JAKARTA, koranmetro.com – Final Copa del Rey 2024/2025 menjadi panggung epik bagi El Clasico antara Barcelona dan Real Madrid, yang berlangsung di Estadio La Cartuja, Sevilla, pada Minggu dini hari WIB, 27 April 2025. Dalam laga yang berlangsung hingga perpanjangan waktu, Barcelona keluar sebagai juara dengan kemenangan dramatis 3-2 atas rival abadinya, Real Madrid, berkat gol penentu dari Jules Kounde. Ini adalah gelar Copa del Rey ke-32 bagi Blaugrana, memperpanjang rekor mereka sebagai klub tersukses di kompetisi ini. Artikel ini mengulas jalannya pertandingan, momen krusial, dan dampak kemenangan ini.
Jalannya Pertandingan
Pertandingan dimulai dengan tensi tinggi, khas El Clasico. Barcelona, yang dilatih Hansi Flick, tampil tanpa striker utama Robert Lewandowski karena cedera hamstring, mengandalkan Ferran Torres sebagai ujung tombak dalam formasi 4-2-3-1. Real Madrid, di bawah asuhan Carlo Ancelotti, menurunkan Kylian Mbappe meskipun sempat diragukan karena kondisi fisiknya, dengan formasi 4-2-3-1 yang mengandalkan Jude Bellingham di lini tengah.
-
Babak Pertama: Keunggulan Awal Barcelona
Barcelona membuka keunggulan di menit ke-29 melalui gol spektakuler Pedri. Bermula dari umpan cerdas Pau Cubarsi kepada Lamine Yamal di sisi Kanan, Yamal memotong ke dalam dan memberikan assist sempurna kepada Pedri, yang melepaskan tembakan keras dari luar kotak penalti. Bola meluncur deras tanpa bisa dihentikan kiper Real Madrid, Thibaut Courtois. Skor 1-0 bertahan hingga turun minum, dengan Barcelona mendominasi penguasaan bola (60%) meski Madrid menciptakan peluang melalui Vinicius Junior, yang digagalkan kiper Wojciech Szczesny. -
Babak Kedua: Kebangkitan Madrid dan Drama
Real Madrid bangkit di babak kedua. Pada menit ke-70, Kylian Mbappe menyamakan kedudukan menjadi 1-1 dengan tembakan akurat ke sudut kiri bawah gawang Szczesny, memanfaatkan umpan Bellingham. Tujuh menit kemudian, Madrid berbalik unggul 2-1 lewat sundulan Aurelien Tchouameni dari sepak pojok yang dikirim Arda Guler. Namun, Barcelona menolak menyerah. Di menit ke-82, Lamine Yamal kembali berperan besar dengan mengirim umpan ke Ferran Torres, yang mengecoh Courtois dan mencetak gol penyama kedudukan 2-2. Kontroversi muncul di injury time ketika Barcelona mendapat penalti akibat pelanggaran Marco Asensio terhadap Raphinha, tetapi VAR membatalkan keputusan tersebut, dan Raphinha justru mendapat kartu kuning karena dianggap melakukan simulasi. -
Perpanjangan Waktu: Kounde Jadi Pahlawan
Pertandingan berlanjut ke extra time dengan intensitas tinggi. Di menit ke-115, kesalahan fatal Luka Modric yang salah mengoper di area berbahaya dimanfaatkan Barcelona. Brahim Diaz gagal menutup ruang, dan Jules Kounde melepaskan tembakan mendatar keras dari jarak 25 yard yang tak bisa dihentikan Courtois. Skor 3-2 bertahan hingga peluit akhir, memastikan kemenangan Barcelona. Laga diakhiri dengan drama ketika tiga pemain Madrid—Jude Bellingham, Antonio Rudiger, dan Lucas Vazquez—mendapat kartu merah karena protes keras terhadap wasit Ricardo de Burgos Bengoetxea.
Statistik dan Momen Penting
-
Statistik Pertandingan: Barcelona menguasai bola 60% berbanding 40% milik Madrid, dengan tembakan tepat sasaran 9-7 dan pelanggaran 23-11.
