Makna di Balik Beskap dan Kalung Melati Prabowo pada HUT RI ke-80

- Jurnalis

Minggu, 17 Agustus 2025 - 19:26 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu, 17 Agustus 2025,

Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu, 17 Agustus 2025,

JAKARTA, koranmetro.com – Pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia yang berlangsung di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu, 17 Agustus 2025, Presiden Prabowo Subianto tampil mencuri perhatian dengan mengenakan busana adat beskap Melayu dan kalung bunga melati. Penampilan ini bukan sekadar pilihan estetika, tetapi sarat akan makna budaya dan simbolisme yang mencerminkan identitas nasional Indonesia.

Beskap Melayu: Simbol Kehormatan dan Persatuan

Presiden Prabowo memilih mengenakan beskap Melayu berwarna putih gading saat memimpin Upacara Detik-Detik Proklamasi sebagai inspektur upacara. Beskap ini, yang dipadukan dengan kain songket bernuansa merah dan emas serta peci hitam, memiliki akar sejarah yang kuat dalam budaya Melayu, terutama dari wilayah Riau. Menurut Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, busana ini disebut sebagai beskap Melayu, meskipun beberapa menyebutnya sebagai baju Demang Betawi karena kemiripan desainnya.

Secara filosofis, beskap Melayu melambangkan kehormatan, kewibawaan, dan tanggung jawab seorang pemimpin. Pakaian ini dirancang dengan kerah tinggi dan kancing khas, mencerminkan kesederhanaan sekaligus keanggunan. Dalam konteks HUT RI, pilihan ini menunjukkan penghormatan terhadap kekayaan budaya Nusantara dan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Angga Raka Prabowo menegaskan bahwa tidak ada makna khusus di balik pemilihan beskap ini selain untuk menampilkan keberagaman budaya Indonesia. “Semua nasionalis, semua kita Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya, menekankan bahwa busana adat ini mencerminkan kesatuan dalam keragaman.

Beskap Melayu juga memiliki nilai historis yang terkait dengan tradisi kerajaan Melayu. Pakaian ini sering digunakan dalam acara resmi untuk menonjolkan identitas budaya dan nilai-nilai luhur masyarakat, seperti kebijaksanaan dan sopan santun. Dengan mengenakan beskap, Prabowo menegaskan komitmennya untuk menghormati warisan budaya Indonesia sambil memimpin dengan wibawa.

Baca Juga :  Gibran Tiba di Arena Natal Nasional dan Berfoto Bersama Jemaat

Kalung Bunga Melati: Lambang Kesucian dan Identitas Nasional

Selain beskap, kalung bunga melati yang dikenakan Prabowo menjadi sorotan utama. Kalung ini, yang terbuat dari rangkaian bunga melati segar, bukan hanya sekadar aksesori, tetapi memiliki makna mendalam dalam budaya Indonesia. Menurut Angga Raka Prabowo, kalung melati dipilih karena merupakan bagian dari budaya leluhur dan melambangkan bunga nasional Indonesia. “Itu budaya leluhur kita, bunga-bunga nasional kita melati,” katanya.

Dalam tradisi Indonesia, bunga melati dikenal sebagai simbol kesucian, kemurnian, dan keanggunan. Bunga ini sering digunakan dalam upacara adat, pernikahan, dan acara kenegaraan untuk menandakan penghormatan dan kesakralan. Dalam konteks HUT RI ke-80, kalung melati yang melingkar di leher Prabowo menjadi penanda seremonial yang memperkuat nuansa formal sekaligus budaya. Bunga melati juga mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang ramah, sopan, dan santun, sebagaimana aroma khasnya yang lembut namun memikat.

Kalung melati juga memiliki nilai simbolis sebagai lambang kesetiaan dan komitmen terhadap nilai-nilai kemerdekaan. Dalam upacara yang bertema “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju,” kehadiran kalung melati menegaskan harapan untuk menjaga persatuan dan kemurnian semangat nasionalisme.

Konteks Upacara HUT RI ke-80

Pilihan busana Prabowo tidak lepas dari pedoman resmi Peringatan HUT ke-80 RI Tahun 2025, yang menetapkan bahwa pakaian yang dikenakan adalah wastra Nusantara, kain tradisional khas Indonesia. Prabowo memadukan beskap Melayu dengan kain songket yang kaya motif, mencerminkan kekayaan tekstil tradisional Indonesia. Penampilan ini juga selaras dengan para menteri dan pejabat lain yang mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah, seperti Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang mengenakan baju adat Kerawang Gayo dari Aceh.

