Kontroversi Penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional

- Jurnalis

Minggu, 25 Mei 2025 - 13:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional telah memicu gelombang protes dan perdebatan sengit di kalangan masyarakat Indonesia.

Penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional telah memicu gelombang protes dan perdebatan sengit di kalangan masyarakat Indonesia.

JAKARTA, koranmetro.com – Penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional telah memicu gelombang protes dan perdebatan sengit di kalangan masyarakat Indonesia. Nama Soeharto, presiden kedua Indonesia yang berkuasa selama 32 tahun, memang tak pernah lepas dari kontroversi. Meski diakui memiliki jasa dalam pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional, masa kepemimpinannya juga diwarnai oleh pelanggaran hak asasi manusia, korupsi, dan penindasan politik. Usulan untuk menjadikannya pahlawan nasional pun memicu reaksi keras dari berbagai kalangan.

Latar Belakang Usulan

Usulan untuk menobatkan Soeharto sebagai pahlawan nasional muncul dari beberapa pihak yang menilai bahwa kontribusinya dalam memajukan ekonomi Indonesia, khususnya melalui program “Pembangunan Orde Baru,” layak mendapat penghargaan. Selama masa kepemimpinannya (1966–1998), Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan, pembangunan infrastruktur, dan swasembada pangan melalui revolusi hijau. Pendukungnya berargumen bahwa Soeharto berhasil membawa Indonesia keluar dari krisis ekonomi pasca-kepemimpinan Soekarno dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu “macan Asia.”

Namun, usulan ini langsung menuai penolakan dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk aktivis hak asasi manusia, akademisi, dan korban Orde Baru. Mereka menilai bahwa jasa-jasa tersebut tidak dapat menutupi catatan kelam masa kepemimpinannya.

Alasan Penolakan

Penolakan terhadap penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional didasarkan pada sejumlah alasan yang kuat:

  1. Pelanggaran HAM Berat
    Masa Orde Baru identik dengan represi politik yang kejam. Peristiwa seperti pembantaian massal 1965–1966, penahanan tanpa pengadilan di Pulau Buru, dan kasus penculikan aktivis pada 1997–1998 menjadi noda hitam yang sulit dilupakan. Tragedi Tanjung Priok, Timor Timur, dan Aceh juga mencatatkan pelanggaran HAM yang hingga kini belum sepenuhnya terselesaikan.

  2. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
    Rezim Soeharto dikenal dengan maraknya praktik KKN. Banyak pihak menuding bahwa kekayaan keluarga Soeharto dan kroni-kroninya berasal dari penyalahgunaan kekuasaan. Laporan Transparency International bahkan menyebut Soeharto sebagai salah satu pemimpin paling korup di dunia.

  3. Pembungkaman Kebebasan Berpendapat
    Selama Orde Baru, kebebasan pers dan berpendapat sangat dibatasi. Banyak media yang disensor, dan aktivis yang kritis terhadap pemerintah sering menghadapi ancaman, penahanan, atau penghilangan paksa.

  4. Warisan Krisis Ekonomi
    Meski di awal kepemimpinannya Soeharto berhasil membawa stabilitas ekonomi, Indonesia dihantam krisis moneter 1997–1998 yang memicu kerusuhan sosial dan politik. Banyak yang menilai krisis ini sebagai akibat dari buruknya tata kelola ekonomi dan korupsi yang merajalela.

Baca Juga :  Fariz RM Ditangkap Kasus Narkoba, Fakta dan Reaksi Publik

Suara Masyarakat dan Aktivis

Berbagai organisasi masyarakat sipil, seperti Komnas HAM, KontraS, dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), dengan tegas menolak usulan ini. Mereka berargumen bahwa memberikan gelar pahlawan nasional kepada Soeharto sama saja dengan mengabaikan penderitaan ribuan korban Orde Baru. Demonstrasi dan petisi daring pun bermunculan, dengan hashtag seperti #TolakSoehartoPahlawan menjadi viral di media sosial.

