JAKARTA, koranmetro.com – Pasukan angkatan laut Israel berhasil menghentikan rombongan kapal bantuan Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza, menangkap ratusan aktivis termasuk tokoh lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg. Insiden ini memicu kecaman internasional atas dugaan pelanggaran hukum maritim dan hak asasi manusia.
Menurut laporan dari otoritas Israel, operasi pencegahan dilakukan di perairan internasional pada dini hari 1 Oktober waktu setempat. Sebanyak 13 dari lebih 40 kapal flotilla tersebut berhasil dicegat, membawa sekitar 500 aktivis, termasuk cucu mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela, Mandla Mandela, serta anggota parlemen Eropa. Kapal-kapal ini membawa bantuan simbolis seperti obat-obatan, makanan, dan peralatan medis untuk warga Gaza yang sedang dilanda krisis kemanusiaan akibat blokade Israel.
“Gretathunberg dan rekan-rekannya dalam kondisi aman dan sehat,” ujar juru bicara militer Israel dalam pernyataan resmi, seperti dikutip dari Reuters. Mereka menambahkan bahwa para aktivis sedang dipindahkan ke Pelabuhan Ashdod untuk proses deportasi. Video yang dirilis oleh pihak Israel menunjukkan Thunberg tampak tenang saat berada di atas kapal, meskipun aktivis tersebut sebelumnya mengkritik keras tindakan tersebut melalui siaran langsung.
Flotilla Global Sumud, yang dikoordinasikan oleh koalisi aktivis pro-Palestina, bertujuan untuk menantang blokade laut Israel terhadap Gaza yang telah berlangsung bertahun-tahun. Menurut penyelenggara, misi ini melibatkan lebih dari 45 kapal dan 500 peserta dari berbagai negara, termasuk legislator Eropa dan tokoh hak asasi manusia. “Ini adalah upaya damai untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan, tapi Israel memilih kekerasan,” kata seorang koordinator flotilla melalui pernyataan di media sosial, seperti dilaporkan oleh NPR.
Reaksi global pun langsung mengalir deras. Pemerintah Swedia menyerukan pembebasan segera Thunberg, sementara Uni Eropa menyatakan kekhawatiran atas potensi pelanggaran hukum internasional. Di platform X (sebelumnya Twitter), tagar #FreeGretaThunberg dan #SumudForGaza menjadi trending, dengan ribuan pengguna mengecam Israel sebagai “penjajah”. Sebuah posting dari akun @Timeless_Report merangkum kronologi kejadian, menyebutkan bahwa insiden ini memicu protes di berbagai ibu kota dunia dan tekanan diplomatik.
Insiden serupa pernah terjadi pada 2010, ketika flotilla Mavi Marmara dicegat Israel, menyebabkan kematian sembilan aktivis Turki. Saat itu, dunia mengecam keras tindakan Israel, meskipun Yerusalem membela diri dengan alasan keamanan nasional. Kini, dengan keterlibatan Thunberg yang terkenal sebagai ikon perubahan iklim, perhatian media semakin membara.
Penyelenggara flotilla bersikeras bahwa rombongan sisanya akan melanjutkan perjalanan, meskipun menghadapi risiko serupa. Sementara itu, situasi di Gaza tetap tegang, dengan laporan PBB menyebutkan lebih dari 40.000 korban jiwa sejak eskalasi konflik pada 2023. Apakah penahanan ini akan memicu eskalasi lebih lanjut atau justru memperkuat solidaritas global untuk Palestina? Dunia menanti perkembangan selanjutnya.