JAKARTA, koranmetro.com – Rusia dan China kembali menggelar diskusi strategis mengenai masa depan hubungan bilateral mereka di tengah perubahan geopolitik global yang masih dipengaruhi oleh kebijakan yang diwariskan selama kepemimpinan Donald Trump (2017–2021). Meski Trump tidak lagi menjabat sebagai presiden Amerika Serikat, kebijakan luar negerinya—termasuk sanksi terhadap Rusia, perang dagang dengan China, dan upaya memperkuat pengaruh AS di kawasan Indo-Pasifik—terus membentuk dinamika hubungan internasional hingga hari ini.
Pengaruh Kebijakan Era Trump terhadap Rusia dan China
Kepemimpinan Trump meninggalkan jejak yang signifikan dalam lanskap politik global. Dalam masa pemerintahannya, AS menerapkan sejumlah kebijakan yang secara langsung memengaruhi Rusia dan China, termasuk:
- Sanksi Ekonomi terhadap Rusia:
Sanksi yang diberlakukan AS terhadap Rusia, terutama terkait konflik di Ukraina dan dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu AS 2016, berdampak besar pada ekonomi Rusia. Sanksi ini memengaruhi sektor energi, keuangan, dan pertahanan Rusia, memaksa Moskow mencari mitra ekonomi baru, salah satunya adalah China. - Perang Dagang AS-China:
Trump melancarkan perang dagang dengan China melalui pengenaan tarif besar-besaran terhadap barang impor China. Kebijakan ini merusak hubungan dagang antara kedua negara dan mendorong China untuk memperluas jangkauan ekonominya, termasuk mempererat kerja sama dengan Rusia dalam perdagangan dan energi. - Aliansi Indo-Pasifik:
Trump meningkatkan kehadiran militer dan aliansi AS di kawasan Indo-Pasifik, seperti melalui kerja sama dengan Jepang, Korea Selatan, dan India, sebagai langkah menekan China. Langkah ini mendorong Beijing untuk memperkuat aliansi strategisnya dengan Rusia demi menghadapi tekanan dari Washington.
Isu Utama dalam Diskusi Rusia-China
Dalam pertemuan tingkat tinggi antara pejabat Rusia dan China yang berlangsung di Moskow, sejumlah topik utama dibahas untuk memperkuat kerja sama kedua negara:
1. Kerja Sama di Bidang Energi
Salah satu pilar utama hubungan Rusia dan China adalah perdagangan energi. Rusia adalah salah satu eksportir utama minyak dan gas alam ke China. Dalam pertemuan ini, kedua negara menyepakati peningkatan kerja sama energi, termasuk rencana perluasan jaringan pipa gas “Power of Siberia,” yang menjadi simbol kuat hubungan ekonomi mereka.
Menurut Alexander Novak, Wakil Perdana Menteri Rusia, “China adalah mitra utama Rusia dalam sektor energi, dan kami berkomitmen untuk memperkuat kerja sama demi mengamankan pasokan energi yang stabil.”
2. Transaksi Non-Dollar
Sebagai respons terhadap sanksi ekonomi AS, Rusia dan China bersepakat untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam perdagangan bilateral mereka. Transaksi dalam rubel Rusia dan yuan China kini semakin meningkat, mencerminkan upaya kedua negara untuk membangun sistem keuangan global yang lebih independen dari pengaruh AS.
3. Aliansi Geopolitik di Forum Internasional
Rusia dan China menegaskan komitmen mereka untuk memperkuat aliansi di forum global seperti PBB, BRICS, dan Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO). Kedua negara sepakat untuk mendorong tata dunia multipolar yang menyeimbangkan kekuatan geopolitik dan melawan dominasi tradisional Barat.
4. Keamanan Regional dan Global
Dalam bidang keamanan, Rusia dan China membahas tantangan yang dihadapi di kawasan masing-masing. Rusia fokus pada situasi di Ukraina dan peran NATO di Eropa Timur, sementara China menyampaikan kekhawatiran terkait meningkatnya dukungan AS terhadap Taiwan dan kehadiran militer AS di Laut China Selatan.
Kedua negara juga berencana untuk memperkuat kerja sama militer melalui latihan bersama dan pengembangan teknologi pertahanan.
Tantangan dalam Hubungan Rusia-China
Meski hubungan antara Rusia dan China terlihat semakin solid, sejumlah tantangan masih membayangi kemitraan strategis ini:
- Ketidakseimbangan Ekonomi:
China adalah kekuatan ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan Rusia, yang membuat hubungan ini berpotensi timpang. Rusia khawatir menjadi terlalu bergantung pada ekonomi China, terutama dalam sektor energi. - Perbedaan Strategi Jangka Panjang:
Rusia dan China memiliki prioritas geopolitik yang berbeda. Meski keduanya sepakat untuk menghadapi tekanan dari AS, tidak dapat dipastikan apakah aliansi ini akan bertahan dalam jangka panjang, terutama jika kepentingan nasional mereka mulai bertabrakan. - Pengaruh AS yang Berlanjut:
Meski Trump tidak lagi menjabat, kebijakan luar negeri AS terhadap Rusia dan China masih berlanjut di bawah pemerintahan Joe Biden. Hal ini dapat mempersulit hubungan kedua negara untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.