali Diguncang Gempa
Proyek Kereta Bawah Tanah di Seoul Amblas, 1 Orang Hilang, 1 Terjebak
CEO Siemens Sekeluarga Korban Tewas Helikopter Jatuh di Sungai Hudson
Menlu RI Sugiono Tegaskan Evakuasi Warga Gaza Bukan Berarti Relokasi
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​

Kamis, 17 April 2025 - 19:30 WIB

Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Rabu, 16 April 2025 - 16:14 WIB

Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas

Senin, 14 April 2025 - 16:45 WIB

AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan

Minggu, 13 April 2025 - 13:48 WIB

Myanmar Kembali Diguncang Gempa

Berita Terbaru

Di tengah hiruk-pikuk dunia hiburan yang serba bising, tren baru bernama Silent Book Club muncul sebagai bentuk hiburan alternatif yang menarik.

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Fenomena Silent Book Club, Hiburan Baru untuk Si Introver Sosial

Minggu, 20 Apr 2025 - 19:31 WIB

Di balik dominasi Android dan Chrome OS, Google diam-diam mengembangkan sistem operasi baru bernama Fuchsia OS.

Aplikasi & OS

Fuchsia OS, Masa Depan Sistem Operasi Buatan Google

Sabtu, 19 Apr 2025 - 18:32 WIB