JAKARTA, koranmetro.com – Sebuah peristiwa mengejutkan terjadi di Pemalang, Jawa Tengah, di mana seorang anak perempuan tega mengancam ibunya dengan pisau hanya karena keinginannya untuk membeli produk skincare tidak terpenuhi. Kejadian ini memicu perhatian publik setelah video insiden tersebut viral di media sosial.
Insiden ini dilaporkan terjadi pada Sabtu malam, 1 Februari 2025. Anak perempuan berusia 16 tahun itu meminta uang kepada ibunya untuk membeli produk skincare yang sedang populer di kalangan remaja. Namun, ketika sang ibu menolak dengan alasan keterbatasan ekonomi, anak tersebut menjadi marah dan mengambil pisau dapur untuk mengancam ibunya.Dalam video yang tersebar luas, tampak sang ibu menangis ketakutan sementara anaknya memegang pisau sambil berteriak. Tetangga yang mendengar keributan segera datang dan berhasil menenangkan situasi sebelum hal yang lebih buruk terjadi.
Menurut keterangan keluarga, anak tersebut belakangan ini sering terpengaruh oleh media sosial yang menampilkan standar kecantikan tinggi. Ia kerap meminta barang-barang mahal yang tidak sesuai dengan kondisi finansial keluarga. Warga sekitar juga menyatakan keprihatinan terhadap kejadian ini dan berharap anak tersebut mendapatkan bimbingan yang lebih baik.
Kasus ini mencerminkan dampak negatif dari tekanan sosial yang dirasakan remaja, terutama akibat paparan media sosial. Standar kecantikan yang tidak realistis membuat banyak remaja merasa kurang percaya diri dan terobsesi untuk memiliki penampilan sempurna. Tidak jarang, obsesi ini memengaruhi perilaku mereka hingga berujung pada tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Keluarga memutuskan untuk tidak membawa kasus ini ke ranah hukum dan memilih menyelesaikannya secara kekeluargaan. Namun, mereka menyatakan akan membawa anak tersebut ke psikolog untuk mendapatkan konseling dan terapi emosional agar perilakunya dapat dikendalikan di masa depan.
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi orang tua, masyarakat, dan sekolah untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental dan tekanan sosial yang dialami remaja. Pendidikan tentang pengelolaan emosi, nilai hidup sederhana, serta pemahaman tentang realitas media sosial harus menjadi fokus utama guna mencegah kejadian serupa di kemudian hari.