Puluhan Eks OPM Berikrar Setia kepada NKRI, Rindu Keluarga dan Hidup Normal Jadi Alasan

- Jurnalis

Minggu, 18 Mei 2025 - 13:52 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sebanyak 29 mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), termasuk eks komandan Yeremias Foumair, secara resmi menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebanyak 29 mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), termasuk eks komandan Yeremias Foumair, secara resmi menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

JAKARTA, koranmetro.com – Sebanyak 29 mantan anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM), termasuk eks komandan Yeremias Foumair, secara resmi menyatakan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peristiwa ini berlangsung di Distrik Aifat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada Mei 2024, dan menjadi sorotan karena menunjukkan perubahan sikap signifikan dari kelompok separatis. Acara ikrar ini difasilitasi oleh Satgas Yonif 133/Yudha Sakti, yang berhasil meyakinkan para mantan anggota OPM untuk kembali ke pangkuan NKRI tanpa tekanan.

Alasan di Balik Keputusan Kembali ke NKRI

1. Rindu Keluarga

Salah satu alasan utama yang mendorong Yeremias Foumair untuk meninggalkan OPM adalah kerinduan mendalam terhadap istri dan anak-anaknya. Dalam keterangannya kepada aparat TNI, Yeremias menyampaikan bahwa keinginan untuk bersatu kembali dengan keluarganya menjadi pendorong utama keputusannya. Setelah bertahun-tahun terlibat dalam kelompok separatis, ia menyadari pentingnya kehidupan keluarga yang harmonis.

2. Keinginan Hidup Normal

Feliks Fomaer (30), salah satu eks anggota OPM, mengungkapkan bahwa keinginan untuk menjalani kehidupan normal menjadi motivasi kuat bagi dirinya dan rekan-rekannya. Mereka ingin menyekolahkan anak-anak mereka, hidup tenang, dan berkontribusi dalam pembangunan masyarakat tanpa konflik. Kehidupan di dalam kelompok OPM, yang sering kali penuh dengan tekanan dan ancaman, membuat mereka merasa terjebak.

Baca Juga :  Blokir Akun Hasbil Politisi Demokrat: Hindari Saja, Karena Itu Iblis Ungkap Arie Kriting

3. Tekanan dan Intimidasi dari OPM

Banyak dari mantan anggota OPM mengaku bahwa mereka awalnya bergabung dengan kelompok separatis karena dipaksa atau mendapat intimidasi dari pimpinan OPM. Ancaman kekerasan dan tekanan psikologis membuat mereka tidak punya pilihan lain saat itu. Namun, setelah melihat pendekatan TNI yang lebih humanis dan jaminan keamanan dari negara, mereka memilih untuk meninggalkan OPM dan kembali ke NKRI.

Peran TNI dalam Proses Kembali ke NKRI

TNI, khususnya Satgas Yonif 133/YS, memainkan peran penting dalam memfasilitasi kepulangan para eks anggota OPM. Melalui pendekatan persuasif dan dialog yang humanis, TNI berhasil membangun kepercayaan di kalangan mantan anggota OPM. Mereka menegaskan bahwa kehadiran TNI di Papua bukan untuk menciptakan konflik, melainkan untuk menjamin hak dasar warga negara, termasuk warga Papua. Para eks anggota OPM bahkan meminta secara langsung agar diadakan acara khusus untuk ikrar setia, sebagai bukti kesungguhan mereka.

Baca Juga :  Warga Adat Segel Tambang Pasir Merah di Maluku, Tuntutan untuk Keberlanjutan Lingkungan dan Hak Tanah

Makna Ikrar Setia bagi Papua

Keputusan 29 eks anggota OPM untuk kembali ke NKRI menjadi simbol harapan akan perdamaian dan stabilitas di Papua. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pendekatan yang mengedepankan dialog, empati, dan jaminan keamanan dapat mengubah pandangan mereka yang sebelumnya terlibat dalam gerakan separatis. Dengan kembalinya mereka, diharapkan semakin banyak warga Papua yang terinspirasi untuk bekerja sama menjaga keutuhan NKRI dan membangun Bumi Cenderawasih yang lebih sejahtera.

Ikrar setia 29 eks anggota OPM, termasuk Yeremias Foumair, kepada NKRI adalah langkah besar menuju rekonsiliasi di Papua. Alasan pribadi seperti rindu keluarga, keinginan hidup normal, dan lepas dari tekanan OPM menjadi pendorong utama. Dukungan TNI melalui pendekatan humanis turut memperkuat keputusan mereka. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa perdamaian dapat dicapai melalui dialog dan kerja sama, demi masa depan Papua yang lebih baik dalam bingkai NKRI.

Berita Terkait

KPK Larang Eks Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono Bepergian ke Luar Negeri
Roy Suryo Absen Pemeriksaan dalam Kasus Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi
Total Peserta Retret Kepala Daerah Gelombang Dua 84 Orang
Evakuasi WNI dari Iran via Jalur Darat, Respons Cepat di Tengah Konflik
Suara Etik Indonesia di Tengah Krisis Israel-Iran, Diplomasi Perdamaian dan Stabilitas Global
KPK Periksa Lima Saksi Terkait Dugaan Pemerasan Izin Tenaga Kerja Asing di Kemenaker
Prabowo Lakukan Kunjungan Kenegaraan ke Singapura, Perkuat Hubungan Bilateral
Hakim Djuyamto Serahkan Uang Suap Vonis Lepas CPO Rp2 M ke Kejagung
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 3 Juli 2025 - 22:25 WIB

KPK Larang Eks Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono Bepergian ke Luar Negeri

Rabu, 2 Juli 2025 - 17:41 WIB

Roy Suryo Absen Pemeriksaan dalam Kasus Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi

Minggu, 22 Juni 2025 - 16:21 WIB

Total Peserta Retret Kepala Daerah Gelombang Dua 84 Orang

Kamis, 19 Juni 2025 - 14:28 WIB

Evakuasi WNI dari Iran via Jalur Darat, Respons Cepat di Tengah Konflik

Rabu, 18 Juni 2025 - 13:44 WIB

Suara Etik Indonesia di Tengah Krisis Israel-Iran, Diplomasi Perdamaian dan Stabilitas Global

Berita Terbaru

Sistem Operasi QNX adalah salah satu OS yang dirancang khusus untuk perangkat embedded dan industri otomotif.

Aplikasi & OS

QNX, Sistem Operasi Real-Time Andal untuk Industri Otomotif dan IoT

Kamis, 3 Jul 2025 - 21:30 WIB

Meshnet adalah teknologi yang semakin mendapat sorotan sebagai solusi masa depan untuk koneksi internet pribadi yang aman dan terdesentralisasi.

Internet

Aplikasi Meshnet, Masa Depan Internet Pribadi yang Lebih Aman

Selasa, 1 Jul 2025 - 18:30 WIB