AS Setop Selidiki Putin soal Invasi ke Ukraina, Langkah Diplomasi atau Taktik Politik?

- Jurnalis

Senin, 17 Maret 2025 - 15:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penyelidikan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait invasi ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2025.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penyelidikan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait invasi ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2025.

JAKARTA, koranmetro.com – Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penyelidikan terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait invasi ke Ukraina yang dimulai pada Februari 2025. Keputusan ini mengundang beragam reaksi dari berbagai pihak, baik di dalam negeri AS maupun komunitas internasional. Keputusan ini, yang datang setelah penyelidikan oleh Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) dan berbagai organisasi hak asasi manusia, menimbulkan pertanyaan mengenai strategi diplomatik dan politik global yang lebih luas.

Latar Belakang Invasi Rusia ke Ukraina

Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022, dan sejak saat itu telah menyebabkan ribuan nyawa melayang, kehancuran infrastruktur, dan perpindahan jutaan orang. Negara-negara Barat, termasuk AS, telah memberikan dukungan kepada Ukraina dalam bentuk bantuan militer, ekonomi, dan diplomatik, serta menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia. Putin, yang dianggap sebagai arsitek dari invasi ini, telah dikecam oleh dunia internasional karena tindakan yang dianggap sebagai agresi besar terhadap kedaulatan negara lain.

Penyelidikan ICC terhadap Putin

Sebelumnya, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin, menuduhnya terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, khususnya terkait dengan pengungsian paksa warga Ukraina dan serangan terhadap warga sipil. ICC menyelidiki sejumlah pelanggaran yang diduga dilakukan oleh pasukan Rusia di Ukraina, termasuk pemboman rumah sakit, pembantaian massal, dan pemindahan paksa anak-anak Ukraina ke wilayah Rusia.

Baca Juga :  Keamanan Dunia dalam Fokus, Netanyahu Tentang Strategi Israel Menghadapi Houthi

Namun, meskipun ICC memiliki yurisdiksi untuk menangani kasus kejahatan perang internasional, kenyataannya, Rusia tidak mengakui yurisdiksi pengadilan ini, dan Putin tidak pernah diserahkan untuk diadili. Keputusan AS untuk menghentikan penyelidikan ini bisa jadi mengindikasikan sikap pragmatis di dalam politik internasional, di mana kebijakan lebih diprioritaskan untuk menjaga hubungan dengan negara-negara tertentu atau untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.

Alasan di Balik Penghentian Penyelidikan

Keputusan AS untuk menghentikan penyelidikan terhadap Putin sepertinya lebih didorong oleh pertimbangan diplomatik dan politis yang kompleks. Salah satu faktor utama yang kemungkinan besar mempengaruhi keputusan ini adalah kebutuhan untuk fokus pada solusi damai atau meredakan ketegangan yang semakin meningkat di kawasan Eropa Timur.

Penghentian penyelidikan ini juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan yang dapat muncul dari langkah-langkah hukum yang lebih tegas terhadap Rusia. Beberapa analis berpendapat bahwa penyelidikan lebih lanjut terhadap Putin bisa saja memperburuk hubungan internasional, baik antara AS dan negara-negara sekutunya maupun dengan Rusia itu sendiri, yang masih memiliki pengaruh besar di kawasan Eurasia.

Selain itu, AS dan sekutunya mungkin memilih untuk mengalihkan fokus dari masalah hukum individu menuju pendekatan yang lebih komprehensif dalam upaya mengakhiri konflik di Ukraina. Kebijakan ini bisa mencakup lebih banyak diplomasi internasional dan tekanan ekonomi pada Rusia, sambil terus mendukung Ukraina dalam upaya mempertahankan wilayahnya.