Baca Juga :  Empat Orang Tewas Tertabrak Kereta Api di Karawang, Satu Jasad Terseret

Upacara HUT RI ke-80 di Istana Merdeka berlangsung khidmat dengan kehadiran mantan presiden seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo, serta ribuan tamu undangan yang turut memeriahkan acara. Pilihan busana adat oleh Prabowo dan para pejabat lainnya menjadi simbol persatuan dan kebanggaan akan identitas budaya Indonesia. Acara ini juga menampilkan atraksi budaya seperti pencak silat dan pacu jalur, yang semakin memperkuat nuansa Nusantara.

Perubahan Busana pada Upacara Penurunan Bendera

Menariknya, pada upacara penurunan bendera sore hari, Prabowo tampil dengan beskap Melayu berwarna biru dongker, dilengkapi dengan tanjak Melayu, sebuah ikat kepala tradisional. Perubahan ini menunjukkan fleksibilitas dalam menampilkan keragaman budaya, sekaligus tetap mempertahankan kesan khidmat dan wibawa. Tanjak Melayu, yang sering digunakan dalam tradisi Melayu, menambah sentuhan keanggunan pada penampilan Prabowo, sekaligus memperkuat identitas budaya Melayu dalam peringatan HUT RI.

Makna Keseluruhan

Keputusan Prabowo untuk mengenakan beskap Melayu dan kalung bunga melati pada HUT RI ke-80 bukan hanya soal estetika, tetapi juga sebuah pernyataan budaya dan nasionalisme. Beskap Melayu mencerminkan kewibawaan, kehormatan, dan semangat persatuan, sedangkan kalung melati melambangkan kesucian, kemurnian, dan identitas nasional Indonesia. Kombinasi ini menunjukkan penghormatan terhadap warisan leluhur dan komitmen untuk memimpin dengan nilai-nilai luhur bangsa.

Melalui penampilan ini, Prabowo tidak hanya menghidupkan semangat Bhinneka Tunggal Ika, tetapi juga mengajak masyarakat untuk mengapresiasi kekayaan budaya Indonesia. Dalam konteks peringatan kemerdekaan, busana ini menjadi simbol harapan untuk Indonesia yang bersatu, berdaulat, dan sejahtera, sebagaimana tema HUT RI tahun ini.

Berita Terkait

Kolaborasi Pemerintah dan Polri, Gibran Rakabuming Pimpin Tanam Jagung Serentak Menuju Swasembada Pangan 2025
Puan Maharani Dorong Profesionalisme TNI sebagai Pilar Penjaga Demokrasi
Cikande Serang Banten Jadi Daerah Terpapar Radiasi Radioaktif
DPR Soroti Krisis Keracunan MBG, Kepala BGN Ungkap 6.457 Lebih Korban di Seluruh Nusantara
Prabowo Subianto, Tak Ada Dendam untuk Anies, Nilai 11 Justru Bantu Raih Kemenangan Pilpres
Reformasi Kepolisian di Depan Mata: Komite Ad Hoc Prabowo Siap Beraksi dalam 6 Bulan
Eks Bupati Situbondo Diperiksa KPK Terkait Dugaan Korupsi Proyek di Dinas PUPR
Harta Anggota DPRD Wahyudin Moridu Minus Rp2 Juta, KPK Turun Tangan
Berita ini 6 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 8 Oktober 2025 - 13:01 WIB

Kolaborasi Pemerintah dan Polri, Gibran Rakabuming Pimpin Tanam Jagung Serentak Menuju Swasembada Pangan 2025

Minggu, 5 Oktober 2025 - 13:51 WIB

Puan Maharani Dorong Profesionalisme TNI sebagai Pilar Penjaga Demokrasi

Kamis, 2 Oktober 2025 - 18:10 WIB

Cikande Serang Banten Jadi Daerah Terpapar Radiasi Radioaktif

Rabu, 1 Oktober 2025 - 12:48 WIB

DPR Soroti Krisis Keracunan MBG, Kepala BGN Ungkap 6.457 Lebih Korban di Seluruh Nusantara

Senin, 29 September 2025 - 12:47 WIB

Prabowo Subianto, Tak Ada Dendam untuk Anies, Nilai 11 Justru Bantu Raih Kemenangan Pilpres

Berita Terbaru

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Festival Jazz Pantai Selat Panjang, Kolaborasi Musik dan Alam Pesisir

Rabu, 8 Okt 2025 - 16:36 WIB

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Tren Slow Fashion, Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang Semakin Diminati

Senin, 6 Okt 2025 - 16:22 WIB