JAKARTA, koranmetro.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah Indonesia bertujuan meningkatkan gizi anak sekolah dan mendukung visi Indonesia Emas 2045. Namun, kasus keracunan makanan yang terjadi di beberapa daerah, seperti Bandung, Tasikmalaya, dan Cianjur, menjadi sorotan serius. Menyikapi insiden ini, Badan Gizi Nasional (BGN) berencana melatih kembali petugas dapur umum atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memastikan keamanan dan kualitas makanan yang disalurkan.
Latar Belakang Kasus Keracunan
Kasus keracunan makanan dari menu MBG pertama kali mencuat di Cianjur, Jawa Barat, pada April 2025, ketika puluhan siswa dari MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami gejala keracunan seperti mual, diare, dan pusing setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Insiden serupa kemudian terjadi di Bandung, dengan 342 siswa SMP Negeri 35 mengalami gejala keracunan pada 29 April 2025, serta di Tasikmalaya, di mana 25 siswa SD dan SMP di Kecamatan Rajapolah dilaporkan sakit. Kasus-kasus ini juga terjadi di daerah lain seperti Bombana, Sulawesi Tenggara, dan Karanganyar, Jawa Tengah, menunjukkan adanya masalah sistemik dalam pengelolaan dapur MBG.
Laboratorium kesehatan menemukan adanya bakteri seperti Staphylococcus sp., Escherichia coli, dan Salmonella sp. pada beberapa sampel makanan dan peralatan dapur, meskipun penyebab pasti keracunan masih dalam penyelidikan. Insiden ini memicu kritik dari masyarakat dan media, termasuk laporan dari BBC yang menyoroti kelemahan dalam program MBG.
Langkah BGN Menangani Krisis
Kepala BGN, Dadan Hindayana, menegaskan komitmen untuk mencegah kasus serupa berulang. Salah satu langkah utama adalah melatih kembali petugas dapur umum MBG di seluruh Indonesia. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam hal:
-
Keamanan Pangan: Memahami standar higiene dan sanitasi dalam pengolahan makanan.
-
Pemeriksaan Bahan Baku: Melakukan uji organoleptik (tampilan, aroma, rasa, dan tekstur) sebelum makanan didistribusikan.
-
Manajemen Distribusi: Memastikan makanan tetap segar selama proses pengiriman dengan membatasi waktu pengantaran dan memperhatikan penyimpanan.
-
Pemantauan dan Pelaporan: Meningkatkan koordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk memantau kualitas makanan secara berkala.
Selain pelatihan, BGN juga memperketat prosedur distribusi makanan. Beberapa langkah yang diambil meliputi:
-
Memperketat protokol keamanan selama pengiriman dari dapur ke sekolah.
-
Membatasi waktu maksimal pengiriman untuk menjaga kualitas makanan.
-
Menetapkan batas toleransi waktu antara pengiriman dan konsumsi makanan.
-
Mewajibkan uji organoleptik sebelum makanan disajikan kepada siswa.
Evaluasi dan Pengawasan yang Diperkuat
BGN telah membentuk tim investigasi gabungan untuk meneliti penyebab keracunan dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap dapur-dapur MBG. Di Bandung, misalnya, Dinas Kesehatan setempat telah memeriksa kebersihan dapur dan memberikan panduan kepada petugas. Produksi makanan di beberapa dapur, seperti di SPPG Limbangansari, Cianjur, juga dihentikan sementara hingga hasil uji laboratorium selesai.
Pemerintah Kota Bandung, melalui Wali Kota Muhammad Farhan, menekankan pentingnya pengawasan yang lebih ketat. Ia juga mendorong edukasi kepada siswa untuk tidak mengonsumsi makanan yang berbau atau tampak tidak segar. Sementara itu, DPR melalui Komisi IX meminta audit menyeluruh terhadap vendor MBG dan penegakan sanksi jika ditemukan kelalaian.
Menuju Program MBG yang Lebih Aman
Meskipun menghadapi tantangan, BGN tetap optimistis dengan target menjangkau 6 juta penerima manfaat MBG hingga Agustus 2025. Pelatihan ulang petugas dapur diharapkan menjadi langkah preventif yang efektif untuk meminimalkan risiko keracunan di masa depan. Dadan Hindayana menegaskan, “Kami menargetkan nol insiden keracunan di lapangan. Seluruh tim BGN berkomitmen bekerja lebih keras dan cermat.”
Kasus keracunan ini menjadi pengingat bahwa keberhasilan program MBG tidak hanya bergantung pada kuantitas makanan yang disalurkan, tetapi juga pada kualitas dan keamanannya. Dengan pelatihan yang lebih baik, pengawasan yang ketat, dan kerja sama lintas instansi, program MBG diharapkan dapat kembali memperoleh kepercayaan masyarakat dan memberikan manfaat nyata bagi generasi muda Indonesia.