JAKARTA, koranmetro.com – Dalam beberapa tahun terakhir, dunia mode mulai bergerak ke arah yang lebih sadar lingkungan melalui tren slow fashion. Berbeda dengan fast fashion yang memproduksi pakaian massal dengan cepat dan murah, slow fashion menekankan kualitas, keberlanjutan, dan etika dalam setiap tahap produksi. Gerakan ini lahir dari kesadaran bahwa industri mode merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia, baik dari sisi bahan sisa maupun polusi air.
Slow fashion mendorong masyarakat untuk membeli pakaian seperlunya dan lebih menghargai proses pembuatannya. Konsumen kini mulai tertarik pada produk lokal, pakaian daur ulang, serta bahan alami seperti katun organik dan linen. Banyak brand kecil di Indonesia yang ikut mendukung gerakan ini dengan menawarkan desain timeless dan produksi terbatas, sehingga pakaian tidak cepat usang secara tren.
Selain itu, slow fashion juga mengubah cara pandang terhadap gaya hidup. Tidak sekadar mengikuti mode, melainkan memahami nilai di balik setiap pakaian yang dikenakan. Menggunakan pakaian lama dengan cara baru, memperbaiki daripada membuang, hingga menukar pakaian dengan teman menjadi bagian dari kebiasaan baru yang lebih berkelanjutan.
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan, slow fashion bukan lagi sekadar gaya, tetapi menjadi pernyataan etis dan sosial. Melalui pilihan kecil seperti membeli lebih bijak dan merawat pakaian dengan baik, kita turut berkontribusi dalam menjaga bumi. Dunia mode kini bukan hanya tentang tampil menarik, tetapi juga tentang bertanggung jawab terhadap planet tempat kita hidup.