Penyidik KPK, Keterangan Saeful Bahri, Uang Suap Harun Masiku dari Hasto

- Jurnalis

Jumat, 9 Mei 2025 - 14:32 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menggali fakta dalam kasus suap yang melibatkan buronan Harun Masiku dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan,

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menggali fakta dalam kasus suap yang melibatkan buronan Harun Masiku dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan,

JAKARTA, koranmetro.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus menggali fakta dalam kasus suap yang melibatkan buronan Harun Masiku dan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto. Salah satu kunci penyidikan adalah keterangan dari Saeful Bahri, mantan kader PDI-P yang telah divonis bersalah dalam kasus suap terkait penetapan Harun Masiku sebagai anggota DPR melalui mekanisme Pergantian Antar Waktu (PAW) periode 2019-2024. KPK mengungkapkan bahwa sebagian dana suap yang digunakan untuk meloloskan Harun Masiku diduga berasal dari Hasto Kristiyanto.

Latar Belakang Kasus

Kasus ini bermula dari operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada 8 Januari 2020, yang menjaring Wahyu Setiawan, mantan Komisioner KPU, bersama beberapa pihak lain, termasuk Saeful Bahri. Suap tersebut bertujuan untuk memastikan Harun Masiku ditetapkan sebagai anggota DPR dari daerah pemilihan Sumatera Selatan I, menggantikan Riezky Aprilia. Total suap yang diberikan mencapai SGD 57.350 (setara Rp600 juta), yang disalurkan melalui perantara seperti Agustiani Tio Fridelina, mantan anggota Bawaslu.

Harun Masiku hingga kini masih buron, sementara Saeful Bahri telah menjalani hukuman penjara selama 20 bulan dan kini bebas. Pada Desember 2024, KPK menetapkan Hasto Kristiyanto dan advokat Donny Tri Istiqomah sebagai tersangka baru, dengan tuduhan suap dan perintangan penyidikan.

Keterangan Saeful Bahri

Menurut keterangan Saeful Bahri kepada penyidik KPK, sebagian dana suap berasal dari Hasto Kristiyanto. Mantan penyidik KPK, Ronald Paul Sinyal, yang menangani kasus ini pada 2020, menyebutkan bahwa hampir 50 persen dari Rp1 miliar yang digunakan untuk menyuap Wahyu Setiawan diduga disediakan oleh Hasto. Saeful, sebagai perantara, mengaku menerima instruksi dari Hasto untuk mengatur penyerahan uang tersebut.

Pada 16 Desember 2019, Hasto disebut menghubungi Saeful dan menyebutkan adanya dana Rp600 juta, di mana Rp200 juta digunakan untuk “penghijauan” kantor PDI-P, dan Rp400 juta diserahkan melalui Kusnadi, staf Hasto, kepada Donny Tri Istiqomah. Saeful kemudian meminta Donny menukar uang tersebut menjadi dolar Singapura, yang kemudian diserahkan kepada Wahyu Setiawan melalui Agustiani Tio. Saeful juga menghubungi Harun Masiku untuk mengonfirmasi penerimaan dana, yang dijawab Harun dengan instruksi untuk “melanjutkan.”

Baca Juga :  Kapolri Luncurkan Korps Pemberantasan Tipikor, Langkah Baru dalam Memerangi Korupsi

Peran Hasto Kristiyanto

KPK menyebut Hasto sebagai pengatur utama dalam skema suap ini. Ketua KPK, Setyo Budiyanto, menyatakan bahwa Hasto mengendalikan Donny Tri Istiqomah untuk melobi Wahyu Setiawan dan mengatur penyerahan uang suap. Selain itu, Hasto juga didakwa melakukan perintangan penyidikan dengan memerintahkan Harun Masiku dan stafnya, Kusnadi, untuk merendam ponsel mereka guna menghindari pelacakan KPK. Tindakan ini dilakukan setelah KPK mendapatkan informasi tentang komunikasi antara Wahyu Setiawan dan pihak terkait suap.

Hasto juga diduga memerintahkan Saeful untuk menemui Riezky Aprilia di Singapura agar Riezky mundur dari posisinya, namun permintaan ini ditolak. Keterlibatan Hasto semakin terang setelah KPK memeriksa kembali Saeful pada Januari 2025 sebagai saksi dalam penyidikan lanjutan.

Bantahan dari Hasto

Hasto Kristiyanto membantah semua tuduhan KPK dan menyebut kasus ini sebagai bentuk kriminalisasi hukum. Kuasa hukum Hasto, Febri Diansyah, menegaskan bahwa dakwaan KPK tidak konsisten. Menurut Febri, berdasarkan sidang Wahyu Setiawan dan Agustiani Tio pada 2020, sumber uang suap jelas berasal dari Harun Masiku, bukan Hasto. Febri juga menyoroti bahwa jumlah suap yang disebutkan jaksa, yakni Rp600 juta, ternyata hanya Rp200 juta yang terbukti diserahkan pada 17 Desember 2019, menurut keterangan Wahyu dan Agustiani.

