JAKARTA, koranmetro.com– Pada Rabu, 30 Juli 2025, gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,7 mengguncang wilayah pesisir timur Semenanjung Kamchatka, Rusia, memicu gelombang tsunami setinggi 3 hingga 4 meter yang berdampak luas ke sejumlah negara di kawasan Samudra Pasifik. Gempa yang terjadi sekitar pukul 06:24 WIB ini berpusat sekitar 125 km tenggara Petropavlovsk-Kamchatsky, pada kedalaman dangkal 18-19 km, menjadikannya salah satu gempa terkuat di wilayah tersebut sejak tsunami Tohoku 2011 di Jepang.
Kekuatan dan Pusat Gempa
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS), gempa ini terjadi akibat aktivitas subduksi lempeng di Palung Kurile-Kamchatka, bagian dari Cincin Api Pasifik yang dikenal sebagai zona geologi aktif. Gempa dangkal ini memicu gelombang tsunami yang terdeteksi di wilayah Kamchatka, dengan ketinggian gelombang mencapai 3-4 meter di beberapa lokasi. Gempa susulan juga tercatat, dengan magnitudo terbesar mencapai 6,9 hingga pukul 08:30 WIB.
Di Petropavlovsk-Kamchatsky, kota berpenduduk sekitar 165.000 jiwa, suasana panik melanda warga. Laporan dari kantor berita Tass menyebutkan warga berhamburan ke jalan, dengan kerusakan seperti kaca pecah, lemari roboh, serta gangguan listrik dan jaringan telepon seluler. Menteri Regional untuk Situasi Darurat Rusia, Sergei Lebedev, mengimbau warga menjauhi garis pantai untuk menghindari risiko lebih lanjut.
Dampak Tsunami di Jepang
Badan Meteorologi Jepang (JMA) segera mengeluarkan peringatan tsunami setelah gempa, memperkirakan gelombang setinggi hingga 3 meter dapat menghantam wilayah pesisir Pasifik, terutama Hokkaido bagian utara dan Kepulauan Ogasawara. Peringatan ini ditingkatkan dari imbauan menjadi peringatan penuh, dengan perintah evakuasi dikeluarkan di beberapa daerah. Guncangan ringan dengan intensitas level 2 pada skala seismik Jepang tercatat di Hokkaido, namun hingga kini belum ada laporan kerusakan signifikan. Warga diminta tetap waspada terhadap potensi tsunami susulan.
Seismolog Universitas Tokyo, Shinichi Sakai, menjelaskan bahwa gempa dangkal di Kamchatka memiliki potensi besar untuk memicu tsunami lintas negara, terutama karena lokasinya di Cincin Api Pasifik. Jepang, yang juga berada di zona ini, dikenal sebagai salah satu negara paling rawan gempa dan tsunami di dunia.
Peringatan Tsunami di Hawaii dan Wilayah Pasifik Lain
Sistem Peringatan Tsunami Amerika Serikat mengeluarkan peringatan gelombang tsunami berbahaya yang diperkirakan melanda pesisir Rusia, Jepang, dan Hawaii dalam waktu tiga jam setelah gempa. Di Hawaii, Badan Penanggulangan Bencana Oahu memperingatkan bahwa gelombang tsunami setinggi 1 hingga 3 meter dapat menghantam pesisir pada pukul 19:17 waktu setempat. Sirene peringatan berbunyi di berbagai wilayah pesisir, dengan imbauan untuk segera mengungsi guna melindungi jiwa dan harta benda. Peringatan serupa juga dikeluarkan untuk wilayah kepulauan AS seperti Guam, serta beberapa pulau di Mikronesia.
Di Filipina, Badan Vulkanologi dan Seismologi (Phivolcs) juga mengeluarkan peringatan tsunami, menyoroti potensi dampak di wilayah yang berbatasan dengan Samudra Pasifik. Negara lain seperti Chili dan Kepulauan Solomon juga termasuk dalam daftar wilayah yang berpotensi terdampak.
Dampak di Indonesia
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia merilis peringatan status waspada tsunami untuk sejumlah wilayah di Indonesia timur, termasuk Kepulauan Talaud, Gorontalo, Halmahera Utara, Manokwari, Rajaampat, Jayapura, Biaknumfor, Supiori, Sorong bagian utara, dan Sarmi. Berdasarkan analisis BMKG, ketinggian tsunami di wilayah Indonesia diperkirakan kurang dari 0,5 meter, dengan waktu kedatangan antara pukul 13:52 hingga 16:39 WIB. Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa masyarakat pesisir diminta tetap tenang namun menjauhi pantai selama 2-3 jam sebagai langkah pencegahan, mengacu pada pengalaman tsunami Tohoku 2011 yang menyebabkan korban di Papua meskipun ketinggian gelombang hanya 33 cm di Jayapura.
BMKG mencatat bahwa hingga kini belum ada laporan kerusakan di Indonesia akibat gempa atau tsunami ini. Namun, pengalaman tsunami 2011 menunjukkan bahwa amplifikasi gelombang di teluk dapat meningkatkan risiko, sehingga kewaspadaan tetap diperlukan.
Langkah Pencegahan dan Kewaspadaan
Gempa ini menjadi pengingat akan kerentanan wilayah di Cincin Api Pasifik terhadap bencana alam. Pemerintah di berbagai negara telah mengambil langkah cepat, termasuk membentuk satuan tugas darurat di Jepang dan mengaktifkan sistem peringatan tsunami di Amerika Serikat. Di Indonesia, BMKG dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan pentingnya menjauhi pantai dan memantau informasi resmi untuk menghindari risiko.
Hingga kini, laporan kerusakan atau korban jiwa di Rusia, Jepang, dan wilayah lain masih terbatas, tetapi situasi terus dipantau. Gempa ini menegaskan pentingnya kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan gempa dan tsunami, serta koordinasi lintas negara untuk meminimalkan dampak bencana alam berskala besar.