JAKARTA, koranmetro.com – Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang berdiri pada 16 November 2014, telah menarik perhatian publik sebagai partai politik yang berfokus pada anak muda, pluralisme, dan reformasi politik. Dalam kurun waktu satu dekade, PSI telah tiga kali mengalami pergantian ketua umum, sebuah dinamika yang mencerminkan perjalanan partai ini dalam mencari identitas dan pengaruh di panggung politik Indonesia. Siapa saja tokoh yang pernah memimpin PSI sebagai ketua umum? Berikut ulasannya.
1. Grace Natalie (2014–2021)
Grace Natalie Louisa, mantan jurnalis televisi, menjadi ketua umum pertama PSI sejak partai ini didirikan. Lahir di Jakarta pada 4 Juli 1982, Grace memulai kariernya di SCTV, ANTV, dan TVOne sebelum beralih ke dunia politik. Bersama Raja Juli Antoni dan Isyana Bagoes Oka, Grace menginisiasi pembentukan PSI di sebuah kafe di Jakarta Selatan pada akhir 2014, terinspirasi oleh kemenangan Joko Widodo dalam Pilpres 2014.
Selama kepemimpinannya, Grace dikenal lantang menyuarakan isu anti-korupsi, anti-poligami untuk pejabat negara, dan penolakan terhadap peraturan daerah berbasis agama. Ia juga memperjuangkan transparansi dalam seleksi calon legislatif PSI, yang disiarkan langsung di media sosial. Pada Pemilu 2019, Grace meraih 179.949 suara di DKI Jakarta III, tetapi PSI gagal lolos ambang batas parlemen sebesar 4%. Setelah tujuh tahun memimpin, Grace mengundurkan diri sebagai ketua umum pada 16 November 2021 dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina PSI.
2. Giring Ganesha (2021–2023)
Estafet kepemimpinan PSI kemudian diambil alih oleh Giring Ganesha, mantan vokalis band Nidji, yang resmi menjadi ketua umum pada 11 November 2021 setelah sebelumnya menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt) ketua umum sejak Agustus 2020. Pria kelahiran Jakarta, 14 Juli 1983, ini dikenal luas di industri musik sebelum terjun ke politik. Giring pernah menjadi relawan untuk Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014 dan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat pada Pilkada DKI 2017.
Di bawah kepemimpinannya, PSI tetap konsisten mendukung Joko Widodo dan mengusung Ganjar Pranowo-Yenny Wahid sebagai pasangan capres-cawapres untuk Pemilu 2024. Giring juga aktif menyuarakan visi PSI sebagai partai anak muda. Namun, pada Pemilu 2019, saat ia maju sebagai caleg di Jawa Barat I dan meraih 47.069 suara, PSI kembali gagal memenuhi ambang batas parlemen. Giring mengundurkan diri sebagai ketua umum pada September 2023, menyatakan keinginannya untuk “mengembalikan PSI ke anak muda” dan kini menjabat sebagai anggota Dewan Pembina PSI.
3. Kaesang Pangarep (2023–Sekarang)
Pergantian ketua umum terbaru terjadi pada 25 September 2023, ketika Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo, dikukuhkan sebagai ketua umum PSI untuk periode 2023–2028. Kaesang, yang baru bergabung dengan PSI pada 23 September 2023, menjadi ketua umum hanya dua hari setelah menjadi kader, sebuah langkah yang menimbulkan perhatian luas. Lahir pada 25 Desember 1994, Kaesang sebelumnya dikenal sebagai pengusaha dan figur publik.
Kepemimpinan Kaesang dianggap membawa “privilese” sebagai anak presiden, yang ia akui sendiri dalam pidato politik pertamanya. Ia berjanji untuk membawa PSI lolos ambang batas parlemen pada Pemilu 2024, meskipun hasil pemilu menunjukkan PSI hanya meraih sekitar 3% suara nasional, kembali gagal masuk DPR RI. Kaesang juga dikaitkan dengan wacana pencalonan sebagai kepala daerah, seperti Wali Kota Depok atau Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024.
Dinamika dan Tantangan PSI
Pergantian ketua umum sebanyak tiga kali dalam 10 tahun menunjukkan dinamika internal PSI dalam mencari arah dan pengaruh politik. Grace Natalie membangun fondasi partai dengan visi reformasi dan transparansi, Giring Ganesha memperkuat identitas PSI sebagai partai anak muda, sementara Kaesang Pangarep membawa daya tarik publik dan koneksi politik yang kuat. Namun, tantangan utama PSI tetap pada kegagalan memenuhi ambang batas parlemen, baik pada Pemilu 2019 (1,89%) maupun 2024 (sekitar 3%).
PSI terus berupaya memperluas basis pendukungnya melalui program seperti “Kartu SAKTI” untuk pendanaan publik dan keterlibatan aktif di media sosial. Partai ini juga konsisten mendukung agenda Joko Widodo, termasuk melalui dukungan terhadap Ganjar Pranowo pada Pemilu 2024. Ke depan, kepemimpinan Kaesang diharapkan dapat mengatasi tantangan elektoral dan memperkuat posisi PSI di kancah politik nasional.
Dalam satu dekade, PSI telah dipimpin oleh tiga figur berbeda: Grace Natalie, Giring Ganesha, dan Kaesang Pangarep. Ketiganya membawa warna tersendiri, dari idealisme reformasi, semangat anak muda, hingga daya tarik politik dinasti. Meski menghadapi tantangan elektoral, PSI tetap menjadi partai yang relevan di kalangan pemuda dan pendukung reformasi politik. Akankah PSI di bawah Kaesang mampu mencapai ambisi besar di Pemilu mendatang? Hanya waktu yang akan menjawab.