Tangis-Amarah Keluarga Korban Kejahatan Duterte Saksikan Sidang ICC

- Jurnalis

Sabtu, 15 Maret 2025 - 13:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sidang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyoroti kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama masa pemerintahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, telah menarik perhatian global.

Sidang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyoroti kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama masa pemerintahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, telah menarik perhatian global.

JAKARTA, koranmetro.com – Sidang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) yang menyoroti kasus dugaan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi selama masa pemerintahan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, telah menarik perhatian global. Dalam sidang ini, keluarga korban dari kebijakan kontroversial “perang melawan narkoba” Duterte hadir untuk menyaksikan proses hukum yang mungkin membawa keadilan bagi mereka yang telah kehilangan orang terkasih. Sidang ini juga menjadi momen emosional yang penuh dengan tangis dan amarah dari keluarga korban, yang telah lama menuntut keadilan.

Perang Melawan Narkoba yang Meninggalkan Luka

Sejak Duterte menjabat pada 2016, pemerintahannya meluncurkan kampanye besar-besaran untuk memberantas peredaran narkoba di Filipina. Kampanye tersebut, yang dikenal dengan sebutan “war on drugs,” tidak hanya mengandalkan tindakan penegakan hukum biasa, tetapi juga mencakup operasi polisi yang sering kali berujung pada eksekusi di luar hukum, tanpa proses pengadilan yang sah. Banyak warga yang diduga terlibat dalam narkoba, baik sebagai pengedar atau pengguna, tewas dalam aksi ini, baik karena baku tembak dengan aparat atau bahkan ditembak mati oleh para pembunuh yang terorganisir.

Menurut laporan-laporan yang disampaikan oleh organisasi hak asasi manusia dan media internasional, ribuan orang telah kehilangan nyawa mereka, dengan banyak dari korban tersebut adalah individu yang tidak pernah memiliki kesempatan untuk membela diri di pengadilan. Meski Duterte membela kebijakan tersebut sebagai upaya untuk menyelamatkan bangsa Filipina dari ancaman narkoba, kebijakan ini juga menuai kritik keras dari masyarakat internasional yang melihatnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia yang serius.

Keluarga Korban: Tangis dan Amarah di Sidang ICC

Bagi keluarga korban, sidang ICC bukan hanya sekedar kesempatan untuk menyaksikan proses hukum, tetapi juga merupakan upaya mereka untuk mencari keadilan atas apa yang terjadi pada orang-orang terkasih mereka. Dalam ruang sidang yang penuh emosi ini, keluarga korban hadir dengan hati yang berat. Ada yang datang dengan harapan, namun ada juga yang datang dengan kemarahan yang mendalam terhadap kejahatan yang menimpa keluarga mereka.

Baca Juga :  Biden, Kamala Haris Menyamabutkan Kedatangan Wargas AS yang Dibebaskan dalam Pertukaran Tahanan Barat-Rusia

Bagi banyak anggota keluarga, kebijakan Duterte telah merampas hak-hak mereka untuk hidup bersama orang terkasih mereka. Beberapa korban adalah anak-anak muda yang tidak bersalah, sementara yang lainnya adalah orang tua yang hanya berusaha bertahan hidup. Tangis haru terdengar di sidang ICC saat anggota keluarga mengenang betapa mereka kehilangan anggota keluarga dalam keadaan yang sangat tragis, tanpa pernah diberi kesempatan untuk mempertahankan diri.

“Ini adalah perjuangan untuk keadilan. Saya ingin Duterte bertanggung jawab atas kematian anak saya,” ungkap seorang ibu dengan suara terbata-bata di hadapan pengadilan. Kata-kata tersebut menggambarkan betapa mendalamnya rasa sakit yang dirasakan oleh para keluarga korban. Mereka tidak hanya kehilangan orang yang mereka cintai, tetapi juga merasa dihancurkan oleh ketidakadilan yang terjadi di negara mereka.

Proses Hukum di ICC: Upaya untuk Mewujudkan Keadilan

ICC telah membuka penyelidikan resmi terhadap kebijakan “perang melawan narkoba” Duterte sejak 2021. Penyelidikan ini berfokus pada dugaan bahwa tindakan tersebut mencakup pembunuhan ekstra-judisial dan pelanggaran hak asasi manusia yang meluas. Para penyelidik ICC telah mengumpulkan bukti-bukti, termasuk kesaksian para saksi hidup dan keluarga korban, yang menunjukkan bahwa banyak dari kematian tersebut terjadi dalam keadaan yang tidak sah dan melanggar hukum internasional.

Namun, meskipun penyelidikan ini membawa harapan bagi banyak keluarga korban, tantangan besar tetap ada. Pemerintah Filipina di bawah kepemimpinan Duterte sebelumnya menentang keterlibatan ICC dan bahkan mengumumkan penarikan dari statut Roma, yang mengatur keberadaan Mahkamah Pidana Internasional. Hal ini mempersulit proses hukum, namun ICC tetap berusaha untuk melanjutkan penyelidikan dan memproses kasus-kasus yang telah teridentifikasi.

