JAKARTA, koranmetro.com – Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon telah mencapai kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga 18 Februari 2025. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk menjaga stabilitas di wilayah perbatasan yang kerap menjadi titik konflik antara kedua belah pihak. Kesepakatan ini diumumkan oleh mediator internasional yang memfasilitasi pembicaraan antara kedua pihak yang selama ini dikenal memiliki hubungan yang penuh ketegangan.
Latar Belakang Kesepakatan
Gencatan senjata ini merupakan kelanjutan dari perjanjian sebelumnya yang mulai berlaku beberapa bulan lalu. Konflik antara Israel dan Hizbullah telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan pertempuran besar terakhir terjadi pada Perang Lebanon Kedua tahun 2006. Meskipun tidak ada perang besar yang terjadi sejak saat itu, ketegangan di sepanjang perbatasan tetap tinggi, dengan insiden sporadis berupa serangan roket dan serangan balasan.Mediator internasional—yang terdiri dari PBB dan beberapa negara pihak ketiga—berperan penting dalam menjembatani perbedaan kedua pihak. “Kami berharap perpanjangan gencatan ini akan menjadi batu loncatan untuk mencapai solusi jangka panjang di wilayah tersebut,” ujar seorang pejabat PBB yang terlibat dalam proses negosiasi.
Isi Kesepakatan
Dalam perpanjangan gencatan senjata ini, kedua pihak sepakat untuk:
- Menghentikan semua bentuk serangan militer di sepanjang perbatasan.
- Memperkuat peran pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) di wilayah perbatasan untuk memastikan keamanan dan mencegah eskalasi.
- Melanjutkan pembicaraan diplomatik melalui mediator internasional untuk mencari solusi jangka panjang.
Selain itu, kedua pihak juga diminta untuk menghindari provokasi, baik secara militer maupun politik, yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut.
Tanggapan Israel dan Hizbullah
Baik Israel maupun Hizbullah menyampaikan sikap positif terhadap perpanjangan gencatan ini, meskipun masing-masing pihak tetap mewaspadai potensi pelanggaran dari pihak lawan.
Tanggapan Israel
Seorang pejabat tinggi Israel menyebut perpanjangan gencatan ini sebagai langkah penting untuk memastikan keamanan warga Israel di wilayah utara. “Kami akan mematuhi kesepakatan ini, tetapi kami juga tidak akan ragu untuk merespons jika Hizbullah melanggar perjanjian,” tegasnya.
Tanggapan Hizbullah
Sementara itu, Hizbullah menyatakan bahwa perpanjangan gencatan ini adalah bentuk komitmen mereka untuk menjaga stabilitas di Lebanon, yang saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi dan politik. “Kami mendukung gencatan ini selama kedaulatan Lebanon tidak dilanggar,” ujar seorang juru bicara Hizbullah.
Peran PBB dan Komunitas Internasional
Perpanjangan gencatan ini tidak lepas dari peran aktif PBB dan negara-negara yang memiliki kepentingan di kawasan Timur Tengah. Pasukan penjaga perdamaian PBB, United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), memainkan peran strategis dalam memastikan pelaksanaan gencatan di lapangan.Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara Arab juga memberikan dukungan terhadap perpanjangan ini. Mereka menilai bahwa stabilitas di perbatasan Israel-Lebanon dapat membantu mencegah eskalasi konflik regional yang lebih luas.“Gencatan ini merupakan langkah awal yang penting, tetapi kita membutuhkan upaya lanjutan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan,” ujar seorang diplomat Uni Eropa.
Tantangan dan Prospek ke Depan
Meskipun perpanjangan gencatan ini disambut baik, tantangan besar tetap menghantui kedua pihak. Ketidakpercayaan mendalam antara Israel dan Hizbullah menjadi salah satu hambatan utama dalam mencapai perdamaian jangka panjang.Hizbullah, yang didukung oleh Iran, tetap dianggap sebagai ancaman utama oleh Israel. Di sisi lain, Hizbullah menuduh Israel sering melanggar kedaulatan Lebanon melalui serangan udara dan aktivitas mata-mata. Ketegangan ini diperparah oleh situasi geopolitik di Timur Tengah yang penuh dinamika.Namun, perpanjangan gencatan hingga 18 Februari memberikan ruang bagi kedua pihak untuk fokus pada dialog. Banyak pihak berharap bahwa kesepakatan ini dapat menjadi awal dari pembicaraan yang lebih substantif untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Perpanjangan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah hingga 18 Februari 2025 merupakan perkembangan positif dalam upaya menjaga stabilitas di kawasan Timur Tengah. Meskipun tantangan besar masih ada, langkah ini memberikan harapan bahwa solusi damai dapat dicapai melalui negosiasi dan kerja sama internasional.