Eksodus Pengguna Windows, Microsoft Kehilangan 400 Juta Pengguna dalam Tiga Tahun

- Jurnalis

Sabtu, 5 Juli 2025 - 17:37 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Microsoft, raksasa teknologi yang telah mendominasi pasar sistem operasi selama beberapa dekade, menghadapi tantangan besar.

Microsoft, raksasa teknologi yang telah mendominasi pasar sistem operasi selama beberapa dekade, menghadapi tantangan besar.

koranmetro.com – Microsoft, raksasa teknologi yang telah mendominasi pasar sistem operasi selama beberapa dekade, menghadapi tantangan besar. Berdasarkan laporan terbaru, Windows dilaporkan telah kehilangan sekitar 400 juta pengguna aktif bulanan dalam tiga tahun terakhir, dari 1,4 miliar perangkat pada tahun 2022 menjadi hanya di atas 1 miliar pada Juni 2025. Angka ini mengejutkan, mengingat Windows telah lama menjadi tulang punggung komputasi pribadi di seluruh dunia. Apa yang menyebabkan penurunan drastis ini, dan ke mana perginya para pengguna tersebut? Artikel ini menggali faktor-faktor di balik eksodus pengguna Windows dan implikasinya bagi masa depan Microsoft.

Latar Belakang Penurunan Pengguna Windows

Pada tahun 2022, Microsoft dengan bangga mengumumkan bahwa lebih dari 1,4 miliar perangkat aktif bulanan menjalankan Windows 10 atau Windows 11, meningkat dari 1,3 miliar pada tahun sebelumnya. Namun, dalam sebuah posting blog pada Juni 2025, Yusuf Mehdi, Wakil Presiden Eksekutif Microsoft, menyebutkan bahwa Windows kini menggerakkan “lebih dari satu miliar perangkat aktif bulanan.” Meskipun Microsoft kemudian merevisi pernyataan ini untuk kembali menyebutkan angka 1,4 miliar, revisi tersebut memicu spekulasi luas bahwa basis pengguna Windows telah menyusut secara signifikan. Banyak analis berpendapat bahwa penurunan ini nyata, didorong oleh perubahan dalam perilaku konsumen, kebijakan Microsoft, dan meningkatnya persaingan dari sistem operasi alternatif.

Faktor-Faktor Penyebab Penurunan

1. Pergeseran ke Perangkat Mobile

Salah satu alasan utama penurunan jumlah pengguna Windows adalah pergeseran global menuju dunia yang mengutamakan perangkat mobile. Smartphone dan tablet kini cukup kuat untuk menangani tugas sehari-hari seperti menjelajah internet, konferensi video, pengeditan dokumen, dan streaming. Menurut laporan, banyak pengguna yang sebelumnya bergantung pada PC kini beralih ke perangkat mobile yang lebih portabel dan nyaman. Tren ini dipercepat setelah pandemi, ketika lonjakan penjualan PC pada tahun 2020–2023 mereda, dan pengguna kembali ke perangkat mobile untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Berakhirnya Dukungan Windows 10

Dukungan untuk Windows 10 akan resmi berakhir pada Oktober 2025, memaksa pengguna untuk memilih antara meningkatkan ke Windows 11 atau meninggalkan ekosistem Windows sama sekali. Banyak pengguna dengan perangkat keras yang lebih lama tidak dapat meningkat ke Windows 11 karena persyaratan perangkat keras yang ketat, seperti kebutuhan akan TPM 2.0 dan prosesor yang lebih baru. Akibatnya, beberapa memilih untuk tetap menggunakan Windows 10 yang tidak didukung, sementara yang lain beralih ke alternatif seperti macOS, Linux, atau ChromeOS. Microsoft telah menawarkan Extended Security Updates (ESU) untuk Windows 10 dengan syarat seperti integrasi OneDrive atau pembayaran $30, namun langkah ini tidak cukup untuk mempertahankan semua pengguna.