Harapan dan Kekecewaan: Perjuangan Keluarga Korban

Bagi keluarga korban yang hadir dalam sidang ICC, harapan untuk mendapatkan keadilan sangat besar, tetapi mereka juga tahu bahwa perjalanan menuju keadilan ini penuh dengan hambatan. Beberapa keluarga merasa kecewa karena meskipun banyak bukti yang mengarah pada pelanggaran, banyak pihak yang masih mempertanyakan atau menolak untuk mengakui kebenaran tentang apa yang terjadi selama “perang melawan narkoba.”

Baca Juga :  PM Korsel Minta Maaf Gagal Cegah Presiden Terapkan Darurat Militer

Namun, bagi mereka yang hadir, sidang ICC adalah simbol dari harapan yang tak pernah padam. Meskipun menghadapi tantangan besar, mereka terus berjuang agar suara mereka didengar. Banyak dari mereka percaya bahwa suatu hari nanti, keadilan akan terwujud, dan mereka akan mendapatkan pengakuan atas penderitaan yang mereka alami.

Pengaruh Kasus ini terhadap Politik Filipina dan Dunia

Sidang ICC ini tidak hanya penting bagi keluarga korban, tetapi juga memiliki dampak besar terhadap politik Filipina dan persepsi internasional terhadap pemerintah Duterte. Jika terbukti bahwa Duterte dan bawahannya bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia yang serius, hal ini dapat mempengaruhi hubungan Filipina dengan negara-negara lain, serta membawa dampak terhadap kebijakan dalam negeri.

Di sisi lain, bagi mereka yang mendukung kebijakan Duterte, kasus ini menjadi isu yang kontroversial. Banyak yang melihatnya sebagai bentuk upaya untuk merusak warisan Duterte sebagai pemimpin yang berhasil mengurangi peredaran narkoba di Filipina. Namun, bagi keluarga korban dan masyarakat internasional, keadilan harus ditegakkan, tanpa pandang bulu.

Sidang ICC yang mengadili kasus kejahatan yang dilakukan selama masa pemerintahan Duterte adalah momen penting bagi banyak keluarga korban yang telah lama menanti keadilan. Meskipun proses hukum ini penuh dengan tantangan dan rintangan, perjuangan keluarga korban untuk mendapatkan pengakuan atas penderitaan mereka tetap menjadi fokus utama. Dalam setiap tangis dan amarah yang terdengar di ruang sidang, ada harapan yang tak pernah padam untuk melihat keadilan ditegakkan dan pelaku kejahatan bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Berita Terkait

Ketegangan Diplomatik, China Tuduh Kepala Intelijen Selandia Baru Sebarkan Informasi Tidak Akurat
Trump Arahkan Pentagon untuk Menyusun Strategi Militer di Terusan Panama
Kehancuran Damaskus, Suriah, Usai Dibombardir Israel, Dampak dan Reaksi Internasional
Pemakaman Korban Pembajakan Kereta di Pakistan, Tragedi yang Mengguncang Negara
Komitmen Elon Musk, Starlink Akan Terus Beroperasi di Ukraina Meski Bantuan Trump Dihentikan
Trump Klaim Tak Akan Usir Warga Palestina dari Jalur Gaza, Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Eks Presiden Duterte Dibawa ke Belanda Pakai Private Jet Gulfstream
Thailand Pecat Petinggi Polisi atas Dugaan Judi dan Penipuan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Sabtu, 15 Maret 2025 - 13:51 WIB

Tangis-Amarah Keluarga Korban Kejahatan Duterte Saksikan Sidang ICC

Jumat, 14 Maret 2025 - 15:00 WIB

Ketegangan Diplomatik, China Tuduh Kepala Intelijen Selandia Baru Sebarkan Informasi Tidak Akurat

Jumat, 14 Maret 2025 - 14:37 WIB

Trump Arahkan Pentagon untuk Menyusun Strategi Militer di Terusan Panama

Jumat, 14 Maret 2025 - 14:09 WIB

Kehancuran Damaskus, Suriah, Usai Dibombardir Israel, Dampak dan Reaksi Internasional

Jumat, 14 Maret 2025 - 13:55 WIB

Pemakaman Korban Pembajakan Kereta di Pakistan, Tragedi yang Mengguncang Negara

Berita Terbaru

Trent Alexander-Arnold, bek kanan andalan Liverpool dan tim nasional Inggris, dipastikan absen dalam pertandingan final Piala Liga setelah mengalami cedera.

Liga Inggris

Alexander-Arnold Absen dalam Final Piala Liga karena Cedera

Sabtu, 15 Mar 2025 - 14:01 WIB