Tim hukum Hasto juga menuding KPK telah mengubah narasi sumber dana suap untuk menjerat Hasto, yang mereka anggap sebagai politisasi hukum. Hasto sendiri menyatakan kesiapannya mengikuti proses hukum demi membuktikan bahwa tuduhan terhadapnya tidak berdasar.

Baca Juga :  Raffi Ahmad Bukan yang Terkaya, Ini Daftar Kekayaan Para Utusan Khusus Presiden

Perkembangan Penyidikan

Penyidikan KPK masih berfokus pada pengumpulan bukti tambahan. Saeful Bahri telah diperiksa beberapa kali, termasuk pada 23 Januari 2025, untuk mendalami perannya dan keterlibatan Hasto. Namun, Saeful sempat absen dalam sidang lanjutan pada Mei 2025, yang memperlambat proses persidangan. KPK juga memanggil saksi lain, seperti mantan Ketua KPU Arief Budiman dan terpidana lain dalam kasus ini, untuk memperkuat bukti.

Sementara itu, upaya pencarian Harun Masiku terus dilakukan. KPK menemukan mobil yang diduga milik Harun di Thamrin Residence pada Juni 2024, yang berisi dokumen penting, namun keberadaan Harun tetap misterius. Polri menyatakan Harun kemungkinan masih di Indonesia, meskipun ada dugaan ia menggunakan identitas palsu untuk melarikan diri.

Implikasi Kasus

Kasus ini menimbulkan polemik, terutama karena melibatkan tokoh politik senior seperti Hasto Kristiyanto. Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, menyebut penetapan Hasto sebagai tersangka sarat dengan muatan politik. Di sisi lain, KPK bersikukuh bahwa penetapan tersangka didasarkan pada bukti hukum yang kuat.

Kasus Harun Masiku juga mencerminkan tantangan KPK dalam menangani korupsi politik, terutama ketika tersangka utama masih buron. Keberhasilan KPK dalam membuktikan keterlibatan Hasto dan menangkap Harun akan menjadi ujian kredibilitas lembaga antirasuah ini.

Keterangan Saeful Bahri menjadi salah satu pilar penting dalam penyidikan KPK terhadap kasus suap Harun Masiku. Meskipun Saeful telah memberikan keterangan yang mengarah pada keterlibatan Hasto Kristiyanto, bantahan dari pihak Hasto dan inkonsistensi dakwaan KPK menambah kompleksitas kasus ini. Dengan sidang yang masih berlangsung dan Harun Masiku yang belum tertangkap, publik menantikan apakah KPK dapat mengungkap kebenaran di balik skandal suap ini.

Berita Terkait

Pelantikan Tiga Panglima Pasukan Elite TNI dan Tantangan Masa Depan
KPK Intensifkan Penyelidikan Korupsi Dana CSR BI dan OJK
Kontroversi Simbol One Piece di Indonesia, Dari Pin Gibran hingga Tuduhan Pemecah Belah
DPR Desak BGN Cegah Tragedi Keracunan MBG Berulang
Wapres Gibran Tekankan Sanksi Hukum Bagi Penyalahgunaan BSU untuk Judi Online
Kunjungan Kapal Coast Guard Singapura ke Jakarta, Misi Kerja Sama Maritim
Misteri Penahanan Selebgram AP oleh Junta Militer Myanmar, Apa yang Terjadi?
KPK Larang Eks Sekjen MPR Ma’ruf Cahyono Bepergian ke Luar Negeri
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 11 Agustus 2025 - 13:18 WIB

Pelantikan Tiga Panglima Pasukan Elite TNI dan Tantangan Masa Depan

Jumat, 8 Agustus 2025 - 13:40 WIB

KPK Intensifkan Penyelidikan Korupsi Dana CSR BI dan OJK

Sabtu, 2 Agustus 2025 - 13:15 WIB

Kontroversi Simbol One Piece di Indonesia, Dari Pin Gibran hingga Tuduhan Pemecah Belah

Senin, 28 Juli 2025 - 14:34 WIB

DPR Desak BGN Cegah Tragedi Keracunan MBG Berulang

Jumat, 18 Juli 2025 - 14:45 WIB

Wapres Gibran Tekankan Sanksi Hukum Bagi Penyalahgunaan BSU untuk Judi Online

Berita Terbaru

Kisah cinta Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez telah menjadi sorotan publik sejak mereka pertama kali bertemu pada tahun 2016.

LIFE STYLE & ENTERTAINMENT

Mengapa Cristiano Ronaldo Baru Melamar Georgina Rodriguez Setelah Hampir Satu Dekade

Selasa, 12 Agu 2025 - 13:03 WIB

Gianluigi Donnarumma kini tengah berada di tahun terakhir kontraknya bersama PSG, yang akan habis pada Juni 2026.

Liga Inggris

Manchester United Bisa Datangkan Donnarumma dengan Harga Terjangkau

Senin, 11 Agu 2025 - 18:48 WIB