-
Pemain Kunci: Jules Kounde dinobatkan sebagai pemain terbaik pertandingan berkat gol penentu dan pertahanan solid. Lamine Yamal (17 tahun) mencuri perhatian dengan dua assist, sementara Ferran Torres membuktikan diri sebagai pengganti Lewandowski yang layak.
-
Kontroversi Wasit: Protes Madrid terhadap wasit, termasuk ancaman boikot sebelum laga, mencapai puncak dengan tiga kartu merah di menit-menit akhir, menambah panas suasana.
Dampak Kemenangan
Kemenangan ini adalah trofi kedua Barcelona di musim 2024/2025 setelah menjuarai Supercopa de Espana dengan mengalahkan Madrid 5-2 pada Januari 2025. Gelar Copa del Rey ke-32 ini mempertegas dominasi Blaugrana, yang unggul delapan trofi dari Athletic Bilbao di peringkat kedua. Barcelona juga mempertahankan rekor impresif mereka di musim ini, hanya kalah sekali dalam 27 pertandingan di semua kompetisi. Kemenangan ini meningkatkan moral tim menjelang semifinal Liga Champions dan perebutan gelar LaLiga, di mana mereka memimpin klasemen dengan selisih tiga poin dari Madrid.
Bagi Real Madrid, kekalahan ini memperpanjang paceklik trofi mereka di musim ini, setelah tersingkir dari Liga Champions oleh Arsenal dan kalah di Supercopa. Tekanan terhadap Carlo Ancelotti meningkat, dengan spekulasi tentang masa depannya di klub.
Latar Belakang El Clasico di Final Copa del Rey
Ini adalah El Clasico kedelapan di final Copa del Rey sejak 1936. Dari tujuh pertemuan sebelumnya, Madrid unggul tipis dengan empat kemenangan, sementara Barcelona memiliki tiga kemenangan. Pertemuan terakhir di final pada 2014 dimenangkan Madrid 2-1 berkat gol ikonik Gareth Bale. Musim ini, Barcelona mendominasi head-to-head dengan kemenangan 4-0 di LaLiga dan 5-2 di Supercopa, membuat kemenangan 3-2 ini semakin manis bagi para pendukung Blaugrana.
Suara dari Lapangan
Ferran Torres, yang terpilih sebagai pemain terbaik oleh TVE, berkomentar, “Ini adalah pertandingan paling melelahkan dalam hidup saya, tapi kami tidak pernah menyerah. Mengalahkan Madrid di final terasa lebih istimewa.” Pelatih Hansi Flick memuji semangat timnya: “Kemenangan ini luar biasa, didukung oleh energi luar biasa dari fans.” Di sisi lain, kiper Madrid Thibaut Courtois mengungkapkan kekecewaannya: “Kami ingin memberi trofi untuk fans, tapi kesalahan kecil membuat kami kehilangan gelar.”
Tips untuk Penggemar
-
Tonton Ulang Pertandingan: Siaran ulang tersedia di Vision+ atau highlight di kanal resmi FC Barcelona dan Real Madrid.
-
Kunjungi Sevilla: Estadio La Cartuja, venue final, adalah destinasi wisata olahraga yang menarik dengan sejarah pertandingan besar.
-
Ikuti Laga Berikutnya: Barcelona dan Madrid akan kembali bertemu di LaLiga pada 11 Mei 2025, laga yang bisa menentukan juara liga.
Kemenangan dramatis Barcelona atas Real Madrid dengan skor 3-2 di final Copa del Rey 2024/2025 adalah puncak dari El Clasico yang penuh gairah dan kontroversi. Gol-gol dari Pedri, Ferran Torres, dan Jules Kounde, ditambah performa gemilang Lamine Yamal, mengantarkan Blaugrana meraih gelar ke-32 mereka di kompetisi ini. Meski Madrid sempat unggul melalui Mbappe dan Tchouameni, kesalahan di extra time dan disiplin buruk di menit akhir membuat mereka pulang dengan tangan kosong. Kemenangan ini tidak hanya mempertegas dominasi Barcelona musim ini, tetapi juga menghidupkan asa mereka untuk meraih quadruple. El Clasico sekali lagi membuktikan mengapa rivalitas ini adalah salah satu yang terbesar di dunia sepak bola.