JAKARTA, koranmetro.com – Kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto ke Mesir pada 12 April 2025 menandai babak baru dalam hubungan bilateral kedua negara. Bertemu dengan Presiden Republik Arab Mesir Abdel Fattah El-Sisi di Istana Al Ittihadiya, Kairo, Prabowo berhasil menyepakati peningkatan hubungan menjadi kemitraan strategis. Momentum ini, yang dijuluki sebagai “Golden Bridge” oleh beberapa media, tidak hanya memperkuat ikatan historis, tetapi juga membuka peluang kerja sama di berbagai bidang, dari ekonomi hingga kemanusiaan. Artikel ini mengupas hasil kunjungan tersebut, dampaknya, dan konteks yang melatarbelakanginya.
Latar Belakang Kunjungan
Indonesia dan Mesir memiliki hubungan diplomatik yang terjalin sejak 1947, ditandai dengan saling mendukung kemerdekaan masing-masing. Mesir adalah salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia, dan keduanya terikat melalui nilai-nilai solidaritas, termasuk dalam Gerakan Non-Blok. Kunjungan Prabowo, yang merupakan bagian dari lawatan Timur Tengah setelah Uni Emirat Arab dan Turki, menegaskan komitmen Indonesia untuk memperdalam kemitraan dengan negara-negara strategis. Menurut pernyataan resmi, kemitraan ini didasarkan pada “keadilan, saling menghormati, dan saling percaya.”
Capaian Kemitraan Strategis
Pertemuan di Kairo menghasilkan Pernyataan Bersama tentang Kemitraan Strategis, sebuah dokumen yang menegaskan komitmen kedua negara untuk memperluas kerja sama. Beberapa poin kunci meliputi:
- Ekonomi dan Perdagangan: Kedua pemimpin sepakat meningkatkan volume perdagangan, yang pada 2024 mencapai $1,8 miliar (Kementerian Perdagangan RI). Fokusnya termasuk ekspor produk Indonesia seperti kelapa sawit, kopi, dan tekstil, serta impor gandum dan pupuk dari Mesir.
- Pendidikan dan Budaya: Indonesia berencana memperluas beasiswa untuk pelajar Mesir di universitas Indonesia, sementara Mesir menawarkan pelatihan bahasa Arab dan studi Islam. Promosi pencak silat di Mesir juga menjadi sorotan, melanjutkan kerja sama budaya sebelumnya.
- Teknologi dan Industri: Diskusi mencakup potensi investasi Mesir di sektor teknologi Indonesia, khususnya energi terbarukan dan industri halal.
- Kemanusiaan: Prabowo menegaskan kesiapan Indonesia membantu rakyat Palestina melalui Mesir, yang berperan sebagai hub bantuan kemanusiaan ke Gaza. Ini mencakup pengiriman obat-obatan dan rencana menampung warga Palestina jika situasi memungkinkan.
Pertemuan ini disebut “produktif” oleh kedua pihak, dengan Prabowo didampingi Menteri Luar Negeri Sugiono dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, menunjukkan keseriusan delegasi Indonesia.
Fokus pada Krisis Gaza
Selain kemitraan bilateral, Prabowo dan El-Sisi membahas situasi geopolitik, khususnya krisis kemanusiaan di Gaza. Indonesia, yang konsisten mendukung solusi dua negara, menegaskan solidaritas dengan Palestina. Mesir, sebagai mediator perdamaian dan pintu masuk bantuan ke Gaza, mendapat apresiasi dari Prabowo. Diskusi ini memperkuat posisi Indonesia di panggung global sebagai pendukung perdamaian, sekaligus menegaskan peran strategis Mesir di kawasan.
Dampak bagi Indonesia
Kemitraan strategis ini membawa sejumlah manfaat:
- Ekonomi: Peningkatan perdagangan dapat mendongkrak ekspor UMKM Indonesia, yang menurut Kadin Indonesia menyumbang 14% ekspor nasional pada 2024.
- Geopolitik: Kerja sama dengan Mesir memperkuat posisi Indonesia di dunia Islam dan forum internasional seperti Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
- Kemanusiaan: Keterlibatan dalam bantuan Gaza meningkatkan citra Indonesia sebagai negara yang peduli isu global.
- Budaya: Pertukaran budaya, seperti pencak silat, dapat mempererat hubungan masyarakat kedua negara.
Namun, tantangan seperti birokrasi perdagangan dan perbedaan regulasi perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi kemitraan ini.
Konteks Lawatan Prabowo
Kunjungan ini adalah bagian dari agenda diplomasi agresif Prabowo sejak dilantik pada Oktober 2024. Sebelum Mesir, ia mengunjungi India, Malaysia, Tiongkok, dan Inggris, menghasilkan berbagai kesepakatan strategis. Lawatan ke Mesir, yang merupakan kunjungan kedua ke Kairo dalam kurun empat bulan (sebelumnya pada Desember 2024), menunjukkan prioritas Indonesia terhadap hubungan dengan Mesir. Setelah Kairo, Prabowo melanjutkan perjalanan ke Qatar dan Yordania, memperkuat jejaring Indonesia di Timur Tengah.
Mengapa Ini Tonggak Penting?
Peningkatan status hubungan ke kemitraan strategis bukan sekadar simbolis. Ini mencerminkan komitmen jangka panjang untuk kerja sama yang saling menguntungkan, terutama di tengah dinamika geopolitik global yang kompleks. Bagi Indonesia, Mesir adalah mitra kunci di Afrika Utara, sementara Indonesia menawarkan pasar besar dan pengaruh di ASEAN bagi Mesir. Istilah “Golden Bridge” yang muncul dalam beberapa laporan menggambarkan visi hubungan yang kokoh dan berkelanjutan, seperti jembatan yang menghubungkan dua peradaban.
Kunjungan Presiden Prabowo ke Mesir pada April 2025 telah melahirkan kemitraan strategis yang menjanjikan. Dari perdagangan hingga bantuan kemanusiaan, kesepakatan ini membuka peluang baru bagi Indonesia dan Mesir untuk saling memperkuat. Dengan fondasi sejarah yang kuat dan visi masa depan yang jelas, “jembatan emas” ini dapat menjadi model kerja sama antarnegara yang berbasis pada saling percaya dan keadilan. Bagi Indonesia, ini adalah langkah menuju peran lebih besar di panggung dunia, sekaligus bukti bahwa diplomasi aktif dapat menghasilkan manfaat nyata bagi rakyat.