JAKARTA, koranmetro.com – Perdana Menteri (PM) Korea Selatan, Lee Jae-myung, mengeluarkan permintaan maaf secara terbuka terkait kegagalan pemerintah dalam mencegah keputusan Presiden Yoon Suk-yeol untuk menerapkan status darurat militer di beberapa wilayah. Keputusan tersebut dipicu oleh situasi keamanan yang semakin memburuk setelah serangkaian serangan teroris yang mengancam stabilitas negara.
Dalam pidato yang disampaikan di depan parlemen hari ini, Lee mengakui bahwa meskipun pemerintah berupaya mengelola ketegangan dengan cara diplomatis, situasi yang berkembang memaksa Presiden Yoon untuk mengambil langkah ekstrem. PM Lee menegaskan bahwa penerapan darurat militer adalah keputusan yang diambil untuk mencegah penyebaran ancaman lebih lanjut, namun ia juga menyatakan penyesalannya karena kurangnya koordinasi yang lebih baik dengan berbagai pihak terkait.
“Kami mengakui bahwa ada kekurangan dalam komunikasi dan perencanaan yang lebih matang. Kami seharusnya melakukan lebih banyak untuk menghindari keputusan darurat militer ini,” kata Lee dalam pidatonya. “Sebagai pemerintah, kami bertanggung jawab penuh atas keputusan yang diambil, dan kami akan memastikan hal ini tidak terjadi lagi di masa depan.”
Tindakan Presiden Yoon yang mengaktifkan darurat militer telah memicu protes di kalangan warga sipil dan beberapa kelompok politik yang menilai langkah tersebut berlebihan. Namun, pemerintah berpendapat bahwa langkah ini diperlukan untuk memastikan keamanan nasional.
Situasi ini menambah ketegangan politik di Korea Selatan, di mana berbagai pihak kini mendesak Presiden Yoon untuk segera menarik status darurat militer dan kembali fokus pada penyelesaian diplomatik. Pemerintah Korea Selatan diharapkan akan terus mencari solusi untuk meredakan ketegangan yang ada.