JAKARTA, koranmetro.com – Di tengah kesibukan kota besar seperti Jakarta, sebuah fenomena menarik muncul: Komunitas Bermain. Inisiatif ini menciptakan ruang bagi warga kota untuk melepaskan stres melalui permainan tradisional nostalgia, seperti gundu, lompat tali, dan dakon—hal-hal yang kerap dikenang saat masa kecil.
Didirikan oleh pemuda bernama Akihiko Akira, komunitas ini rutin menggelar sesi bermain di area Gelora Bung Karno. Lebih dari 250 orang tercatat mengikuti setiap pertemuan mingguan yang diadakan di tempat terbuka tersebut. Tak hanya menawarkan suasana riang, kegiatan ini juga menjadi media penghubung antar generasi, dari anak-anak hingga orang dewasa, yang ingin bernostalgia sekaligus membangun komunitas sosial.
Selain Komunitas Bermain, terdapat juga gerakan serupa: Nyanyi Bareng Jakarta. Di sini, para peserta bisa menyanyi bersama lagu-lagu pop hits seperti “You’ll Be In My Heart” dalam suasana tanpa penilaian dan dibimbing oleh pelatih vokal. Meski dikenai biaya sekitar Rp150.000 per sesi, permintaan tetap tinggi karena atmosfer positif dan dukungan emosional yang ditawarkan sangat berharga.
Menurut pakar sosiologi media, Dr. Muhamad Sulhan, kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya menjadi hiburan semata. Mereka membantu wargakota mengeksplorasi identitas, membangun rasa saling percaya, dan memperkuat hubungan sosial—sebuah oase kebersamaan di tengah kesibukan metropolitan.
Komunitas Bermain ini membuktikan bahwa gaya hidup modern tetap bisa mengakomodasi kebutuhan emosional dan sosial. Lewat permainan tradisional dan nyanyi bareng, warga perkotaan menemukan ruang refleksi diri yang autentik tanpa harus meninggalkan kenyamanan kota. Ini adalah bentuk nyata revitalisasi budaya dalam bingkai modern, yang memperkaya hidup urban kita sehari-hari.