JAKARTA, koranmetro.com – Badai pasir besar melanda wilayah tengah dan selatan Irak, menyebabkan lebih dari 3.700 orang mengalami masalah pernapasan dan harus mendapatkan perawatan medis. Kementerian Kesehatan Irak melaporkan bahwa sekitar 1.800 orang dirawat di rumah sakit di seluruh negeri, dengan 700 kasus terjadi di Provinsi Muthana.
Badai ini menyebabkan langit berubah menjadi oranye pekat, mengurangi jarak pandang secara drastis, dan memaksa warga untuk mengenakan masker demi melindungi diri dari debu yang tebal. Bandara di Najaf dan Basra terpaksa ditutup sementara karena kondisi cuaca yang ekstrem.
Di Kota Najaf, angin kencang menyebabkan tiang listrik tumbang, melukai seorang peziarah di dekat makam Imam Ali. Badai pasir ini dianggap sebagai yang terburuk sejak peristiwa serupa pada tahun 2022 yang mengakibatkan satu kematian dan 5.000 orang dirawat di rumah sakit.
Para ahli mengaitkan peningkatan frekuensi badai pasir ini dengan perubahan iklim, penggurunan, suhu yang meningkat, dan penurunan curah hujan. Sekitar 40% wilayah Irak telah mengalami penggurunan, dan PBB memperingatkan bahwa suhu di kawasan ini dapat meningkat hingga 4°C dalam 75 tahun ke depan, mengancam kelayakan huni di beberapa daerah.