Baca Juga :  AI Diprediksi Lampaui Konsumsi Listrik Penambangan Bitcoin pada 2025

3. Persaingan dari macOS, Linux, dan ChromeOS

Meskipun macOS bukanlah penyebab utama hilangnya 400 juta pengguna—penjualan Mac juga menurun, menyumbang hanya 7,7% dari pendapatan Apple pada 2023—alternatif seperti ChromeOS dan distribusi Linux semakin populer. ChromeOS, misalnya, telah mendapatkan daya tarik di kalangan pelajar dan institusi pendidikan karena harganya yang terjangkau dan kemudahan penggunaan. Sementara itu, Linux menarik pengguna perusahaan dan individu yang mahir secara teknis yang mencari sistem operasi yang lebih dapat disesuaikan dan bebas dari bloatware. Beberapa pemerintah, seperti negara bagian Schleswig-Holstein di Jerman dan kota Lyon di Prancis, bahkan telah mengadopsi solusi berbasis Linux, menandakan pergeseran dari ketergantungan pada Windows.

4. Kebijakan Microsoft yang Kontroversial

Microsoft menghadapi kritik atas beberapa keputusan strategis yang mungkin telah mengasingkan pengguna. Windows 11, misalnya, mengharuskan akun online untuk pengaturan awal, sebuah langkah yang tidak diterapkan oleh platform desktop atau mobile lain. Selain itu, peningkatan iklan dalam sistem operasi—mulai dari layar kunci hingga menu Start dan aplikasi Pengaturan—telah membuat frustrasi banyak pengguna. Kebijakan seperti penerapan OneDrive secara default dan pembaruan paksa juga menyebabkan ketidakpuasan, mendorong beberapa pengguna untuk mencari alternatif yang lebih ramah pengguna.

5. Penurunan Relevansi PC

PC tradisional kehilangan relevansi bagi banyak konsumen, terutama di kalangan pengguna biasa. Dengan munculnya aplikasi berbasis web seperti Google Docs dan layanan streaming game, kebutuhan akan PC berbasis Windows berkurang. Pasar konsumen utama untuk Windows kini terbatas pada gamer dan profesional yang mengandalkan perangkat lunak khusus Windows, seperti alat pengembangan atau perangkat lunak khusus industri. Namun, bahkan di sektor game, SteamOS berbasis Linux mulai mendapatkan pangsa pasar, terutama di pasar konsol genggam.

Baca Juga :  Microsoft dan Meta Tetap Berinvestasi Besar Meski Teknologi DeepSeek Diklaim Lebih Efisien

Ke Mana Perginya 400 Juta Pengguna?

Meskipun beberapa pengguna mungkin telah beralih ke macOS, Linux, atau ChevronOS, sebagian besar dari 400 juta pengguna yang “hilang” kemungkinan telah meninggalkan PC sama sekali demi smartphone dan tablet. Perangkat mobile kini menawarkan pengalaman yang kompetitif untuk sebagian besar tugas, dan kenyamanan serta portabilitasnya membuatnya lebih menarik bagi pengguna biasa. Selain itu, beberapa pengguna mungkin tetap menggunakan Windows 10 yang tidak didukung, yang berpotensi menimbulkan risiko keamanan tetapi mengurangi jumlah perangkat aktif yang dihitung oleh Microsoft.

Respons Microsoft dan Prospek Masa Depan

Microsoft tampaknya menyadari tantangan ini dan telah mengambil langkah untuk mengatasinya. Perusahaan secara agresif mempromosikan Windows 11, menyoroti fitur seperti Copilot, yang didukung oleh model GPT OpenAI, untuk menarik kembali pengguna. Selain itu, Microsoft menawarkan opsi dukungan tambahan untuk Windows 10 untuk mempertahankan pengguna dalam ekosistemnya. Namun, dengan berakhirnya dukungan Windows 10 yang semakin dekat dan pasar PC yang terus menyusut, Microsoft menghadapi perjuangan berat untuk mempertahankan dominasinya.

