JAKARTA, koranmetro.com – Politik adu domba, juga dikenal sebagai devide et impera, telah hadir di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda. Strategi ini bertujuan untuk memecah belah kelompok besar menjadi kelompok kecil, sehingga memudahkan pihak yang menerapkan strategi ini untuk mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya. Politik adu domba dilakukan dengan cara memunculkan perpecahan pada suatu daerah agar lebih mudah untuk dikuasai. Selain itu, politik adu domba juga mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi kelompok besar yang lebih kuat.
Pada abad ke-15, politik adu domba merupakan strategi perang yang diterapkan oleh bangsa-bangsa kolonialis seperti Spanyol, Portugis, Belanda, Inggris, dan Prancis. Di Indonesia, jejak politik adu domba sudah ada sejak ratusan tahun lalu, tepatnya saat pasukan Belanda datang ke Tanah Air. Hal ini dilakukan oleh Belanda sebagai strategi untuk mempertahankan kekuasaan dan pengaruh penjajahan Belanda di Indonesia.
Dalam konteks politik adu domba, masyarakat Indonesia akan sering mendengar istilah ini menjelang pemilihan umum. Politik adu domba bertujuan menghancurkan atau memecah belah persatuan kelompok, sehingga mareka saling menyerang atau sama lain. Starategi ini telah memengaruhi sejarah Indonesia, terutama dalam konfilik internal seperti Perang Jawa, Perang Padri, dab Peranf Aceh, yang merupakan hasil dari politik ada domba sesama ank bangsa.
Dengan demikan, politik adu domba telah menjadi bagian integral dari sejarah politik Indonesia, memengaruhi dinamika konfilik internal dan perjuangan kekuasaan di dalam kepuluan ini.