JAKARTA, koranmetro.com – Dalam langkah ambisius untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG), Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) berencana mengonversi ribuan hektare lahan miliknya yang selama ini menganggur menjadi lahan pertanian produktif. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan memasok bahan pangan segar untuk dapur-dapur MBG di seluruh negeri, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah tantangan impor yang semakin mahal.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak menegaskan bahwa program ini merupakan bagian dari transformasi TNI AD dalam mendukung kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto. “Seluruh hasil tani dari pengelolaan lahan tidur menjadi sawah dan perkebunan yang dilakukan prajurit kami dapat digunakan untuk memasok kebutuhan pangan program MBG,” ujar Maruli dalam keterangan resminya baru-baru ini. Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya menguntungkan siswa penerima manfaat MBG, tetapi juga masyarakat luas yang terlibat dalam pengelolaan lahan ketahanan pangan.
Program MBG sendiri merupakan salah satu program unggulan pemerintahan yang diluncurkan untuk memberikan makanan bergizi gratis kepada anak sekolah, balita, dan ibu hamil guna menekan angka stunting di Indonesia. Dengan target mencakup jutaan penerima, kebutuhan bahan baku seperti beras, sayuran, buah-buahan, dan protein hewani mencapai skala masif. Di sinilah peran TNI AD menjadi krusial, mengingat institusi ini memiliki aset lahan luas yang tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jawa hingga Papua.
Lahan Tidur TNI AD: Potensi Emas yang Terabaikan
Secara historis, TNI AD mengelola ribuan hektare lahan yang awalnya dimaksudkan untuk keperluan militer, seperti area latihan atau fasilitas pendukung. Namun, banyak di antaranya kini tidak terpakai secara optimal, yang sering disebut sebagai “lahan tidur”. Data internal TNI AD memperkirakan potensi lahan yang bisa dikonversi mencapai lebih dari 5.000 hektare di tahap awal, dengan fokus pada komoditas prioritas seperti padi, jagung, kedelai, dan sayuran organik.
Contoh sukses serupa telah terlihat di kalangan saudara seperjuangan TNI. Angkatan Laut (TNI AL), misalnya, berhasil memanen 60 ton kedelai dari lahan seluas 30 hektare di Pemukiman TNI AL, Kotabumi, Lampung Utara, pada akhir Oktober lalu. Panen raya ini dipimpin langsung oleh Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, yang menargetkan Indonesia bebas impor kedelai dalam waktu dekat. “TNI AL jadi motor utama swasembada pangan nasional,” tegas Sjafrie, menambahkan bahwa hasil panen ini akan langsung disalurkan ke Dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Desa Semuli Jaya, Lampung Utara.
Sementara itu, TNI Angkatan Udara (TNI AU) juga tak kalah aktif. Di Yogyakarta, mereka sedang membangun dua dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) baru di sekitar Lanud, yang direncanakan memproduksi ribuan porsi makanan MBG harian untuk sekolah-sekolah terdekat. “Dua dapur ini akan selesai dalam waktu dekat,” kata Kolonel Pnb I Nyoman, menekankan komitmen TNI AU untuk mendukung program nasional.
Strategi Implementasi: Dari Lahan ke Meja Makan
Untuk TNI AD, konversi lahan ini akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan prajurit dan masyarakat sekitar. Tahap pertama mencakup pemetaan lahan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana 31 kabupaten/kota telah menyatakan kesiapan menyewakan atau meminjamkan aset pemerintah untuk mendukung pembangunan SPPG. “Kami kewajibannya sediakan lahan MBG yang memakai aset bangunan milik pemerintah,” ungkap pejabat Pemprov Jawa Tengah.
Prosesnya meliputi:
- Pemetaan dan Persiapan Lahan: Mengidentifikasi lahan tidur dengan luas minimal 20×30 meter per unit, sesuai standar SPPG.
- Pengolahan Pertanian: Penanaman komoditas cepat panen seperti cabai, tomat, dan bayam, serta ternak ayam untuk sumber protein.
- Integrasi dengan UMKM: Hasil panen akan dibeli oleh koperasi desa dan UMKM lokal, menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan dan meningkatkan ekonomi masyarakat.
- Distribusi ke Dapur MBG: Produksi harian dari lahan ini akan langsung menyuplai dapur umum, seperti yang sedang dibangun di Kapanewon Sanden, Bantul, menggunakan tanah milik TNI AD.
Badan Gizi Nasional (BGN) memperkirakan, dengan dukungan TNI, program MBG bisa menjangkau 20 juta penerima dalam dua tahun ke depan, dengan anggaran APBN mencapai Rp 200 miliar untuk pembangunan infrastruktur. Selain itu, skema pinjam-pakai lahan dengan instansi seperti Polri dan BUMN akan mempercepat realisasi.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski penuh potensi, inisiatif ini menghadapi beberapa kendala, seperti polemik sewa lahan dengan warga sekitar dan kebutuhan tenaga kerja terlatih. Namun, KSAD Maruli optimis: “Kalau kami buat sawah, pasti ada yang beli. Ini pekerjaan mulia yang manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.”
Langkah TNI AD ini diharapkan menjadi model bagi instansi lain, membuktikan bahwa sinergi antara militer dan sipil bisa menjadi kunci swasembada pangan. Dengan ribuan hektare lahan yang “disulap” menjadi dapur hijau, Indonesia tak hanya memberi makan generasi muda dengan gizi optimal, tapi juga membangun fondasi ketahanan nasional yang kokoh.

 
					





 
						 
						 
						 
						 
						