Baca Juga :  Pelaku Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan "Nia Kurnia Sari" Berhasil Ditangkap

Sejumlah tokoh publik, termasuk sejarawan dan intelektual, juga menyuarakan penolakan. Mereka menegaskan bahwa pahlawan nasional haruslah figur yang tidak hanya berjasa, tetapi juga memiliki integritas moral yang tidak tercela. “Memberi gelar pahlawan kepada Soeharto adalah penghianatan terhadap nilai-nilai demokrasi dan keadilan,” ujar seorang aktivis HAM dalam sebuah wawancara.

Respons Pemerintah

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Sosial yang bertugas mengelola usulan gelar pahlawan nasional, menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan semua masukan masyarakat. Proses penobatan pahlawan nasional biasanya melibatkan penilaian ketat berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan. Namun, hingga kini, belum ada keputusan resmi terkait usulan ini.

Refleksi untuk Masa Depan

Kontroversi ini mencerminkan luka sejarah yang masih membekas di hati masyarakat Indonesia. Debat tentang Soeharto sebagai pahlawan nasional bukan hanya soal penghargaan, tetapi juga tentang bagaimana bangsa ini memandang masa lalu dan belajar dari sejarah. Penolakan terhadap usulan ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin kritis terhadap narasi resmi sejarah dan menuntut keadilan bagi korban pelanggaran HAM.

Berita Terkait

PKS Gelar Aksi Solidaritas, Suarakan Kemerdekaan Palestina
Puluhan Eks OPM Berikrar Setia kepada NKRI, Rindu Keluarga dan Hidup Normal Jadi Alasan
Dekade PSI, Tiga Ketua Umum dalam Sepuluh Tahun, Siapa Mereka?
Meme Jokowi-Prabowo, Cerminan Krisis Kebebasan Berekspresi di Indonesia
Mahasiswi ITB Ditetapkan Polisi Sebagai Tersangka Terkait Meme Prabowo-Jokowi
Penyidik KPK, Keterangan Saeful Bahri, Uang Suap Harun Masiku dari Hasto
BGN Tingkatkan Pelatihan Petugas Dapur MBG Pasca-Insiden Keracunan
Skema Pengoplosan Elpiji Subsidi, Peran Oknum Sales dalam Pengumpulan Bahan Baku
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 25 Mei 2025 - 13:31 WIB

Kontroversi Penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional

Sabtu, 24 Mei 2025 - 14:03 WIB

PKS Gelar Aksi Solidaritas, Suarakan Kemerdekaan Palestina

Minggu, 18 Mei 2025 - 13:52 WIB

Puluhan Eks OPM Berikrar Setia kepada NKRI, Rindu Keluarga dan Hidup Normal Jadi Alasan

Rabu, 14 Mei 2025 - 13:45 WIB

Dekade PSI, Tiga Ketua Umum dalam Sepuluh Tahun, Siapa Mereka?

Minggu, 11 Mei 2025 - 14:01 WIB

Meme Jokowi-Prabowo, Cerminan Krisis Kebebasan Berekspresi di Indonesia

Berita Terbaru

Valencia CF dikabarkan tengah mengincar penyerang veteran Jamie Vardy untuk memperkuat lini serang mereka pada musim 2025/26.

Liga Spanyol

Valencia CF Dikabarkan Tengah Mengincar Penyerang veteran Jamie Vardy

Minggu, 25 Mei 2025 - 19:10 WIB

Penobatan Soeharto sebagai pahlawan nasional telah memicu gelombang protes dan perdebatan sengit di kalangan masyarakat Indonesia.

NASIONAL

Kontroversi Penobatan Soeharto sebagai Pahlawan Nasional

Minggu, 25 Mei 2025 - 13:31 WIB

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung perjuangan rakyat Palestina melalui aksi simpatik bertajuk “Selamatkan Kemanusiaan di Gaza” yang digelar pada Sabtu, 24 Mei 2025,

NASIONAL

PKS Gelar Aksi Solidaritas, Suarakan Kemerdekaan Palestina

Sabtu, 24 Mei 2025 - 14:03 WIB

Journaling, atau menulis jurnal, adalah praktik sederhana yang dapat memberikan dampak besar dalam pengembangan diri.

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Mengenal Manfaat Journaling untuk Pengembangan Diri

Jumat, 23 Mei 2025 - 14:58 WIB