JAKARTA, koranmetro.com – Di tengah lumpur dan air bah yang masih menggenangi wilayah Aceh Tamiang, sebuah misi heroik digelar TNI Angkatan Udara (AU) untuk menembus akses darat yang putus total. Pada Selasa, 2 Desember 2025, dua pesawat angkut TNI AU—CN-295 A-2904 dan C-130J Super Hercules—meluncur dari Lanud Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh, membawa harapan bagi ribuan warga yang terisolasi akibat banjir bandang dan longsor dahsyat. Dengan metode airdrop canggih menggunakan payung Low Cost Low Altitude (LCLA), logistik senilai puluhan ton berhasil diterjunkan ke lapangan Bima, Kecamatan Kualasimpang. Ini bukan sekadar pengiriman barang, tapi bukti komitmen TNI sebagai garda terdepan dalam penanggulangan bencana nasional.
Latar Belakang Bencana: Banjir yang Guncang Aceh dan Sekitarnya
Bencana alam yang melanda Aceh, Sumatera Utara (Sumut), dan Sumatera Barat (Sumbar) sejak akhir November 2025 telah menewaskan 708 jiwa, dengan Aceh Tamiang sebagai salah satu titik terparah. Hujan deras tak henti-hentinya memicu banjir bandang dari Sungai Tamiang, merobohkan jembatan, dan memutus jalan raya utama. Di Kualasimpang, puluhan desa terisolasi, warga kehabisan makanan, obat-obatan, dan pakaian layak. BNPB mencatat empat kabupaten di Aceh—termasuk Aceh Tamiang, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues—masih sulit diakses darat, memaksa pemerintah beralih ke operasi udara. Pangdam Iskandar Muda, Mayjen TNI Joko Hadi Susilo, menegaskan: “Kami tak boleh menunggu jalan pulih; nyawa rakyat harus diselamatkan sekarang juga.”
Misi Airdrop: Teknologi dan Koordinasi yang Matang
Operasi dimulai pukul 08.00 WIB, dengan CN-295 A-2904 memimpin penurunan pertama. Pesawat ringan ini menjatuhkan 90 helibox—paket darurat berisi makanan instan, selimut, popok bayi, dan peralatan medis—dalam tiga sortie berturut-turut, total 450 kg. “Helibox dirancang ringan dan tahan air, memastikan bantuan utuh saat mendarat,” jelas pilot CN-295, Kapten Pnb Andi Wijaya.
Sementara itu, raksasa udara C-130J Super Hercules (A-1340) turun tangan untuk muatan berat. Dengan kapasitas angkut hingga 20 ton, Hercules ini menerjunkan 20 bundle LCLA senilai 2,5 ton, termasuk Indomie, eprokal, genset, dan Starlink untuk komunikasi darurat. Payung LCLA—teknologi rendah biaya untuk airdrop dari ketinggian 100-200 meter—memastikan paket mendarat tepat sasaran tanpa drift jauh. Pilot Hercules, Letkol Pnb Galuh Yudi, menekankan koordinasi: “Kami pakai frekuensi khusus antar-pesawat untuk hindari tabrakan; satu kesalahan bisa fatal di medan berangin seperti ini.”
Lapangan Bima, yang sebelumnya jadi titik helibox, kini berubah jadi pusat distribusi. Tim gabungan TNI-Polri dan relawan langsung membagikan bantuan ke posko pengungsian, di mana 5.000 jiwa bergantung pada kiriman ini. Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau), Marsma TNI I Nyoman Suadnyana, menyebut: “Ini upaya lanjutan untuk percepat distribusi; TNI AU siap ulang misi kapan saja.”
Dampak Langsung: Harapan Baru bagi Warga Terisolasi
Bantuan ini tiba tepat waktu. Seorang warga Kualasimpang, Ibu Siti (45), yang kehilangan rumahnya, berlinang air mata saat menerima paket makanan: “Sudah tiga hari cuma makan singkong rebus; ini seperti mukjizat dari langit.” Di posko, anak-anak tersenyum lagi setelah dapat selimut hangat, sementara genset menyala untuk penerangan malam. Total bencana di Aceh telah klaim 150 korban jiwa, tapi operasi seperti ini kurangi angka rawan penyakit pasca-bencana.
BNPB dan pemerintah daerah Aceh Tamiang berterima kasih atas respons cepat TNI. “Akses darat mulai pulih, tapi airdrop jadi penyelamat utama,” kata Bupati Aceh Tamiang, H. Herry. Operasi ini bagian dari rangkaian kemanusiaan TNI, termasuk dapur lapangan di Sumbar dan helikopter MI-17 V5 yang kirim 1,5 ton ke Langsa dan Aceh Timur.
Kisah airdrop di Aceh Tamiang mengingatkan moto TNI: “Bersama Rakyat, Mengabdi dan Membangun.” Di tengah cuaca ekstrem dan medan sulit, prajurit AU tak kenal lelah, koordinasi dengan BNPB dan Polri jadi kunci sukses. Marsma I Nyoman menjanjikan misi lanjutan: “Selama ada kebutuhan, pesawat kami siap terbang.” Bencana ini uji ketangguhan bangsa, tapi juga tunjukkan solidaritas yang tak tergoyahkan.
Semoga langit Aceh segera cerah, dan warga Tamiang bangkit lebih kuat. Terima kasih, TNI—pahlawan dari atas awan yang selamatkan nyawa di bawah tanah basah.








