JAKARTA, koranmetro.com – Dalam dunia MotoGP yang penuh persaingan sengit, Aprilia Racing muncul sebagai penantang serius bagi raksasa Italia, Ducati, terutama setelah merekrut talenta muda Marco Bezzecchi untuk musim 2025. Bezzecchi, yang sebelumnya bersinar dengan Ducati VR46, kini bergabung dengan juara dunia Jorge Martin di tim pabrikan Aprilia, membentuk duo yang disebut sebagai “superteam” untuk mengejar supremasi Ducati. Performa impresif Bezzecchi sepanjang 2025 telah membuat juara dunia Marc Marquez waspada, menandai Aprilia sebagai ancaman yang semakin mendekat.
Latar Belakang Transfer Bezzecchi ke Aprilia
Marco Bezzecchi, pembalap Italia berusia 26 tahun, memenangkan tiga balapan MotoGP pada 2023 dan finis ketiga di klasemen pembalap saat masih dengan VR46 Ducati. Namun, musim 2024 yang kurang memuaskan—dengan hanya satu podium—membuatnya menolak tawaran pabrikan Ducati dan memilih Aprilia untuk kontrak multi-tahun mulai 2025. Kepindahannya ini bagian dari strategi Aprilia untuk membangun lini pembalap baru setelah Aleix Espargaro pensiun dan Maverick Vinales pindah ke KTM. Bezzecchi dipasangkan dengan Martin, mantan pembalap Ducati Pramac, menciptakan pasangan Italia-Spanyol yang penuh ambisi.
CEO Aprilia, Massimo Rivola, menyebut duo ini sebagai “pilihan pertama” karena usia muda, talenta, dan determinasi mereka. Rivola yakin kombinasi pembalap Italia dengan motor Italia akan membawa chapter baru bagi Aprilia, dengan tujuan utama menjadi protagonis, bukan sekadar pengikut Ducati.
Adaptasi Bezzecchi dengan RS-GP Aprilia
Transisi Bezzecchi dari Ducati ke Aprilia RS-GP25 tidak mudah. Di tes Sepang awal 2025, ia mencatat waktu ke-12, menggambarkan motor Aprilia sebagai “lebih fisik” dibanding Ducati, dengan kekuatan mesin yang mengesankan tapi elektronika yang perlu ditingkatkan untuk mengontrol tenaga. Meski demikian, Bezzecchi cepat beradaptasi, meraih pole position pertama dengan Aprilia di Austria—sirkuit tradisional Ducati—dan podium pertama Aprilia di sana.
Pada paruh pertama musim 2025, Bezzecchi finis keempat di klasemen, sebagai pembalap non-Ducati terbaik. Kemenangannya di Silverstone dan performa konsisten, seperti memimpin awal balapan San Marino sebelum disalip Marquez, menunjukkan Aprilia semakin kompetitif di braking dan penghematan ban.
Performa dan Ancaman bagi Ducati
Aprilia di bawah Bezzecchi telah menantang dominasi Ducati di berbagai aspek. Di Argentina, Bezzecchi diidentifikasi sebagai bahaya utama bagi Ducati berkat pengalaman kemenangannya di sirkuit itu. Di Mandalika Indonesia, ia pecahkan rekor lintasan untuk pole, meski start buruk berujung tabrakan dengan Marquez yang dianggap sebagai “kesalahan” karena terlalu terburu-buru. Insiden ini menimbulkan kontroversi, tapi Marquez menyebutnya sebagai “insiden balapan” dan menerima permintaan maaf Bezzecchi.
Rivola memuji adaptasi cepat Bezzecchi, membandingkannya dengan Marquez, dan menyatakan Aprilia ingin menjadi rival utama Ducati. Di Misano, Bezzecchi memenangkan sprint setelah Marquez crash, mengakhiri dominasi Ducati di format itu. Fokus Aprilia kini pada daya tahan ban di akhir balapan untuk menyaingi Ducati.
Max Biaggi, duta Aprilia, memprediksi duo Martin-Bezzecchi sebagai “dream team” yang siap menantang Ducati. Bezzecchi sendiri optimis, menyebut Martin sebagai motivasi meski tantangan internal tim.
Dampak dan Prospek Masa Depan
Kepindahan Bezzecchi ke Aprilia tidak hanya memperkuat tim Noale tapi juga mengguncang ekosistem Ducati, membuka peluang bagi rider lain seperti Fabio Di Giannantonio. Dengan empat RS-GP25 di grid (termasuk Trackhouse), Aprilia punya data lebih banyak untuk pengembangan.
Menuju akhir musim 2025, Bezzecchi hanya delapan poin dari podium klasemen, berpotensi tantang Bagnaia untuk posisi ketiga. Aprilia, dengan Bezzecchi sebagai ujung tombak, siap ubah narasi MotoGP dari dominasi Ducati menjadi persaingan Italia yang sengit. Duo ini bisa jadi kunci Aprilia merebut gelar, membuktikan bahwa ancaman bagi Ducati bukan lagi mimpi.









