JAKARTA, koranmetro.com – Kemenangan klub sepak bola Italia baru-baru ini tercoreng dengan aksi kontroversial yang melibatkan cicit dari diktator Italia yang terkenal, Benito Mussolini. Dalam pertandingan yang digelar pada 18 Januari 2025, cicit Mussolini, yang bermain untuk klub Serie B, berhasil mencetak gol kemenangan dalam laga penting melawan tim pesaing. Namun, sorotan utama justru jatuh pada aksi sejumlah suporter klub yang merayakan gol tersebut dengan melakukan salam fasis, sebuah simbol yang sangat kontroversial dan penuh dengan konotasi politik.
Setelah gol yang dicetak oleh cicit Mussolini, sekelompok suporter di tribun mulai melakukan salam tangan terangkat, yang dikenal sebagai “saluto romano,” sebuah gestur yang terkait erat dengan rezim fasis Benito Mussolini pada masa lalu. Aksi ini segera memicu reaksi keras dari publik, baik di dalam maupun luar stadion, dengan banyak yang mengecam keras simbol tersebut.
Pihak klub segera merilis pernyataan resmi yang mengecam tindakan tersebut dan menyatakan bahwa mereka tidak menoleransi segala bentuk perilaku yang mengarah pada ideologi ekstrem atau diskriminasi. “Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan akan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terjadi lagi di masa depan,” demikian pernyataan klub.
Polisi setempat juga menyelidiki kejadian ini, sementara organisasi anti-fasis di Italia mengutuk keras perayaan tersebut, yang dianggap sebagai penghinaan terhadap sejarah Italia dan perjuangan melawan fasisme. Beberapa tokoh publik, termasuk politisi dan sejarawan, mengingatkan pentingnya untuk terus menghormati sejarah Italia dan menghindari kebangkitan ideologi yang pernah menyebabkan kehancuran besar di negara tersebut.
Meski demikian, beberapa suporter lainnya membela tindakan mereka, menyatakan bahwa ini hanyalah bentuk dari “sebuah tradisi” yang telah ada sejak lama dalam kultur klub. Namun, pernyataan ini hanya semakin memperuncing perdebatan tentang bagaimana sejarah dan simbol-simbol masa lalu seharusnya dipandang dalam konteks modern.
Peristiwa ini menambah panjang daftar kontroversi yang melibatkan olahraga dan politik di Italia, di mana klub-klub sepak bola sering kali menjadi tempat ekspresi ideologi yang lebih besar, baik yang pro atau kontra terhadap pemerintah dan sejarah negara. Dengan tekanan yang semakin meningkat, diharapkan agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali dan agar pihak berwenang mengambil langkah-langkah tegas untuk mencegah munculnya simbol-simbol fasis dalam dunia olahraga.