JAKARTA, koranmetro.com – Pada tanggal 7 Agustus 2025, sebuah jet tempur Mitsubishi F-2A milik Angkatan Udara Bela Diri Jepang (JASDF) jatuh ke Samudra Pasifik selama latihan rutin di lepas pantai Prefektur Ibaraki, Jepang Timur. Insiden yang terjadi sekitar pukul 12:34 siang waktu setempat ini memicu keputusan signifikan dari otoritas militer Jepang untuk mengandangkan seluruh armada jet tempur F-2 hingga penyelidikan selesai. Langkah ini diambil untuk memastikan keselamatan dan mencegah insiden serupa di masa depan.
Kronologi Insiden
Jet tempur F-2A yang jatuh berasal dari Skuadron ke-3 yang berbasis di Pangkalan Udara Hyakuri, Prefektur Ibaraki. Pesawat tersebut sedang melakukan latihan bersama tiga jet F-2 lainnya dan dua pesawat penyelamat JASDF di wilayah udara sekitar 150 kilometer timur laut pangkalan. Menurut laporan, pilot melaporkan adanya kelainan pada pesawat sebelum melakukan ejeksi darurat. Beruntung, pilot berhasil diselamatkan oleh helikopter penyelamat UH-60J dari Unit Penyelamat Hyakuri tanpa luka serius dan dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut. Tidak ada laporan kerusakan pada kapal atau fasilitas di sekitar lokasi kejadian.
Mitsubishi F-2: Tulang Punggung Pertahanan Jepang
Mitsubishi F-2 adalah jet tempur multirole yang dikembangkan bersama oleh Mitsubishi Heavy Industries Jepang dan Lockheed Martin Amerika Serikat, dengan rasio pembagian produksi 60/40. Berbasis pada desain F-16C Block 40, F-2 memiliki teknologi canggih seperti radar AESA buatan Mitsubishi dan kemampuan tempur anti-kapal, serangan darat, serta udara-ke-udara. Dengan bobot yang lebih ringan berkat penggunaan material komposit serat karbon, F-2 dikenal akan manuverabilitas tinggi dan menjadi elemen kunci dalam pertahanan pulau-pulau terpencil Jepang sebelum diperkenalkannya jet siluman F-35.
Produksi F-2 dimulai pada tahun 1996, dan hingga kini, JASDF mengoperasikan sekitar 90 unit F-2. Meski memiliki rekam jejak keselamatan yang relatif baik, insiden seperti ini bukan yang pertama. Pada Februari 2019, sebuah F-2 jatuh di Laut Jepang selama latihan tempur, namun kedua awak berhasil diselamatkan. Insiden lain pada Oktober 2021 melibatkan F-2 yang kehilangan kanopi saat misi pencegatan, menunjukkan tantangan dalam menjaga armada yang mulai menua.
Jepang Kandangkan Seluruh Armada F-2
Menanggapi insiden tersebut, JASDF segera mengandangkan seluruh armada F-2A untuk pemeriksaan menyeluruh. Keputusan ini diumumkan pada hari yang sama, menunjukkan respons cepat untuk mengatasi potensi masalah teknis atau operasional. Kepala Staf JASDF, Takehiro Morita, menyampaikan permintaan maaf atas kekhawatiran publik yang ditimbulkan dan menegaskan bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk menentukan penyebab kecelakaan. Hingga saat ini, detail seperti nomor seri pesawat atau penyebab pasti belum diungkap, namun otoritas militer menekankan pentingnya menunggu hasil investigasi sebelum membuat kesimpulan.
Langkah pengandangan ini menimbulkan pertanyaan tentang kesiapan operasional JASDF, terutama karena F-2 merupakan salah satu pilar utama pertahanan udara Jepang. Armada yang menua menjadi sorotan, dengan beberapa pihak menyatakan bahwa insiden ini mungkin mempercepat rencana modernisasi dengan jet tempur generasi baru seperti F-35.
Dampak dan Sorotan Internasional
Kecelakaan ini juga menarik perhatian internasional, terutama karena F-2 baru-baru ini disebut-sebut dalam diskusi ekspor militer Jepang. Pada Juni 2025, Panglima Angkatan Udara Filipina, Letnan Jenderal Arthur Cordura, menyatakan minat untuk mengakuisisi jet F-2 yang sudah tidak digunakan oleh Jepang, sebagai bagian dari strategi pertahanan kepulauan Filipina. Meski belum ada negosiasi resmi, insiden ini dapat memengaruhi persepsi terhadap keandalan F-2 di pasar internasional.
Penyelidikan dan Langkah ke Depan
Saat ini, tim penyelidik JASDF sedang bekerja untuk memulihkan puing-puing pesawat dari Samudra Pasifik guna menentukan penyebab kecelakaan. Faktor seperti kegagalan mekanis, kesalahan pilot, atau kondisi lingkungan menjadi fokus utama. Insiden ini mengingatkan pada kecelakaan serupa di masa lalu, seperti kecelakaan F-2 pada 2019 yang disebabkan oleh kehilangan kecepatan selama manuver tempur, meskipun dalam kasus tersebut pilot dan instruktur berhasil diselamatkan.
Jepang kini berada pada posisi kritis untuk mengevaluasi armada F-2-nya. Sementara investigasi berlangsung, pengandangan armada dapat memengaruhi kesiapan operasional JASDF dalam jangka pendek. Di sisi lain, insiden ini memperkuat urgensi untuk mempercepat transisi ke jet tempur modern seperti F-35, yang telah mulai menggantikan peran F-2 dalam beberapa misi strategis.
Kecelakaan jet tempur Mitsubishi F-2A di lepas pantai Ibaraki pada Agustus 2025 menjadi pengingat akan tantangan menjaga armada militer yang andal dan aman. Dengan pilot yang selamat dan tidak adanya kerusakan tambahan, fokus kini beralih pada penyelidikan menyeluruh untuk memastikan keamanan armada F-2 ke depannya. Sementara Jepang berupaya menjaga kekuatan pertahanan udaranya, insiden ini dapat menjadi titik balik dalam modernisasi angkatan bersenjata, sekaligus menyoroti pentingnya keseimbangan antara teknologi canggih dan pemeliharaan yang ketat.