JAKARTA, koranmetro.com – 15 Desember 2025 – Dunia masih berduka atas tragedi penembakan massal yang terjadi di Pantai Bondi, Sydney, Australia, pada Minggu (14/12/2025) malam waktu setempat. Serangan yang menargetkan perayaan Hanukkah komunitas Yahudi ini menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk anak-anak dan petugas polisi. Polisi New South Wales menyatakan insiden ini sebagai aksi terorisme bermotif antisemit, yang dilakukan oleh dua pelaku berusia ayah dan anak.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut serangan ini sebagai “tindakan jahat antisemit yang tak terbayangkan” dan menjanjikan respons tegas, termasuk penguatan undang-undang senjata api. “Ini adalah serangan terhadap nilai-nilai kami dan cara hidup kami,” ujarnya saat mengunjungi lokasi kejadian.
Respons dari pemimpin dunia datang cepat dan tegas, mencerminkan solidaritas global terhadap korban serta penolakan terhadap kekerasan bermotif kebencian.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebutnya sebagai “serangan antisemit yang mengerikan” dan menyampaikan dukacita mendalam kepada keluarga korban. Mantan Presiden Joe Biden juga menyatakan bahwa serangan ini “mengejutkan dan tak termaafkan”, seraya menyerukan persatuan melawan antisemitisme.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan peningkatan antisemitisme di Australia dan mengkritik kebijakan pemerintah setempat, sambil menegaskan bahwa “cahaya Hanukkah harus tetap menyala di Bondi dan seluruh dunia”. Presiden Israel Isaac Herzog turut menyatakan kengeriannya atas serangan terhadap keluarga Yahudi yang sedang merayakan festival.
Dari Eropa, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menyampaikan “berita yang sangat menyedihkan” dan belasungkawa kepada yang terdampak. Kanselir Jerman Friedrich Merz mengaku “kehilangan kata-kata” dan menyerukan pemimpin global untuk menghentikan penyebaran kekerasan antisemit.
Negara-negara Muslim juga ikut menyuarakan kecaman. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan, “Sebagai prinsip, Iran mengutuk serangan kekerasan terhadap warga sipil di Sydney, Australia. Kekerasan teror dan pembunuhan massal harus dikutuk di mana pun terjadi, sebagai tindakan ilegal dan kriminal.” Pernyataan ini menarik perhatian, mengingat hubungan Australia-Iran yang tegang belakangan ini.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi menegaskan sikapnya menentang “segala bentuk kekerasan, terorisme, dan ekstremisme”, sambil menyampaikan belasungkawa. Uni Emirat Arab dan Qatar juga mengutuk aksi kriminal tersebut serta menolak segala bentuk terorisme yang mengancam stabilitas.
Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon terkejut dengan kejadian di tempat yang sering dikunjungi warganya, sementara Perdana Menteri India Narendra Modi mengutuk “serangan teroris mengerikan” yang menargetkan perayaan Hanukkah.
Serangan ini menjadi yang terburuk di Australia sejak pembantaian Port Arthur 1996, dan memicu perdebatan nasional tentang keamanan komunitas Yahudi di tengah lonjakan insiden antisemit sejak konflik Gaza. Komunitas internasional sepakat: kekerasan seperti ini tak punya tempat di dunia modern.
Duka cita terus mengalir untuk para korban, sementara investigasi polisi berlanjut untuk mengungkap motif lengkap di balik tragedi ini. Australia dan dunia berharap solidaritas ini menjadi langkah menuju perdamaian yang lebih kuat.