Baca Juga :  Hamas Siap Gagalkan Rencana Trump Relokasi Warga Gaza ke Yordania dan Mesir

Tanggapan dari Rusia dan Dunia Internasional

Keputusan AS untuk menghentikan penyelidikan ini telah disambut dengan reaksi beragam. Dari sisi Rusia, meskipun Kremlin menanggapi dengan kelegaan, mereka tetap menganggap bahwa tuduhan terhadap mereka adalah bagian dari kampanye propaganda Barat. Sebaliknya, banyak negara yang mendukung Ukraina merasa kecewa, karena mereka berharap ada langkah hukum yang lebih tegas terhadap Putin dan rezimnya.

Di sisi lain, beberapa negara yang lebih netral dalam konflik ini mungkin melihat keputusan AS ini sebagai sinyal bahwa negara-negara besar lebih tertarik pada resolusi diplomatik daripada eskalasi lebih lanjut. Hal ini dapat berimplikasi pada dinamika politik global yang lebih luas, di mana negara-negara besar mungkin mulai lebih fokus pada langkah-langkah politik dan ekonomi untuk mengakhiri perang, daripada tindakan hukum internasional.

Keputusan AS untuk menghentikan penyelidikan terhadap Vladimir Putin mengenai invasi ke Ukraina menggambarkan betapa kompleksnya diplomasi internasional di dunia yang terpolarisasi. Meski banyak yang berharap agar ada pertanggungjawaban hukum atas kejahatan yang terjadi selama invasi, langkah ini menunjukkan bahwa diplomasi dan strategi politik jangka panjang sering kali lebih dominan daripada langkah hukum tegas.

Seiring dengan berlanjutnya konflik di Ukraina, dunia internasional akan terus mengamati perkembangan ini, berharap ada jalan keluar yang membawa perdamaian dan keadilan bagi rakyat Ukraina, tanpa menambah ketegangan yang dapat memperburuk situasi global.

Berita Terkait

Jenazah Paus Fransiskus Disemayamkan dalam Peti pada Pukul 8 Malam Waktu Vatikan
Filipina-AS Latihan Perang Besar-besaran di Laut China Selatan
Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​
Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit
Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas
AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan
Myanmar Kembali Diguncang Gempa
Proyek Kereta Bawah Tanah di Seoul Amblas, 1 Orang Hilang, 1 Terjebak
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 21 April 2025 - 16:19 WIB

Filipina-AS Latihan Perang Besar-besaran di Laut China Selatan

Sabtu, 19 April 2025 - 20:14 WIB

Tesla Tunda Peluncuran Mobil Baru Akibat Ketegangan Perang Dagang AS-China​

Kamis, 17 April 2025 - 19:30 WIB

Badai Pasir Dahsyat Menyapu Irak, Ribuan Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Rabu, 16 April 2025 - 16:14 WIB

Israel Klaim Operasi Intelijen Shin Bet Berhasil Bunuh Anggota Senior Hamas

Senin, 14 April 2025 - 16:45 WIB

AS Cabut Visa Mahasiswa Asal China Tiga Pekan Jelang Kelulusan

Berita Terbaru

Manchester City berhasil menembus posisi empat besar klasemen sementara Premier League musim 2024/2025 setelah meraih kemenangan dramatis 2-1 atas Aston Villa pada Selasa, 22 April 2025.

Liga Inggris

Manchester City Tembus Empat Besar Klasemen Premier League 2025​

Rabu, 23 Apr 2025 - 15:39 WIB

Honor X60 GT di Tiongkok pada 22 April 2025. Smartphone ini hadir dengan spesifikasi unggulan, termasuk layar AMOLED 6,7 inci beresolusi 2664 x 1200 piksel.

Gadget

Honor X60 GT Resmi Rilis, Layar AMOLED 120Hz

Selasa, 22 Apr 2025 - 18:47 WIB

Oppo kembali menggebrak pasar smartphone Indonesia dengan meluncurkan Oppo K13 5G pada 21 April 2025.

Gadget

Oppo K13 Resmi Hadir dengan Baterai Jumbo dan Performa Gahar

Selasa, 22 Apr 2025 - 12:15 WIB