Beberapa analis berspekulasi bahwa Microsoft mungkin mempercepat peluncuran Windows 12 untuk membangkitkan kembali minat pengguna. Namun, tanpa perubahan mendasar dalam strategi—seperti mengurangi iklan, menyederhanakan persyaratan perangkat keras, dan meningkatkan pengalaman pengguna—Windows mungkin terus kehilangan pangsa pasar. Pertumbuhan perangkat mobile, layanan cloud, dan sistem operasi alternatif menunjukkan bahwa era dominasi absolut Windows mungkin akan segera berakhir.

Kehilangan 400 juta pengguna Windows dalam tiga tahun adalah sinyal peringatan bagi Microsoft. Meskipun perusahaan telah merevisi pernyataannya untuk mengklaim kembali angka 1,4 miliar perangkat aktif, penurunan yang dilaporkan mencerminkan tantangan yang lebih luas dalam lanskap teknologi. Pergeseran ke perangkat mobile, kebijakan yang tidak populer, dan meningkatnya persaingan dari sistem operasi alternatif semuanya berkontribusi pada kontraksi basis pengguna Windows. Untuk tetap relevan, Microsoft harus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan pengguna modern, baik di PC maupun di luar ekosistem tradisionalnya. Kegagalan untuk melakukannya dapat mempercepat penurunan Windows, mengubah sistem operasi yang pernah tak terkalahkan menjadi sekadar pemain di pasar yang semakin terfragmentasi.

Berita Terkait

QNX, Sistem Operasi Real-Time Andal untuk Industri Otomotif dan IoT
Samsung Galaxy Buds Core, TWS Terjangkau dengan ANC dan Daya Tahan Baterai 35 Jam
Xiaomi Watch S4 41mm dan Smart Band 10 Resmi Diluncurkan dengan Fitur Canggih untuk 150+ Mode Olahraga
Spesifikasi dan Harga Poco F7 di Indonesia, Performa Gahar, Harga Terjangkau
TagSpaces, Manajer File dan Catatan Lokal Tanpa Cloud
Cisco Luncurkan Inovasi untuk Adopsi AI yang Aman di Dunia Bisnis
Raup Penghasilan dari WhatsApp Channel dengan Fitur Monetisasi Terbaru
Realme C71 NFC, Spesifikasi Lengkap dan Harga Terjangkau di Indonesia
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 17:37 WIB

Eksodus Pengguna Windows, Microsoft Kehilangan 400 Juta Pengguna dalam Tiga Tahun

Kamis, 3 Juli 2025 - 21:30 WIB

QNX, Sistem Operasi Real-Time Andal untuk Industri Otomotif dan IoT

Selasa, 1 Juli 2025 - 13:37 WIB

Samsung Galaxy Buds Core, TWS Terjangkau dengan ANC dan Daya Tahan Baterai 35 Jam

Minggu, 29 Juni 2025 - 13:04 WIB

Xiaomi Watch S4 41mm dan Smart Band 10 Resmi Diluncurkan dengan Fitur Canggih untuk 150+ Mode Olahraga

Kamis, 26 Juni 2025 - 13:48 WIB

Spesifikasi dan Harga Poco F7 di Indonesia, Performa Gahar, Harga Terjangkau

Berita Terbaru

Pemerintah Belanda menyatakan keprihatinan mendalam atas dugaan penggunaan senjata kimia secara masif oleh Rusia dalam konflik di Ukraina.

INTERNASIONAL

Belanda Sebut Rusia Gunakan Senjata Kimia Secara Masif di Ukraina

Sabtu, 5 Jul 2025 - 20:02 WIB

Sistem Operasi QNX adalah salah satu OS yang dirancang khusus untuk perangkat embedded dan industri otomotif.

Aplikasi & OS

QNX, Sistem Operasi Real-Time Andal untuk Industri Otomotif dan IoT

Kamis, 3 Jul 2025 - 21:30 WIB