AS Setujui Penjualan Bom Rp44 Triliun ke Kanada di Tengah Ketegangan Soal Keamanan Regional

- Jurnalis

Jumat, 5 Desember 2025 - 18:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

koranmetro.com – Dalam langkah yang mengejutkan banyak pihak, pemerintah Amerika Serikat secara resmi menyetujui penjualan persenjataan nuklir dan konvensional senilai sekitar Rp 44 triliun ke Kanada. Keputusan ini muncul di tengah gelombang ketegangan global terkait keamanan regional dan dinamika aliansi strategis di berbagai belahan dunia. Bagi sebagian pihak, kesepakatan ini dianggap sebagai upaya memperkuat sekutu — namun bagi banyak orang lainnya, keputusan ini memunculkan kekhawatiran serius akan balapan senjata dan eskalasi militer.

Kesepakatan bernilai tinggi ini mencakup sejumlah bom dan sistem senjata canggih. Meski rincian teknis dirahasiakan, kabarnya sebagian besar berupa amunisi dengan daya hancur besar, yang menurut pemerintah AS dibutuhkan Kanada guna memperkuat pertahanan terhadap potensi ancaman global maupun regional. Kanada, negara dengan tradisi kebijakan luar negeri yang relatif damai, tampak membuat langkah luar biasa dengan menerima persenjataan berat ini—a keputusan yang mengejutkan komunitas internasional.

Para pemimpin politik di Washington dan Ottawa mengklaim bahwa penjualan ini bukan sekadar urusan militer, tetapi bagian dari strategi keamanan kolektif. AS menegaskan bahwa dunia menghadapi banyak ketidakpastian — konflik di berbagai wilayah, persaingan kekuatan besar, serta proliferasi senjata ke aktor non-negara. Dalam konteks itu, penguatan aliansi pertahanan dianggap sebagai “tindakan preventif dan defensif,” bukan agresif. Kanada digambarkan sebagai mitra setia yang memerlukan perlindungan tambahan di tengah persaingan global.

Baca Juga :  Dua Warga Negara Malaysia Dipulangkan dari Penjara Guantanamo oleh AS

Namun, publik global merespons dengan skeptis. Banyak pengamat perdamaian dan aktivis hak asasi manusia mengingatkan bahwa penjualan bom skala besar ke negara yang selama ini dikenal damai dapat memperburuk ketegangan — baik di kawasan Amerika Utara maupun global. Kritik terbesar datang dari kelompok yang menilai bahwa kesepakatan ini bisa memicu perlombaan senjata dan mengurangi ruang diplomasi. Mereka menuntut transparansi lebih lanjut soal tujuan, jenis senjata, serta bagaimana senjata tersebut akan dijaga agar tak disalahgunakan atau jatuh ke tangan kelompok ekstremis.

Pengamat kebijakan luar negeri menyebut bahwa langkah ini juga bisa memengaruhi hubungan antara Kanada dengan negara-negara tetangganya dan mitra internasional. Negara-negara yang selama ini melihat Kanada sebagai penengah dalam konflik global kini harus meredefinisi posisi Ottawa. Tiba-tiba Kanada bukan sekadar penengah — melainkan negara dengan kapabilitas militer yang meningkatkan dinamika geopolitik.

Bagi sebagian elit politik di AS dan Kanada, kesepakatan ini dianggap sebagai wujud solidaritas aliansi trans-Atlantik — mempertegas komitmen bersama terhadap keamanan dan stabilitas dunia. Mereka berargumen bahwa di era ketidakpastian ini, persenjataan bukanlah ancaman, melainkan pegangan kuat agar diplomasi tidak kehilangan daya tawar.

Baca Juga :  Kecelakaan Pesawat Kecil di AS Sebabkan Kebakaran Dahsyat

Namun di sisi lain, banyak warga sipil dan komunitas global yang khawatir: apakah benar bom dan senjata berat adalah jawaban untuk menjaga perdamaian? Ataukah ini awal dari rangkaian eskalasi militer yang bisa memicu konflik lebih luas?

Kesepakatan ini datang pada saat sensitive: dunia sedang menyaksikan berbagai krisis — mulai dari konflik regional, persaingan kekuatan besar, hingga retorika militer yang semakin keras. Oleh karenanya, tiap langkah seperti ini akan selalu berada di bawah sorotan tajam. Dan meskipun pemerintah AS dan Kanada menekankan bahwa persetujuan ini dilakukan untuk keamanan bersama, banyak pihak bertanya: apakah petaka besar telah disetujui dalam wujud bom senilai triliunan rupiah?

Apapun argumen di baliknya, satu hal pasti: keputusan ini akan mengubah peta geopolitik dan persepsi dunia tentang Kanada — dari negara netral menjadi kekuatan militer dengan potensi besar. Dampaknya terhadap keamanan regional dan global masih akan berlanjut. Dunia kini menunggu dengan cemas: apakah langkah ini akan membawa stabilitas, atau justru membuka jalan bagi konflik baru.

Berita Terkait

Trump Tak Akan Kembalikan Minyak dan Tanker Sitaan dari Venezuela, Ketegangan Politik Kian Menguat
Trump Beri Selamat kepada PM Baru Ceko Andrej Babiš, Tekankan Kerja Sama Pembelian Jet F-35
Gelombang Kecaman Internasional atas Serangan Teroris di Bondi Beach, Iran Turut Menyuarakan Penolakan
Jet Tempur Thailand Hancurkan Sindikat Judi Online di Perbatasan Kamboja
Ketegangan di Karibia Memanas, Jet Tempur AS Berpatroli Intensif Dekat Wilayah Venezuela
Kamboja dan Thailand, Langkah Berani Menuju Perdamaian di Perbatasan
Eksekusi Pemimpin Penipuan Besar di Iran, Kerugian $350 Juta yang Hancurkan Ribuan Warga
Insiden Ledakan di Laut Hitam, Dua Tanker Minyak Terbakar Diduga Karena Ranjau, Ancaman Perang Ukraina Masih Mengintai
Berita ini 5 kali dibaca
Tag :

Berita Terkait

Selasa, 23 Desember 2025 - 21:24 WIB

Trump Tak Akan Kembalikan Minyak dan Tanker Sitaan dari Venezuela, Ketegangan Politik Kian Menguat

Kamis, 18 Desember 2025 - 11:13 WIB

Trump Beri Selamat kepada PM Baru Ceko Andrej Babiš, Tekankan Kerja Sama Pembelian Jet F-35

Senin, 15 Desember 2025 - 11:19 WIB

Gelombang Kecaman Internasional atas Serangan Teroris di Bondi Beach, Iran Turut Menyuarakan Penolakan

Jumat, 12 Desember 2025 - 11:35 WIB

Jet Tempur Thailand Hancurkan Sindikat Judi Online di Perbatasan Kamboja

Kamis, 11 Desember 2025 - 11:13 WIB

Ketegangan di Karibia Memanas, Jet Tempur AS Berpatroli Intensif Dekat Wilayah Venezuela

Berita Terbaru