JAKARTA, koranmetro.com – Di tengah hiruk-pikuk dunia hiburan yang serba bising, tren baru bernama Silent Book Club muncul sebagai bentuk hiburan alternatif yang menarik, khususnya bagi mereka yang mencintai ketenangan. Tidak seperti klub buku konvensional yang penuh diskusi, Silent Book Club justru mengajak anggotanya membaca dalam diam bersama-sama.
Fenomena ini bermula di San Francisco dan kini menyebar ke berbagai kota besar dunia, termasuk Jakarta. Pengalaman pribadi saya mengikuti sesi ini di sebuah kafe di Jakarta Selatan sungguh menyegarkan. Tanpa tekanan untuk berbicara, kami hanya datang, memilih tempat duduk nyaman, membuka buku masing-masing, dan larut dalam bacaan selama 1–2 jam.
Konsepnya sederhana namun berdampak besar bagi kesehatan mental. Dalam kehidupan modern yang penuh distraksi, aktivitas ini memberikan ruang untuk beristirahat dari layar, memperdalam fokus, dan merasa terkoneksi tanpa harus bersosialisasi secara intens.
Menurut psikolog, aktivitas ini bisa mengurangi stres dan kecemasan sosial. Selain itu, suasana komunitas yang tidak menghakimi membuat banyak peserta merasa lebih aman dan diterima. Tidak jarang, sesi membaca ini diakhiri dengan obrolan santai seputar buku, tanpa paksaan.
Silent Book Club menjadi representasi dari gaya hidup baru yang seimbang: antara kebutuhan akan waktu pribadi dan keinginan untuk tetap merasa terhubung dengan orang lain. Di tengah dunia hiburan yang cepat dan bising, konsep ini hadir sebagai oase yang tenang dan bermakna.