JAKARTA, koranmetro.com – Rusia kembali meningkatkan ketegangan dalam konflik dengan Ukraina dengan meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Kamis, 21 November 2024. Langkah ini terjadi hanya beberapa hari setelah Presiden Vladimir Putin merevisi doktrin nuklir Rusia, menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir. Serangan rudal ini dilaporkan menyasar infrastruktur penting Ukraina, termasuk fasilitas energi, menjelang musim dingin yang semakin dekat.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, mengungkapkan bahwa serangan ini merupakan salah satu yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Total 120 rudal dan 90 drone, termasuk rudal balistik dan jelajah, diluncurkan dalam serangan tersebut. Akibatnya, beberapa infrastruktur energi di wilayah seperti Mykolaiv dan Odesa mengalami kerusakan parah, yang memengaruhi pasokan listrik dan air. Beberapa korban jiwa dan luka-luka juga dilaporkan.
Eskalasi ini memicu kekhawatiran internasional, terutama setelah pernyataan Putin yang menyebut bahwa penggunaan senjata jarak jauh oleh Ukraina, yang didukung negara-negara Barat, dapat dianggap sebagai deklarasi perang terhadap Rusia. NATO dan sekutu, termasuk Polandia, telah meningkatkan kesiagaan militer mereka untuk mengantisipasi potensi dampak lebih lanjut.
Tindakan ini semakin memperburuk situasi perang yang telah berlangsung sejak 2022 dan meningkatkan risiko konflik meluas di kawasan tersebut. Ukraina terus mendesak dukungan dari sekutu Barat untuk memperkuat sistem pertahanan udara guna menghadapi ancaman serangan yang semakin masif.